id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Badai dan Perjuangannya untuk Kuliah di UI

Universitas Indonesia > Berita > Badai dan Perjuangannya untuk Kuliah di UI

Badai

Pemilihan Mahasiswa Berprestasi (Mapres)  2016 sudah dilaksanakan bulan Mei lalu. Hasilnya, tiga besar Mapres yang terpilih saat pada itu adalah Irman Faiz (Fakultas Ekonomi), Badai Yuda Pratama (Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik ), dan Yolla Miranda (Fakultas Teknik) mendapatkan predikat 1, 2, dan 3 secara berurut.

Setiap keberhasilan mempunyai kisah dan cerita yang panjang di baliknya, begitu juga dengan ketiga mapres ini. Salah satu yang menarik untuk disimak adalah kisah dibalik sang juara kedua mapres UI, Badai Yuda.

Perjalanan Badai untuk bisa berkuliah di UI bukanlah perjalanan yang mudah. Sejak kecil, Badai tidak mempunyai sosok ayah, sementara ibunya bekerja serabutan untuk mendukung penghasilan keluarga.

Karena pertimbangan ekonomi, ibu Badai memasukkan Badai ke Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 5 Surabaya jurusan mesin otomotif. Dengan harapan begitu lulus Badai dapat langsung bekerja dan hidup mandiri, entah sebagai pekerja pabrik ataupun montir di bengkel terkenal.

Marah dan kecewa awalnya adalah perasaan yang dirasakan oleh Badai, namun akhirnya ia memahami bahwa ibunya melakukan itu dengan maksud baik, dan karena ketidakpahaman beliau akan manfaat mengenyam jenjang pendidikan tinggi.

Sejak saat itulah Badai bergabung dengan komunitas-komunitas debat, dan melihat betapa piawainya mahasiswa-mahasiswa UI yang tergabung dalam English Debate Society berdebat. Hal tersebut menjadi salah satu motivasi bagi Badai untuk bisa menjadi bagian dari Jaket Kuning.

“Debat UI bagus banget dan sangat intelek. Gw sangat terinspirasi pada saat itu,” kata Badai.

Sambil menyimpan keinginan untuk melanjutkan diri ke jenjang pendidikan tinggi, Badai akhirnya berhasil menyelesaikan jenjang SMK-nya dengan baik. Ia berencana membiayai perjuangan akan mimpinya ini sendiri, tanpa merepotkan orang lain.

Begitu lulus, berbagai pekerjaan dijalaninya, seperti pencuci piring Pizza Hut, penjaga toko Circle K, dan akhirnya sebagai marketing dan pengajar tetap di Primagama Quantum Kid.

Uang hasil bekerjanya ia jadikan modal untuk mengikuti program intensif ujian masuk perguruan tinggi di salah satu lembaga bimbingan belajar di Surabaya, dan biaya hidup selama di perantauan.

Perjuangan Badai tidaklah sia-sia, ia diterima di UI pada program studi Administrasi Fiskal, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, melalui jalur SNMPTN. Menurutnya, kunci dari keberhasilannya pada saat itu adalah keinginan untuk merubah nasib.

“Kalau gw gak pendidikan tinggi, gw akan selamanya terjebak dalam sistem ini, tanpa bisa mengubah keadaan,” ujarnya.

Di UI, Badai mendapatkan beasiswa Bidik Misi untuk mendukungnya dalam sisi finansial selama berkuliah. Selama berkuliah, Badai juga menyambi sebagai pengajar privat untuk mencari uang tambahan.

Setelah mendapat predikat juara 2 Mapres UI, ia punya beberapa rencana dan harapan kedepannya.

Ia berencana untuk mengambil beasiswa di luar negeri untuk memperdalam ilmu pajaknya. Hal tersebut adalah salah satu cara Badai mewujudkan cita-cita utamanya, yaitu mendirikan sekolah yang menekankan pada toleransi dan menghargai perbedaan kelas-kelas sosial dalam masyarakat.

Penulis : Wanda Ayu

Related Posts

Leave a Reply