iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Prof. Ery Seda Kaji Relasi Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-being dalam Perspektif Studi Pembangunan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik > Prof. Ery Seda Kaji Relasi Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-being dalam Perspektif Studi Pembangunan

Prof. Ery Seda berpendapat bahwa kemiskinan merupakan kondisi di mana individu atau sekelompok individu berada pada posisi yang kurang menguntungkan jika dibandingkan dengan kelompok lain dalam suatu masyarakat. Pada salah satu kajian konseptual, kemiskinan dilihat sebagai Deprivasi Sosial Absolut dan Deprivasi Sosial Relatif. Deprivasi Sosial Absolut menyoroti kondisi sekelompok masyarakat yang tidak mampu mendapatkan kebutuhan dasar untuk kehidupan sehari-hari, sedangkan Deprivasi Sosial Relatif mengkaji kesenjangan antara kondisi kelompok masyarakat dengan kondisi kehidupan mayoritas masyarakat.

Kemiskinan dalam konteks Deprivasi Sosial Relatif merupakan permasalahan sosial yang berkaitan erat dengan eksklusi sosial dan social well-being. Eksklusi sosial adalah konsep yang menunjukkan kurangnya akses pada sumber daya dan jasa yang disertai dengan kurangnya peran dalam dukungan sosial dan jejaring sosial. Adapun well-being dikaitkan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup. Salah satu bentuk kepuasan hidup adalah social well-being, yakni kepuasan ekonomi yang dikaitkan dengan kebahagiaan individu.

Menurut Prof. Ery, kondisi well-being dapat menjadi indikator kesejahteraan masyarakat, dan hal ini dipengaruhi oleh beragam kebijakan sosial inklusif yang diberlakukan oleh pemerintah kepada masyarakat. Oleh karena itu, ia mengkaji keterkaitan antara kemiskinan, eksklusi sosial, dan social well-being dengan Perspektif Studi Pembangunan, yaitu perspektif Relasi Triangulasi antara Negara, Pasar, dan Masyarakat.

Hasil penelitian yang dilakukan Prof. Ery menunjukkan bahwa kemiskinan, eksklusi sosial, dan social well-being memiliki relasi yang cukup beragam dan kompleks. Semakin banyak kebijakan sosial inklusif yang ditetapkan, eksklusi sosial—termasuk yang mencakup kemiskinan—cenderung semakin rendah, dan hal tersebut meningkatkan inklusi sosial sebagai bagian dari kualitas kehidupan dan indikasi meningkatnya social well-being.

Social well-being dipengaruhi oleh beberapa faktor. Pertama, kebijakan sosial negara yang berasal dari aparat pemerintah lokal, nasional, dan regional yang bersifat inklusif. Kedua, program Corporate Social Responsibility (CSR) pasar, yaitu pelaku usaha, khususnya korporasi nasional maupun transnasional. Ketiga, masyarakat yang terdiri atas kelompok sosial dan komunitas lokal, CSO/Civil Society Organization, yayasan nirlaba, serta organisasi sukarela yang mempunyai kemampuan untuk memberdayakan diri dan lebih mandiri.

Ia mengatakan tentang hal itu pada saat pengukuhannya sebagai guru besar UI. Rektor Universitas Indonesia (UI), Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, mengukuhkan Prof. Dra. Francisia Saveria Sika Ery Seda, M.A., Ph.D. sebagai Guru Besar dalam Bidang Studi Pembangunan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Rabu (6/12), di Balai Sidang Kampus UI Depok. Pada prosesi pengukuhannya, Prof. Ery menyampaikan orasi ilmiah berjudul “Kemiskinan, Eksklusi Sosial, dan Social Well-being Perspektif Studi Pembangunan”.

Menurutnya, negara bukanlah satu-satunya pihak yang bisa memberikan solusi atau jalan keluar bagi permasalahan kemiskinan dan eksklusi sosial. Pihak pasar juga bisa memberikan solusi atas masalah sosial melalui beragam program CSR. “Mungkin perlu dipertimbangkan untuk menjadikan komunitas lokal dan para pemangku kepentingan bukan hanya sebagai stakeholder, tetapi juga sebagai shareholder perusahaan,” ujarnya.

Di sisi lain, masyarakat—dengan peningkatan kemandirian dan pemberdayaan diri dalam desentralisasi, khususnya otonomi daerah—akan  semakin memiliki kapasitas, kapabilitas, dan kolaborasi untuk mendapatkan solusi yang efektif dalam menghadapi berbagai persoalan. Oleh sebab itu, Perspektif Studi Pembangunan diharapkan dapat berkontribusi pada kajian dan pemberian solusi atas permasalahan kemiskinan dan eksklusi sosial, sehingga turut meningkatkan kondisi social well-being bagi masyarakat Indonesia.

Penelitian Prof. Ery tentang permasalahan kemiskinan merupakan satu dari banyaknya penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya. Beberapa di antaranya adalah Social Inclusion Challenges and the Future of Relational Wellbeing: The Case of Indonesia and South Korea (2023); Community Still Matters: Horizontal and Vertical Interrelation of Social Advantages in Explaining Personal Well-being in Indonesia (2022); serta Manfaat, Pandangan, dan Alternatif Program Perhutanan Sosial di Dua Kelompok Rujukan, Kabupaten Pemalang (2022).

Prof. Ery menamatkan pendidikan S1 Sosiologi, FISIP UI pada 1987; menyelesaikan pendidikan S2 Asian Studies, Cornell University, Ithaca, New York, Amerika Serikat pada 1989; dan lulus dari studi S3-Development Studies, University of Wisconsin-Madison, Amerika Serikat pada 2001. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Redaksi MASYARAKAT: Jurnal Sosiologi (MJS) untuk periode 2008–2016; serta Ketua Departemen Sosiologi, FISIP UI periode 2017–2020.

Prosesi pengukuhan guru besar Prof. Ery turut dihadiri oleh Uskup Keuskupan Agung Jakarta, Kardinal Prof. Dr. Ignatius Suharyo, Pr; Uskup Keuskupan Maumere, Uskup Mgr Edualdus Martinus Sedu, Pr; CEO Kelompok Kompas Gramedia, Lilik Oetama; Wakil Gubernur Nusa Tenggara Timur Periode 2018–2023, Dr. Yosef Adreanus Nae Soi; Ketua Pengurus Yayasan Atma Jaya, Linus M. Setiadi; Ketua STF Driyarkara, Dr. Simon L. Cahyadi, Pr; dan Ketua Board Wahana Visi Indonesia, Guntur Tampubolon.

 

Penulis: Sasa

Related Posts