id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Doktor FKG UI Teliti Proses Perawatan Gigi Tiruan bagi Lansia

Universitas Indonesia > Berita > Doktor FKG UI Teliti Proses Perawatan Gigi Tiruan bagi Lansia

Pada tahun 2050, usia harapan hidup lansia (lanjut usia) di Indonesia diperkirakan akan meningkat mencapai usia 80 tahun, jumlah ini meningkat 11% dari usia sebelumnya yaitu 72 tahun. Meningkatnya usia harapan hidup ini berdampak terhadap peningkatan berbagai penyakit degeneratif dan metabolik yang terjadi pada perempuan berusia 50-75 tahun, diantaranya penyakit osteoporosis yang ditandai dengan penurunan kualitas tulang.

Penurunan kualitas tulang pada perempuan berusia 50-75 tahun, terjadi akibat penurunan sekresi hormon estrogen di ovarium pada masa pascamenopause. Penurunan kualitas tulang juga terjadi pada tulang dirongga mulut yaitu tulang alveolar. Hal tersebut berdampak pada terjadinya resorpsi tulang alveolar dan berkurangnya ketinggian tulang alveolar maksila dan mandibula. Resorpsi tulang yang berlebihan akan mengakibatkan terjadinya kehilangan gigi sehingga menyebabkan kebutuhan akan gigi tiruan meningkat.

Perawatan gigi tiruan bagi lansia merupakan perawatan yang rumit, hal ini disebabkan karena gigi tiruan yang cepat longgar setelah beberapa waktu digunakan, walaupun sudah dibuat dengan
prosedur yang benar, terutama pada gigi tiruan mandibula.

????????????????????????????????????

Hal ini menjadi alasan bagi dokter gigi pentingnya mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan resorpsi tulang alveolar terutama pada regio mandibula, agar dapat merencanakan desain perawatan yang tepat bagi pasien yang berisiko mengalami resorpsi tulang alveolar yang berat, sehingga perawatan gigi tiruan tidak cepat longgar dan nyaman digunakan.

Berbagai faktor diduga berperan terhadap keparahan resorpsi tulang alveolar pada lansia. drg. Susi R Puspitadewi, Sp.Pros. melakukan penelitian untuk memprediksi keparahan resorpsi tulang alveolar melalui faktor sosiodemografis, lingkungan, klinis, radiografik, hormon dan genetika pada perempuan berusia 50 sampai dengan 75 tahun. Ia ingin mendalami lebih jauh tentang peran faktor-faktor tersebut terhadap keparahan resorpsi tulang alveolar, sehingga diharapkan dapat digunakan untuk membantu mencegah kegagalan khususnya dalam perawatan gigi tiruan.

Berdasarkan hasil uji penelitian yang dilakukan oleh drg.Susi ini diperoleh dua model indeks tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula yaitu model satu terdiri dari variabel kualitas tulang kortikal mandibula, PTH (Parathyroid Hormone) dan FSH (Follicle Stimulating Hormone) dan model dua terdiri dari kualitas tulang kortikal mandibula dan FSH, hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa faktor kualitas tulang dan hormon merupakan variabel yang paling berperan terhadap tingkat keparahan resorpsi tulang alveolar mandibula pada perempuan berusia 50 sampai dengan 75 tahun.

Pemaparan hasil penelitian tersebut dipresentasikan oleh drg. Susi R Puspitadewi, Sp.Pros. pada sidang promosi doktoralnya dengan disertasi berjudul “Prediksi Keparahan Resorpsi Tulang Alveolar: Analisis Peran Faktor Risiko Sosiodemografis, Lingkungan, Klinis, Radiografik, Hormon dan Genetik Pada Perempuan Usia 50-75 Tahun”, Senin (20/7/2020) di Aula FKG UI Salemba.

Related Posts

Leave a Reply