iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Guru Besar UI Prof. Jatna Supriatna Raih Penghargaan Internasional “The Bosscha Medal 2023”

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Matematika dan IPA > Guru Besar UI Prof. Jatna Supriatna Raih Penghargaan Internasional “The Bosscha Medal 2023”

Guru besar Fakultas Ilmu Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Indonesia (UI) Prof. Jatna Supriatna, Ph.D., menerima penghargaan The Bosscha Medal 2023 dari Leiden-Delft-Erasmus Universities. Penghargaan ini diberikan atas dedikasinya dalam penelitian ilmiah, pendidikan, dan kolaborasi internasional untuk memajukan konservasi alam dan perlindungan lingkungan. Penghargaan ini diterima secara simbolik oleh Prof. Jatna pada konferensi internasional BRIN-LDE Academy 2023 dan diberikan langsung oleh Dean of Leiden-Delft-Erasmus (LDE) Universities Alliance Prof. Wim van den Doel, di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Tangerang Selatan, pada Senin (23/10).

Bagi Prof. Jatna, penghargaan The Bosscha Medal 2023 merupakan sebuah cambuk untuk dirinya agar terus berkarya, khususnya tentang menggabungkan keunggulan ilmiah dan pengajaran dengan dampak sosial yang kritis. Hingga saat ini, Prof. Jatna telah menerbitkan 30 buku yang sebagian besar tentang keanekaragaman hayati dan lingkungan Indonesia. Lalu, ia juga telah menerbitkan lebih dari 180 artikel di jurnal internasional dalam ruang lingkup biologi konservasi, alam, primata, konservasi primata, herpetologi, dan lainnya. Selain itu, ia juga tercatat telah menerbitkan dua buku yang masuk dalam daftar buku-buku lingkungan terlaris di Indonesia, yaitu Biologi Konservasi (Conservation Biology 2007) dan Menyelamatkan Alam Indonesia (Saving of Indonesia’s Nature 2009).

Lebih dari itu, Prof. Jatna juga dianggap sangat berperan dalam menjaga dan meningkatkan hubungan antara UI dan Leiden University. Ia telah bekerja sama dengan para profesor di Belanda dalam melakukan berbagai penelitian dan membimbing mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di Leiden University, khususnya program doktoral. Kemudian, ia juga secara aktif berkontribusi pada summer/winter school programmes yang diselenggarakan oleh UI dan Leiden University. Pada kegiatan ini, mahasiswa dari kedua universitas bekerja sama dalam topik-topik yang berkaitan dengan konservasi dan keberlanjutan.

“Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, kita perlu memiliki generasi muda yang fokus pada nilai-nilai keanekaragaman hayati. Ke depannya, saya akan terus bekerja, melakukan riset, turun ke lapangan, mengajar, dan membimbing mahasiswa,” ujar Prof. Jatna.

Sampai dengan saat ini, Prof. Jatna telah banyak menerima penghargaan dari berbagai institusi dan universitas baik dalam maupun dari luar negeri. Pada Agustus lalu, ia menerima penghargaan internasional The Margot Marsh Award for Excellence Primate Conservation 2023 yang diserahkan secara langsung oleh Russell A. Mittermeier, Chief Conservation Officer organisasi Re:Wild dalam acara World Congress of Primatology di Malaysia. Kemudian, pada 2017 ia menerima penghargaan Lifetime Achievement dari Conservation International di bidang Konservasi Keanekaragaman Hayati.

Selain itu, ia juga menerima Penghargaan Achmad Bakrie di bidang Sains atas komitmennya untuk mengembangkan Biologi Lapangan dan Konservasi di Indonesia, pada 2011. Lalu, di tahun 2010, Prof. Jatna menerima penghargaan Terry MacManus Award dari Amerika Serikat atas dedikasinya terhadap kesadaran lingkungan dan tindakan dalam melestarikan alam.

Selanjutnya, pada 2009, ia juga menerima penghargaan Habibie Award dari Presiden Ke-3 Indonesia Prof. Dr.-Ing. Ir. H. Bacharuddin Jusuf Habibie, FREng., atas pencapaian luar biasa dalam penelitian ilmu pengetahuan alam. Kemudian, pada 1999 ia menerima penghargaan pertamanya yang diberikan oleh Pangeran Bernhard dari Belanda sebagai The Most Excellence Order of Golden Ark atas dedikasinya dalam bidang lingkungan hidup.

Berkat kecintaannya dan dedikasinya dalam bidang bidang biologi konservasi, namanya juga telah diabadikan sebagai nama spesies primata tarsius baru dari Gorontalo, Sulawesi Utara, yaitu Tarsius supriatnai. Hal ini diberikan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh anggota World Conservation Union-IUCN SSC-Primate Specialist Group. Selain itu, namanya juga diabadikan untuk nama spesies tokek terbang dari Kepulauan Togean, Sulawesi Tengah, dengan nama Draco supriatnai. Lalu, oleh para peneliti Indonesia dalam sebuah survei di Taman Nasional Bali Barat, ditemukan jenis tokek baru yang dinamai dengan Bali Gecko (Cyrtodactylus jatnai).

Related Posts