id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahasiwa UI Ciptakan Cleft Sintesa untuk Tingkatkan Penanganan Bibir Sumbing di Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Mahasiwa UI Ciptakan Cleft Sintesa untuk Tingkatkan Penanganan Bibir Sumbing di Indonesia

Lima mahasiswa Universitas Indonesia (UI) lintas Fakultas berhasil menciptakan teknologi Cleft Sintesa, sebuah metode sintesis wajah 3D untuk pembuatan simulator fisik bibir sumbing guna meningkatkan kualitas penanganan kasus bibir sumbing di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM).

Inovasi ini merupakan karya Refanka Nabil (Teknik Elektro 2016), Rendi Chevi (Teknik Elektro 2016), Hanif Rachmadani (Teknik Elektro 2016), Yolanda Natalia (Teknik Industri 2016), dan Nurchalis Rasyid (Pendidikan Dokter 2017) di bawah bimbingan dosen Departemen Teknik Mesin FTUI, Dr. Radon Dhelika B.Eng., M.Eng., dan secara resmi bermitra dengan Cleft & Craniofacial Center RSCM.

Ide pembuatan Cleft Sintesa berasal dari diskusi dengan para Dokter Spesialis CCC (Cleft and Craniofacial Center) di RSCM. Diskusi tersebut berubah menjadi ide kolaborasi interdisiplin dalam menjawab poin – poin permasalahan dokter dalam penanganan bibir sumbing. “Penciptaan simulator ini dilatarbelakangi oleh lambatnya kemajuan inovasi teknologi medis di Indonesia, khususnya pada kasus bibir sumbing yang nyatanya menjadi kasus penyakit bawaan lahir terbanyak nomor tiga di Indonesia.” ujar Refanka Nabil.

Cleft Sintesa mendisrupsi metode lama pembuatan replika anatomis fisik bibir sumbing dengan mengintegrasikan sensor multifungsi accelero-gyro infrared dan metode rekonstruksi tiga dimensi edge-modelling untuk menghasilkan pencitraan bibir sumbing yang lebih akurat. Diharapkan teknologi ini dapat memudahkan proses perencanaan operasi bibir sumbing dan memungkinkan para tenaga medis untuk melatih kemampuan bedah seperti memotong dan menjahit bagian bibir sumbing tanpa menimbulkan resiko.

“Sensor multifungsi accelero-gyro infrared akan merekam kontur wajah bayi sumbing untuk mendapatkan 7 titik anatomis bibir sumbing dan rongga dalam mulut pasien tanpa adanya kontak fisik. Lalu, diolah dan diperhalus dengan edge-modelling sehingga terbentuklah model 3D bibir sumbing siap cetak yang sesuai dengan standar dari tenaga medis. Model dicetak dengan 3D printing yang mudah dipakai oleh tenaga medis.” Jelas Refanka.

Pengembangan teknologi simulator medis semacam ini baru ada di negara Kanada. Dengan teknologi ini, diharapkan dapat menjadi pelopor dalam perkembangan teknologi simulator medis di Indonesia. Saat ini, Cleft Sintesa sedang diuji kebermanfaatannya terhadap mitra oleh kelima mahasiswa tersebut untuk ajang Program Kreativitas Mahasiswa 2019 yang diselenggarakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI.

Related Posts

Leave a Reply