id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Quo Vadis Ketahanan Pangan, Gizi, dan Budaya Konsumsi Masyarakat Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Quo Vadis Ketahanan Pangan, Gizi, dan Budaya Konsumsi Masyarakat Indonesia

Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Indonesia (UI) mengadakan webinar series dengan topik “Quo Vadis Ketahanan Pangan, Gizi, dan Budaya Konsumsi?” yang membahas mengenai pola ketahanan pangan, gizi, hingga budaya konsumsi yang ada dalam masyarakat di Indonesia. Nara sumber pada webinar ini antara lain Rektor Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Dr. Arif Satria, SP. M.Si; Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Prof. Dr. Semiarto Aji Purwanto; dan Guru Besar Tetap Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) UI, dr. drg, Sandra Fikawati, MPH.

“Isu ketahanan pangan dan perbaikan gizi menjadi persoalan yang krusial untuk meningkatkan rutinitas dan kualitas hidup masyarakat Indonesia,” kata Ketua DGB UI Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH, MA, Ph.D saat membuka webinar yang diselenggarakan secara daring pada Rabu (3/5). Indonesia dampak mengambil manfaat dan belajar dari negara-negara tetangga untuk bisa menyediakan lahan pertanian produktif, infrastruktur pertanian yang memadai, serta memastikan distribusi pangan yang merata. “Terlebih permasalahan global, seperti perang Rusia dengan Ukraina yang memengaruhi ketahanan pangan di Indonesia,” ujar Harkristuti.

Dalam keynote speechnya, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Ristek Hilmar Farid menyoroti permasalahan food waste dan foodless yang tinggi serta kualitas pangan yang rendah di Indonesia. Ia juga menekankan konsep pangan bijak dari sektor produksi hingga pengelolaan limbah. Konsep ini menekankan perlu adanya penguatan kebijakan dalam pengelolaan sistem pangan secara keseluruhan. “Di sisi produksi, Indonesia telah mengalami homogenisasi atau penyeragaman bahan pangan pokok. Hal ini dapat dilihat dari data bahwa 50% dari konsumsi bahan pangan pokok masyarakat Indonesia berpusat pada 4 jenis bahan pangan, yakni padi, gandum, jagung, dan kentang,” kata Hilmar.

Sementara Prof. Aji melihat persoalan pangan bukan sebatas persoalan biologis, tetapi juga persoalan budaya. “Tidak semua pilihan-pilihan makanan tersebut kita makan, selalu ada saja preferensi untuk memilih pangan kita,” kata Prof Aji. Kebiasaan makan, seperti konsumsi nasi ataupun roti menunjukkan peristiwa budaya yang sangat dekat dengan keseharian kita. Dalam aktivitas konsumsi tersebut, terdapat berbagai macam pengalaman makan yang disebut sebagai khasanah rasa. Singkatnya, khasanah rasa menjadi kekayaan rasa yang diekspresikan berbeda, bahkan di berbagai daerah untuk menyatakan apresiasi mereka terhadap makanan.

Dalam pemaparannya mengenai kualitas gizi masyarakat Indonesia, Prof. Sandra membagi penjelasannya dalam tiga struktur, yakni pola konsumsi pangan di Indonesia, status gizi masyarakat, dan status kesehatan masyarakat. “Terdapat tren peningkatan dan penurunan pola konsumsi pangan di Indonesia. Daging, minyak dan kelapa, makanan dan minuman instan, hingga rokok mengalami tren peningkatan. Sedangkan, padi-padian, buah-buahan, telur dan susu hingga sayur-sayuran mengalami hal yang sebaliknya.

Pemilihan konsumsi ini memiliki pengaruh terhadap permasalahan pertumbuhan dan perkembangan anak. Prof Sandra menjelaskan bahwa stunting sebagai bagian dari permasalahan di Indonesia, tidak dapat dicegah tanpa memperhatikan pola asupan dari anak.

Stunting ini pun dapat mengakibatkan terbatasnya tinggi badan anak di usianya saat menginjak dewasa kedepannya.

“Permasalahan stunting di negara kita mencapai 30%, dalam masa pertumbuhan, kita mempertimbangkan aspek zat gizi yang baik bagi anak, khususnya protein hewani karena kandungan asam amino esensialnya lebih lengkap. Namun, konsumsi protein hewani di Indonesia sangat tertinggal dibandingkan negara ASEAN lainnya,” ujar Prof Sandra.

DGB UI menggagas webinar ini untuk memastikan pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan tercapai berdasarkan poin ke-12 dalam agenda Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs), yakni konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab. Webinar ini diselenggarakan sebagai kegiatan program kerja komite 4 di tahun 2023 berdasarkan Rancangan Kerja dan Anggaran Tahunan (RKAT) Komite 4 DGB UI.

###

Penulis: Intan Shabira/ editor: Finda Salsabila

Related Posts