iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

AI dalam Tata Laksana Penyakit: Penerapan Healthcare 5.0 Menuju Indonesia Emas 2045

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran > AI dalam Tata Laksana Penyakit: Penerapan Healthcare 5.0 Menuju Indonesia Emas 2045

Prof. Dr. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph.D. dikukuhkan sebagai Guru Besar dalam Bidang Ilmu Urologi, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI), setelah menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Aplikasi Teknologi Mutakhir Penatalaksanaan Penyakit Prostat di Indonesia: Penerapan Healthcare 5.0 Menuju Indonesia Emas 2045”. Prosesi pengukuhan yang dipimpin oleh Sekretaris Dewan Guru Besar UI, Prof. Dr. drg. Indang Trihandini, M.Kes., tersebut berlangsung Rabu (8/11), di Aula IMERI FKUI, Kampus UI Salemba.

Dalam pidatonya, Prof. Agus menyebut bahwa upaya pencapaian visi Indonesia 2045 perlu mengikuti perkembangan teknologi kedokteran secara global. Prinsip penerapan Healthcare 5.0 dapat dijadikan panduan dalam pengembangan pelayanan kesehatan, khususnya penatalaksanaan penyakit prostat yang semakin bertambah di Indonesia.

Penyakit prostat, yang hanya terjadi pada laki laki, lebih sering timbul pada usia di atas 50 tahun. Prevalensi pembesaran prostat jinak (BPH) dapat terjadi hingga 50% pada pria di atas usia 50 tahun. Di Indonesia, kanker prostat merupakan salah satu kanker yang paling banyak terjadi dan menjadi penyebab kematian pada pria. Dalam 20 tahun terakhir, terjadi peningkatan hampir 400% kasus dengan perkiraan 13.000 kasus baru per tahunnya.

Untuk mengatasi masalah ini, sejumlah inovasi teknologi telah mengubah lanskap perawatan penyakit urologi di Indonesia. Beberapa di antaranya adalah pemanfaatan teknologi laser dalam penanganan BPH, pemanfaatan teknologi robotik pada biopsi prostat, dan penggunaan teknologi robotik untuk operasi pengangkatan kanker prostat (radikal prostatektomi).

Teknologi laser pada penanganan BPH membuat pendarahan pasien lebih minim. Pemanfaatan teknologi laser ini juga membuat pemakaian kateter lebih singkat, sehingga perawatan pasien menjadi lebih cepat. Pemanfaatan teknologi robotik pada biopsi prostat juga memiliki tingkat presisi lebih tinggi dalam mendeteksi kanker prostat. Hal ini karena teknologi itu menggunakan lengan robot yang lebih stabil dibandingkan tangan manusia, sehingga pengambilan sampel area lebih akurat. Sementara itu, penggunaan teknologi robotik pada radikal prostatektomi membuat tingkat kehilangan darah pasien lebih rendah, angka komplikasi lebih kecil, pemulihan lebih cepat, dan durasi rawat inap lebih singkat.

Menurut Prof. Agus, kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI)—yang berperan penting dalam Healthcare 5.0—memiliki kemampuan untuk menganalisis data pasien dengan cepat dan akurat. Kelebihan ini membantu dokter untuk membuat keputusan klinis yang lebih efisien dan personal. Fokus Healthcare 5.0 berpusat pada pasien yang lebih bersifat personal dan prediktif, sehingga dibutuhkan seluruh data dan analisis dari teknologi mutakhir, kecerdasan buatan, dan pemeriksaan genomik.

Salah satu prinsip Healthcare 5.0 adalah kolaborasi jangka panjang dalam upaya pencegahan. Penyakit prostat dapat dipengaruhi oleh gaya hidup, sehingga intervensi perubahan gaya hidup penting dilakukan. Gaya hidup seseorang dapat disesuaikan dengan hasil analisis sekuens gen. Healthcare 5.0 akan menganalisis seluruh data yang dimiliki, sehingga seseorang akan mendapat saran tentang gaya hidup personal (berbeda dari orang lain) untuk mencegah terjadinya penyakit prostat.

Pengembangan layanan terkini penyakit prostat telah difasilitasi oleh Tim Multidisiplin (MDT) Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)–FKUI, yang menjadi standar pelayanan di seluruh Indonesia. Departemen Urologi FKUI, RSCM, RSUI beserta Cluster Human Cancer Research Center dan Cluster Medical Technology IMERI saat ini berkolaborasi dalam pengembangan alat skrining PSA di dalam negeri. Hal ini tentunya akan meningkatkan aksesibilitas dan mengatasi permasalahan biaya dalam pelayanan kesehatan Indonesia.

“Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan dan deteksi dini penyakit prostat menjadi kunci dalam Healthcare 5.0. Sosialisasi dari Kementerian Kesehatan diharapkan mengurangi keterlambatan deteksi kanker prostat, sehingga angka harapan hidup meningkat. Dukungan dari pemerintah, institusi pendidikan, institusi pelayanan kesehatan, industri, dan organisasi profesi, menjadi elemen penting dalam pengembangan Healthcare 5.0. Semoga upaya ini dapat membawa tercapainya visi Indonesia Emas 2045,” ujar Prof. Agus.

Penelitian Prof. Agus tentang penatalaksanaan penyakit prostat ini merupakan satu dari sekian banyak penelitian yang dilakukannya. Beberapa di antaranya adalah The Expression of Stem Cells Markers and Its Effects on the Propensity for Recurrence and Metastasis in Bladder Cancer: A Systematic Review (2023); Molecular Phenotyping of AR Signaling for Predicting Targeted Therapy in Castration Resistant Prostate Cancer (2021); dan Early Up-regulation of AR and Steroidogenesis Enzyme Expression after 3 Months of Androgen-Deprivation Therapy (2020).

Prof. Dr. dr. Agus Rizal Ardy Hariandy Hamid, Sp.U(K), FICRS, Ph.D. menamatkan pendidikan Dokter di FKUI pada 2001; menyelesaikan pendidikan Spesialis Urologi FKUI pada 2008; dan memperoleh gelar Ph.D dari Radboud University, Nijmegen Medical Center, Nirmegen, Netherland pada 2016. Pada 2022, ia menerima Hak Kekayaan Intelektual untuk “Video Edukasi Biopsi Prostat”; Hak Kekayaan Video Kegiatan Pengabdian Masyarakat: Virtual Talkshow Sosialisasi Program Studi Urologi FKUI; dan Hak Kekayaan Intelektual Aplikasi DJ Stent Watcher.Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Agus turut dihadiri oleh Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Syah Mirsya Warli, Sp.U(K); Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Prof. Dr. dr. Doddy M Soebadi Sp.B., Sp.U(K); dan Pimpinan Majelis Ta’lim Raudhotus Sholihin, Citapen, Ciawi, Bogor, Ir. H. Suyadi Cakrawijaya.

Related Posts