id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Penting Diketahui Potensi Bencana di Indonesia, Selain Potensi Sumber Daya Alam

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Penting Diketahui Potensi Bencana di Indonesia, Selain Potensi Sumber Daya Alam

Letnan TNI Doni Monardo (Kepala Badan Nasional Penanganan Bencana) mengatakan bahwa penting untuk menyadarkan masyarakat akan potensi bencana di Indonesia, karena selama ini yang ditekankan hanyalah tentang potensi sumber daya alam. Hal itu disampaikannya saat menjadi pembicara di seminar daring “Pentingnya Membangun Kompetensi dan Keterampilan Kebencanaan di Indonesia” yang diadakan di Sekolah Ilmu Lingkungan (SIL), Universitas Indonesia (UI) pada Selasa (4/5).

Beberapa narasumber lain di acara tersebut adalah Prof. Ir. Dwikorita Karnawati (Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika/BMKG), Prof. Fatma Lestari (Ketua Disaster Risk Reduction Center UI), dan Dr.Mahawan Karuniasa (United Nations Climate Change SIL UI). Kegiatan ini dilakukan secara virtual di kanal Youtube “Humas SIL dan SKSG UI”.

“Padahal, masyarakat luar menyebut Indonesia sebagai “supermarket bencana” karena kontur demografi kita yang begitu kompleks. Kita bahkan adalah salah satu dari 35 negara dengan tingkat potensi risiko bencana paling tinggi di dunia menurut indikator World Bank,” ujar Doni Monardo menjelaskan. Ia menambahkan, program penanggulangan bencana di Indonesia bukan program yang dapat berdiri sendiri, karena menyangkut dimensi sosial-kemasyarakatan. “Kalau program penanggulangan hanya bersifat proyek, bukan jangka panjang, dan tidak melibatkan masyarakat, tidak akan membawa dampak apapun,” tambahnya.

 

Di Indonesia terdapat empat kluster kebencanaan, yaitu geologi dan vulkanologi (letusan gunung api, gempa bumi, & tsunami); hidro-meteorologi I (kebakaran hutan, kekeringan); hidro-meteorologi II (banjir bandang, longsor, abrasi pantai); dan bencana non-alam (limbah, epidemik, gagal teknologi). Menurutnya, program penanggulangan bencana di Indonesia bukan sebuah program yang dapat berdiri sendiri, karena menyangkut dimensi sosial-kemasyarakatan. “Kalau program penanggulangan hanya bersifat proyek, bukan jangka panjang, dan tidak melibatkan masyarakat, tidak akan membawa dampak apapun,” tambahnya.

Oleh karena itu, pemerintah melakukan program pencegahan berbasis komunitas, melibatkan kebijaksanaan lokal di masyarakat sekitar. Upaya pendekatan kesejahteraan juga dilakukan dengan membuat program jangka panjang dengan mengembangkan potensi-potensi ekonomi lokal serta mengolah hasil-hasil produksi hutan dan lahan menjadi bernilai tambah. Menurutnya dengan begitu, maka masyarakat diajak untuk mencintai dan melihat potensi lingkungan disekitarnya.

Upaya penanganan kebencanaan juga dilakukan pemerintah melalui program edukasi. Prof. Ir. Dwikorita Karnawati dalam presentasinya memaparkan bahwa BMKG telah membuka Sekolah Lapang Gempa, Sekolah Lapang Cuaca Nelayan untuk menciptakan agen-agen sosialisasi kebencanaan. BMKG juga telah membangun dan terus mengembangkan sistem peringatan dini agar penanganan kebencanaan di Indonesia dapat menjadi lebih efektif dan efisien.

Dua pembicara lainnya juga menekankan tentang pentingnya upaya penanganan kebencanaan melalui kolaborasi dengan masyarakat sekitar. Melalui kolaborasi, program yang dibuat pemerintah akan bersifat sustain (berkelanjutan) dan lebih bisa diterima oleh masyarakat.

Seminar daring ini merupakan bagian dari kegiatan sosialisasi program studi (prodi) Magister Manajemen Bencana yang berada di bawah pengelolaan SIL UI.  Tujuan prodi ini adalah untuk menghasilkan sumber daya manusia yang dapat menjawab kebutuhan dalam bidang penanggulangan bencana di Indonesia. Prodi ini sudah membuka pendaftarannya pada semester Gasal 2021/2022 melalui gelombang pertama Seleksi Masuk UI (SIMAK UI) yang diadakan pada bulan Maret lalu, dan akan membuka pendaftaran berikutnya pada SIMAK gelombang kedua, 7 Juni- 9 Juli 2021.

Related Posts