id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Prof. Risqa, Penggagas Kartu Menuju Gigi Sehat

Universitas Indonesia > Berita > Prof. Risqa, Penggagas Kartu Menuju Gigi Sehat

 

Fokus pada riset-riset seputar kesehatan gigi masyarakat dan kedokteran gigi pencegahan, Prof. drg. Risqa Rina Darwita, Ph.D telah beberapa kali melakukan riset pada komunitas yang bertujuan mengedukasi masyarakat tentang kesehatan gigi. Salah satu riset yang dilakukannya unggul dan meraih medali emas pada Kompetisi Riset Ilmiah GC Competition The 23rdSEAADE-GC Dental Asia Student Prevention Table Clinician Program 2012 di Hong Kong. Risqa dan tim menjadi juara karena risetnya yang berjudul “Decreasing ECC risk factor by oral health promotion intervation in the community”. Dalam kompetisi tersebut, ia dibantu oleh empat mahasiswa FKGUI yaitu Astri Mentari, Meilisa Rachmawati, Nelly Suriamah, dan Rizky Amalia.

Wanita yang dikukuhkan sebagai guru besar FKGUI pada April 2012 tersebut, mengangkat masalah karies gigi susu yang terjadi pada anak-anak yang berusia di bawah 3 tahun. Penelitiannya dilakukan di Depok dan di Serpong. Salah satunya dilakukan di Kelurahan Tugu, Kota Depok. Penelitian diawali dengan survei terhadap perilaku dan kebiasaan orang tua di rumah dalam menjaga kesehatan gigi anaknya. Hal tersebut bertujuan untuk melihat risiko karies yang dapat timbul pada gigi anak. Penelitian dilakukan di posyandu-posyandu dengan memberdayakan kader-kader posyandu. Jika biasanya kegiatan yang dilakukan kader posyandu adalah penimbangan bayi dan pengecekan status gizi, pada penelitian tersebut kader dilatih untuk melakukan penilaian pada kesehatan gigi susu anak. Kader sendiri, adalah ibu-ibu yang berada di bawah organisasi PKK yang bekerja suka rela di posyandu atau puskesmas. Kader antara lain bertugas melakukan pengecekan jika terdapat gigi yang berlubang dan mencatat kebiasaan sikat gigi anak. Selain itu, kader memberikan pelatihan bagaimana cara memelihara kesehatan gigi dan mulut yang baik.

Kader posyandu dalam melaksanakan tugasnya menggunakan Kartu Menuju Gigi Sehat (KMGS). KMGS dibuat dengan kolom-kolom berwarna. Pada kartu tersebut, jika risiko karies tinggi, penilaian dilakukan di kolom merah, jika risikonya sedang di kuning, dan jika risiko kariesnya rendah penilaian dilakukan di kolom hijau. Hal tersebut diakui Risqa akan memudahkan orang awam mengetahui kondisi gigi anaknya. Selain itu, ada juga kartu harian yang dibawa ibu ke rumah. Kartu tersebut digunakan untuk mencatat perkembangan kesehatan gigi anak selama di rumah. Menurut Risqa, karies gigi susu dapat diatasi dengan penambalan. Penambalan dapat mencegah terjadinya masalah yang lebih besar yang diakibatkan oleh karies, seperti pembengkakan.

Masalah karies gigi pada anak telah menjadi perhatian Risqa dalam beberapa tahun terakhir. Menurutnya, faktor-faktor yang memengaruhi risiko karies gigi pada balita, antara lain pemberian botol susu ketika anak tidur, tidak rutin membersihkan gigi dan mulut, dan pengetahuan serta sikap ibu terhadap kesehatan gigi dan mulut. Ia juga mengungkapkan, anak balita yang mengalami keparahan karies gigi akan sulit menghancurkan makanan di dalam mulutnya, sehingga makanan yang masuk ke perut masih dalam keadaan kasar. Karies  gigi dapat menimbulkan gangguan penyerapan zat gizi oleh sel-sel dalam usus dua belas jari. Keadaan tersebut, menurut Risqa, dapat menyebabkan anak kekurangan gizi.

Pelayanan kesehatan oleh kader posyandu dapat dilakukan dalam bentuk penyuluhan setelah anak ditimbang dan diimunisasi di posyandu. Lebih lanjut ia berharap, proses pemberdayaan ibu-ibu PKK melalui aktifitas di posyandu dapat mencegah terjadinya kurang gizi pada anak. Kedepannya, ia berencana akan memberdayakan guru-guru di TK dan PAUD untuk menerapkan KMGS. Hal tersebut bertujuan agar anak dapat dididik bagaimana memelihara gigi yang baik sedini mungkin.(KHN)

Related Posts

Leave a Reply