id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Apa Itu Museologi?

Universitas Indonesia > Berita > Apa Itu Museologi?

Museologi merupakan salah satu ilmu terapan dalam bidang ilmu arkeologi. Di UI, museologi termasuk ke salah satu peminatan dalam Program Studi Magister Arkeologi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya. Apa sebenarnya museologi dan apa saja yang dipelajari di dalamnya? Peminatan museologi sudah sejak 1994 dirintis oleh Arkeologi UI. Beberapa mata kuliah terkait museologi sudah terlebih dahulu diberikan pada mahasiswa program sarjana Arkeologi. Peminatan ini resmi dibentuk pada 2006. Pada semester pertama, bersama mahasiswa dari peminatan-peminatan lain di Program Studi Magister Arkeologi, mahasiswa mendapatkan beberapa mata kuliah yang sama. Mata kuliah tersebut antara lain terkait dengan teori kebudayaan, filsafat ilmu, teori arkeologi, dan metode penelitian. Baru setelah masuk ke semester dua, mahasiswa mendapat mata kuliah terkait dengan peminatan masing-masing. Mahasiswa peminatan museologi antara lain memelajari strategi pemasaran museum, tata pamer dan kajian koleksi.

Menurut Sekretaris Program Studi Magister Arkeologi Dr. Ali Akbar, museologi berbeda dengan ilmu arkeologi murni. Pada arkeologi murni, yang ditekankan adalah bagaimana memeroleh benda, temuan, dan peninggalan arkeologi lainnya untuk diolah dan ditafsirkan. Penafsiran tersebut kemudian dapat menghasilkan suatu pengetahuan. Sementara itu, museologi menekankan pada benda atau peninggalan yang sudah diperoleh dari hasil penelitian arkeologi. Museologi memelajari bagaimana mengelola lebih lanjut benda tersebut dalam sebuah wadah yang disebut museum. Karena museum disiapkan untuk umum, maka museologi juga memelajari manajemen museum dan bagaimana berinteraksi dengan masyarakat luas. “Museologi lahir karena arkeologi merasanya kiprahnya belum tuntas kalau pengetahuan yang ada belum sampai ke masyarakat,” ujar Abe, sapaan akrab Dr. Ali Akbar.

Museum saat ini telah tersebar di seluruh provinsi di Indonesia. Lebih lanjut Abe mengatakan, masalah yang dialami banyak museum saat ini adalah belum sampainya pesan yang ingin disampaikan museum kepada masyarakat. Museum juga dinilai masih kurang menyajikan hal yang menarik untuk masyarakat. Oleh karena itu, kata dia, penting bagi museum untuk tidak hanya menyajikan aspek pendidikan tetapi juga aspek hiburan. “Sementara ini dibuka saja, tidak peduli pelayanananya seperti apa, banyak yang datang atau tidak, pengetahuannya sampai atau tidak,” kata Abe.

Sebagian mahasiswa di peminatan museologi merupakan pegawai atau sedang bekerja di museum. Dalam perkuliahan, permasalahan-permasalahan yang ditemui oleh mahasiswa di lapangan dibahas. Dengan membahasnya, diharapkan mahasiswa bisa mendapatkan solusi. Lulusan peminatan museologi, kata Abe, dapat mempraktekan ilmu yang didapatkan di bangku kuliah langsung di tempat kerja. “Tesis juga dibuat applicable, sehingga begitu lulus dapat dipakai, dan rata-rata mendapatkan peningkatan karir,” sambung Abe.

Abe juga menyampaikan, terdapat tiga fungsi dasar yang dimiliki oleh museum. Fungsi yang pertama adalah fungsi reservasi. Dalam fungsi ini, benda atau koleksi yang ada di museum harus ditangani dengan baik. Fungsi ini juga menuntut agar setiap koleksi yang ada di museum juga dijaga agar tidak rusak dan hilang. Fungsi lainnya yaitu fungsi riset. Setiap benda koleksi museum, menurut Abe, harus terus diteliti. Penelitian di museum akan menjadikan museum selalu memiliki pengetahuan baru. Abe berpendapat saat ini kebanyakan museum bersifat pasif dan menunggu peneliti dari luar untuk melakukan riset. Seharusnya museum itu sendiri yang melakukan penelitian. Dengan demikian, meskipun koleksinya tetap sama akan tetapi akan datang pengetahuan baru jika terus dikaji. Hal tersebut juga dapat yang membuat pengunjung datang berkali-kali. “Pengunjung kalau udah tahu biasanya nggak mau datang lagi, karena informasinya tidak berubah,” kata dia lagi.

Fungsi selanjutnya adalah fungsi komunikasi. Menurut Abe, komunikasi dari museum harus sampai dan mendapatkan timbal balik dari masyarakat. Museum perlu memastikan apakah masyarakat memahami atau tidak pesan yang disampaikan. Komunikasi yang disampaikan, kata dia, tidak harus kaku. “Museum harus ada aspek hiburan. Orang ke museum juga enjoy, menarik, dan buat rekreasi juga,” tambah Abe.

Abe menekankan, museum lebih tepat disebut sebagai sebuah organisasi, bukan sebuah tempat. Tugas museum adalah mengumpulkan koleksi, melindungi, dan menyampaikannya kepada khalayak. Oleh karena itu, sistem penjagaan dan penyimpanan benda koleksi harus terus diperketat. Museum juga seharusnya dipandang sebagai objek vital negara yang pengamanannya melebihi pengamanan bank. “Kalau bank yang hilang hanya uang. Kalau museum yang hilang tidak hanya materi, tetapi juga pengetahuan,” lanjutnya.

Di Indonesia, menurut Abe, museum yang sudah menerapkan fungsi komunikasi yang baik antara lain Museum Nasional, Museum Polri, dan Museum Bank Indonesia. Untuk di luar Jakarta, ada Museum Ullen Sentalu yang bertempat di Yogyakarta. Sementara itu, jika dilihat dari segi keamanan, menurut Abe yang sudah baik adalah pengamanan di Museum Di Tengah Kebun di kawasan Kemang, Jakarta Selatan. KHN

Related Posts

Leave a Reply