id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rektor UI: Grafik Positif Meski Sedikit, Cegah Resesi

Universitas Indonesia > Berita > Rektor UI: Grafik Positif Meski Sedikit, Cegah Resesi

Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., Rektor Universitas Indonesia (UI), dalam program Kompas Bisnis di Kompas TV pada Kamis (25/6/2020) mengatakan bahwa masih ada peluang positif bahwa ekonomi Indonesia akan membaik pada masa “kenormalan baru”.

“Indikasi ini terlihat dari penuhnya pasar-pasar kita saat lebaran kemarin, atau ketika Car Free Day (CFD) kemarin kembali dibuka, kita lihat betapa banyak masyarakat yang tumpah-ruah di Thamrin – Sudirman. Jadi masalah semangat daya beli masih ada, yang penting bagaimana meyakinkan masyarakat agar mau bertransaksi kembali,” kata Prof. Ari.

Untuk itu banyak hal yang bisa dilakukan, diantaranya adalah edukasi protokol kesehatan di tempat-tempat umum seperti mall atau kereta. Selain itu, keteladanan kepatuhan yang dicontohkan oleh para tokoh masyarakat juga dapat membantu menumbuhkan tingkat kepercayaan masyarakat.

“Nah, kalau itu dilakukan pelan-pelan, masyarakat akan berbelanja lagi, sehingga roda perekonomian berjalan lagi, terutama di sektor-sektor yang penting, yaitu perdagangan, hotel, akomodasi, dan transportasi,” ujarnya.

Mengenai adanya resesi pada kuartal ketiga perekonomian di tahun ini, menurutnya hal tersebut harus dilihat dulu dari pola pertumbuhan ekonomi pada kuartal kedua. Bila pertumbuhan ekonomi pada kuartal tersebut menunjukkan grafik positif walaupun sedikit, maka resesi dapat dihindarkan.

Hal ini terjadi karena definisi resesi adalah keadaan dimana selama dua triwulan berturut-turut grafik perekonomian terus mengalami penurunan. Jadi, bila ada kenaikan grafik, walaupun sedikit, maka tidak bisa dikatakan sebagai resesi.

Prof. Ari juga mengatakan bahwa kebijakan fiskal yang dilakukan pemerintah seperti keringanan pajak, bantuan sosial, penempatan dana pemerintah di bank-bank umum itu sudah cukup dalam mempersiapkan perekonomian kita memasuki masa kenormalan baru.

Menurutnya, yang kurang adalah kebijakan-kebijakan yang bersifat edukasi dan keteladanan budaya. Ia mencontohkan misalnya ada kampanye tokoh-tokoh publik yang melakukan perjalanan dengan menerapkan protokol kesehatan atau semacamnya.

“Karena, kunci meningkatkan kepercayaan masyarakat untuk bertransaksi lagi adalah di pembentukan budaya,” katanya.

Related Posts

Leave a Reply