id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Circular Economy, Upaya Mengelola Sampah Plastik dalam Bisnis Berkelanjutan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Circular Economy, Upaya Mengelola Sampah Plastik dalam Bisnis Berkelanjutan

Penulis: Humairah Nur

Kegiatan Asian Students Environment Platform (ASEP) pada hari kedua (10/8/2021) menghadirkan Edi Riva’i selaku Vice President of Corporate Relations and Sustainability PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) sebagai pembicara kuliah umum kedua. Sesi ini mengangkat tema keterlibatan swasta dalam pembentukan industri daur ulang. Dalam paparannya, Edi Riva’i mengulas CAP dan keterlibatannya dalam upaya pembangunan berkelanjutan.

CAP merupakan produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia dan merupakan satu-satunya produsen yang menghasilkan cairan kimia napta cracker. CAP juga merupakan produsen tunggal dalam negeri yang memproduksi ethylene, styrene monomer, dan butadiene. Perusahaan ini memproduksi bahan baku plastik dan bahan kimia yang digunakan mulai dari produk kemasan, pipa, elektronik, hingga otomotif.

.Dalam mengatasi permasalahan sampah plastik, CAP membentuk ekonomi sirkular (circular economy), sebuah sistem ramah lingkungan yang mempertahankan nilai material agar dapat digunakan berulang-ulang. Sistem ekonomi sirkular bertujuan untuk memaksimalkan penggunaan material secara sirkular untuk meminimalkan produksi limbah dengan memulihkan dan menggunakan kembali produk dan bahan sebanyak mungkin, secara sistemik, dan berulang-ulang.

Konsep ekonomi sirkular berpedoman pada prinsip utama mengurangi sampah dan memaksimalkan sumber daya yang ada. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan ini juga mengedepankan ketahanan dengan keterlibatan berbagai stakeholder dan berpikir dalam sistem.

Pendekatan ekonomi sirkular ini tentunya berbeda dengan ekonomi linear tradisional yang menggunakan model ambil- pakai- buang (take – make – dispose). “Kita membangun ketahanan melalui keragaman. Kita tidak bisa bekerja sendiri, kita harus bekerja sama mulai dari pemerintah, swasta, akademisi, dan pemangku kepentingan lainnya. Dalam ekonomi sirkular, kita tidak boleh melihat hanya dalam satu sisi saja melainkan turut mempertimbangkan aspek lainnya seperti sosial,” ujar Edi.

Terdapat beberapa cara yang diterapkan CAP untuk mengatasi sampah plastik dalam konsep ekonomi sirkular. Pertama, CAP melakukan daur ulang plastik dalam bank sampah. CAP bekerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta berusaha mendaur ulang produk plastik melalui Jakarta Recycle Center (JRC). JRC merupakan sistem pengelolaan sampah dengan mengedepankan pemilahan sampah dari sumbernya, yaitu masyarakat. Sampah yang telah dipilah akan didaur ulang menjadi material baru berbagai macam produk seperti BBM, penguat aspal berbahan dasar plastik, pupuk, pakan organik dan media tanam.

Dalam program JRC, CAP ikut terlibat dalam menyediakan kantung pemilahan sampah dan poster yang dibagikan kepada perumahan yang bekerja sama dengan JRC. Kegiatan ini merupakan suatu inovasi terhadap pengelolaan sampah dengan melibatkan berbagai macam stakeholder untuk menumbuhkan budaya pemilahan sampah bagi setiap warganya. Dengan adanya fasilitas ini, diharapkan masyarakat dapat menumbuhkan budaya memilah sampah.

Program lainnya yang diterapkan CAP dalam ekonomi sirkular adalah daur ulang ke produk lain (upcycling plastik), yaitu sebagai campuran aspal. Dalam program ini, dengan didampingi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), CAP menerapkan aspal plastik di lingkungan pabriknya di Cilegon, Banten. Dalam prosesnya, CAP menggunakan dua juta kantong plastik bekas seberat tiga ton sebagai campuran aspal untuk diaplikasikan di area seluas 6.372 m2. Berdasarkan penelitian Kementerian PUPR, campuran sampah plastik dengan komposisi ideal, sebesar 5-6%, mampu meningkatkan nilai stabilitas aspal hingga 40% .

Edi berkata bahwa implementasi aspal plastik ini membuktikan bahwa plastik itu memiliki nilai sehingga merupakan produk berkelanjutan. Ia berharap dengan adanya aspal plastik ini dapat mengurangi beban lingkungan terhadap sampah plastik. “Sampah akan berkurang. Hal ini merupakan solusi, tapi solusi utama adalah mengubah perilaku kita terhadap plastik. Jadi kita harapkan mulai dari diri kita sendiri bertanggung jawab terhadap sampah yang kita keluarkan agar tidak menjadi beban lingkungan. Menurut saya adalah plastik itu terlalu mahal untuk dijadikan sampah,” ujarnya. Disamping menjadi bagian dari program sustainability perusahaan, keberadaan program-program ini diharapkan dapat menjadi salah satu solusi efektif pengelolaan sampah di Indonesia.

Terkait plastik, Edi juga memaparkan bahwa saat ini plastik telah mendominasi berbagai produk sehari-hari. Plastik menjadi komoditas penting dalam kehidupan. Terjadinya peningkatan penggunaan plastik sebagai material berakibat pada meningkatnya sampah plastik. Meskipun begitu, Edi menyatakan bahwa dalam mengurangi dampak buruk pada lingkungan bukan hanya tentang memilih, melarang, merekomendasikan atau meresepkan material atau bahan tertentu, tetapi juga tentang mengubah perilaku konsumen untuk meningkatkan tingkat penggunaan kembali dan untuk menghindari membuang sampah sembarang

CAP berkomitmen dalam membangun bisnis yang berkelanjutan. Hal ini berarti bahwa CAP akan terus meningkatkan kinerja dan menciptakan kehidupan yang harmonis dengan masyarakat sekitar dan lingkungan. Komitmen ini sejalan dengan tiga prinsip perusahaan, yaitu Planet, People, Profit. Menyikapi komitmen ini, CAP berupaya menyeimbangkan kepentingan ekonomi, lingkungan, dan sosial agar berjalan secara berdampingan. Salah satunya dengan berkontribusi mengatasi permasalahan sampah, khususnya sampah plastik, yang tengah menjadi perhatian global.

Related Posts