id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Menggali Nilai Keindonesiaan dalam Dies Natalis UI

Universitas Indonesia > Berita > Menggali Nilai Keindonesiaan dalam Dies Natalis UI

Dies Natalis_Acara_2015_websizeSenin (2/2/2015), Universitas Indonesia memperingati Dies Natalis dengan menggelar orasi ilmiah oleh Guru Besar Fakultas Ekonomi UI, Prof. Dr. Sri Edi Swasono. Orasi bertema “Menggali Nilai-Nilai Keindonesiaan” tersebut  dihadiri oleh ratusan sivitas UI. Peringatan Dies Natalis tahun 2015 ini dibuka dengan sambutan oleh Rektor UI, Prof. Dr. Ir. Muhammad Anis, M.Met. Dalam sambutannya, ia menyampaikan harapan agar UI dapat terus berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara.

Sri Edi Swasono menyampaikan orasi berjudul “Proklamasi Kemerdekaan adalah Proklamasi Budaya: Kebersamaan, Asas Kekeluargaan, Identitas, dan Eksistensi.” Dalam orasinya, ia mengatakan bahwa “Proklamasi Kemerdekaan” adalah sebuah per­nyataan budaya yang mengandung makna memangku nilai-nilai budaya dengan kesadaran berdaulat, melepaskan diri dari keter­gan­tungan dari penjajah. Namun, ia menilai, saat ini bangsa kita telah lengah budaya (culturally ignorant) serta tidak segera meng­gariskan “strategi budaya” sebagai keharusan bagi sebuah bangsa yang merdeka.

“Kita alpa tidak menggariskan suatu strategi budaya untuk memaknai kemerdekaan. Kita lengah-budaya dengan menerima liberalisme dan kapitalisme. Kita terjerumus mengejar-ngejar to have more, lupa mengejar to be more. Kita membiarkan pembangunan nasional hanya menge­jar ‘economic added value’,” ungkap Sri Edi Swasono.

Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa pembangunan nasional seharusnya tidak hanya dilihat hanya dari GDP growth. Pem­bangunan seharusnya mengutamakan kedaulatan rakyat, bukan menguta­makan neoliberalisme dan kapitalisme. Ia menjelaskan hal-hal yang terjadi saat bangsa kehilangan kedaulatan nasional.

“Kita tidak berdaulat dalam pangan, bibit, obat dasar, teknik industri, ekspor-impor, energi, teknologi, pertahanan, tata guna bumi, air, kekayaan alam, bahkan kita tidak berdaulat dalam legitimasi,” lanjutnya.

Meski demikian, ia menggarisbawahi bahwa bukan berarti bangsa Indonesia anti-asing. Hanya saja, Indonesia tidak boleh membiarkan dan bahkan menolak bahwa ekonomi asing mendominasi ekonomi nasional. Globalisasi, menurutnya, harus dihadapi sambil tetap menyadari bahwa hal itu bukanlah ajang penyerahan kedaulatan ke kekuatan-kekuatan global.

“Sebagai bangsa yang berjuang dan berperang melepaskan diri dari keterjajahan untuk merdeka, maka persatuan menjadi nilai-nilai utama keindonesiaan (core values Indonesia) yang menyertai kebersamaan dan asas kekeluargaan. Tidak ada kemerdekaan tanpa persatuan,” pungkasnya.

Setelah orasi ilmiah, peringatan Dies Natalis tahun 2015 dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng oleh Rektor UI. Dies Natalis semakin meriah dengan penampilan dari Mahawaditra UI, Vocademia, dan Liga Tari UI. (KHN)

Related Posts

Leave a Reply