iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pengelolaan Bakau Berkelanjutan dalam Peningkatan Hasil Tangkapan Nelayan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Pengelolaan Bakau Berkelanjutan dalam Peningkatan Hasil Tangkapan Nelayan

Sekitar tahun 1960, masyarakat mulai mengubah hutan bakau yang merupakan ekosistem alami menjadi ekosistem tambak yang mendatangkan keuntungan ekonomi lebih besar. Meningkatnya kebutuhan penduduk menyebabkan terjadinya penebangan tanpa usaha perlindungan dan pelestarian. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kawasan bakau, khususnya di kawasan Pesisir Utara Jakarta (Kecamatan Penjaringan) dan Pesisir Utara Jawa Barat (Kecamatan Cilamaya Wetan dan Blanakan).

Kondisi ini menjadi fokus Agung Suwanto dalam disertasi berjudul “Pengelolaan Mangrove Berkelanjutan dalam Rangka Meningkatkan Hasil Tangkapan dan Pendapatan Nelayan”. Disertasi ini berhasil dipertahankan dalam Sidang Promosi Doktor Program Magister Ilmu Lingkungan, Sekolah Ilmu Lingkungan, Universitas Indonesia. Disertasi ini dipromotori oleh Dr. Noverita Dian Takarina, M. Sc. dengan Raldi Hendro Koestoer, M.Sc., Ph.D., APU. sebagai Kopromotor 1 dan Dr. Evi Frimawaty, S.Pt., M.Si. sebagai Kopromotor 2.

Penelitian ini menggunakan tiga lokasi terpilih Pantura, Jawa Barat, yaitu Kecamatan Penjaringan, Kecamatan Cilamaya Wetan, dan Kecamatan Blanakan. Dengan metode penginderaan jauh dan validasi lapangan, penelitian ini melihat perubahan luasan kawasan dan keanekaragaman bakau. Vegetasi bakau dianalisis menggunakan nilai indeks penting dan indeks keanekaragaman.

Indeks nilai penting dapat dihitung berdasarkan jumlah seluruh nilai kerapatan relatif (KR), frekuensi relatif (FR), dan dominansi relatif (DR). Sementara itu, Indeks Shannon-Wienner digunakan untuk menyatakan tingkat keanekaragaman jenis bakau di tiga daerah tersebut.

Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa terdapat fluktuasi pada hasil tangkapan dan pendapatan nelayan di lokasi riset. Dampak perubahan luasan bakau terhadap hasil tangkapan nelayan di Kecamatan Penjaringan adalah 71,94 % dan di Kecamatan Blanakan sebesar 57,10 %.

Di Kecamatan Cilamaya Wetan, perubahan luasan bakau tidak signifikan memengaruhi hasil tangkapan dan pendapatan nelayan. Adapun hubungan hubungan antara keanekaragaman bakau terhadap hasil tangkapan dan pendapatan nelayan menunjukkan korelasi positif.

Nilai korelasi antara indeks keanekaragaman bakau dengan hasil tangkapan sebesar 0.95. Nilai korelasi antara indeks keanekaragaman bakau dengan pendapatan sebesar 0,94.

“Meskipun menunjukkan korelasi yang positif dan kuat, nilai korelasi tidak menunjukkan signifikansi. Berdasarkan hasil ini, dapat dikatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara indeks keanekaragaman terhadap hasil tangkapan dan pendapatan nelayan,” tulis Suwanto dalam disertasinya.

Dengan metode analisis SWOT, Suwanto juga menemukan strategi pengelolaan bakau berkelanjutan. Untuk memperoleh kebijakan pengelolaan yang tepat, perlu diketahui kondisi kawasan yang bersangkutan, meliputi kekuatan, keunggulan, kelemahan, kekurangan, serta kondisi internal dari kawasan tersebut.

Selanjutnya, untuk meningkatkan hasil tangkapan dan pendapatan nelayan, dapat dilakukan dengan memaksimalkan tangkapan ikan saat harga ikan tinggi dan meningkatkan produksi dengan peralatan yang bagus (kapasitas besar) dan kapal yang bagus (masih laik jalan).

 

Penulis: Sapuroh | Editor: Mariana Sumanti

Related Posts