https://www.elementbike.id/data/selotgacorku/https://karanganbungacilacap.com/https://dupak.dinkes.jatimprov.go.id/assets/media/demos/https://e-learning.uniba-bpn.ac.id/rahasia/app.htmlhttps://elearning.ittelkom-sby.ac.id/group/s1/https://lms.unhi.ac.id/login/maxwin/https://e-learning.unim.ac.id/notes/-/smaxwin/https://uinsatu.ac.id/media/sthailand/https://simpenmas.untirta.ac.id/panduan/-/http://keris.bondowosokab.go.id/public/system/https://tik.unj.ac.id/wp-content/konten/https://perizinanfilm.kemdikbud.go.id/uploads/blog/https://dishub.babelprov.go.id/images/sgacor/https://sipolahta.dispermadesdukcapil.jatengprov.go.id/img/user/https://dpupr.bantenprov.go.id/dpupr/uploads/files/http://bendungan-kita.sda.pu.go.id/assets/css/demo/https://agroteknologi.faperta.untad.ac.id/kaktus/images/https://sisurat.itenas.ac.id/application/core/https://www.umm.ac.id/files/media/https://simojang.jabarprov.go.id/demos/seo/
Rachmat Witoelar: Dampak Perubahan Iklim Bagi Dunia Kesehatan Global - Universitas Indonesia
id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rachmat Witoelar: Dampak Perubahan Iklim Bagi Dunia Kesehatan Global

Universitas Indonesia > Berita > Rachmat Witoelar: Dampak Perubahan Iklim Bagi Dunia Kesehatan Global

Jumat (06/09/2019) telah digelar Kuliah Umum Lingkungan dan Kesehatan Global oleh Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Aula A FKM UI, Depok.

Kuliah Umum dengan topik National Strategy to Improve Quality of Environment and Health menghadirkan Prof. Rachmat Witoelar, utusan khusus Presiden Republik Indonesia untuk pengendalian perubahan iklim sebagai pembicara.

Kuliah dibuka dengan pemaparan hasil dari Global Risk Assesment Report 2019 oleh The World Economic Forum.

Dalam laporan tersebut disebutkan bahwa perubahan iklim dapat membawa berbagai risiko global dan dampak-dampak yang ditimbulkan dari perubahan iklim tidak dapat dipulihkan kembali.

Maka dari itu, Rachmat menekankan pentingnya Kolaborasi Global dalam mengatasi isu perubahan iklim ini.

Climate change bukan isu yang berdampak secara langsung ke generasi saya, namun ke generasi Anda. Oleh karena itu Anda sebagai intelektual perlu menggugah orang-orang untuk mengatasi dan mengurangi climate change”,ujarnya.

Menurut Rachmat, salah satu faktor penyebab perubahan iklim adalah emisi, dan Indonesia turut berperan dalam menyumbang emisi tersebut.

“Indonesia menyumbang emisi dari lalu lintas yang tidak bertanggung jawab,” tuturnya. Penggunaan mobil listrik yang telah marak di negara-negara di Eropa serta transportasi massal merupakan salah satu cara mengurangi emisi di suatu negara.

Selanjutnya, Ia memaparkan bahwa perubahan iklim sangat terasa di negara empat musim dan normalnya tidak terlalu terasa di negara-negara seperti Indonesia atau Arab.

Ironisnya, kini dampak dari perubahan iklim sudah mulai masuk ke daerah khatulistiwa. Seperti adanya perubahan musim panen, cuaca ekstrim, dan timbulnya penyakit-penyakit lama seperti malaria.

Sebagai penutup, Rachmat menghimbau para akademisi untuk ikut serta berperan dalam mengurangi dan mengatasi isu perubahan iklim.

Peran akademisi dalam mengurangi dan mengatasi isu perubahan iklim antara lain meningkatkan kualitas serta kuantitas riset di Indonesia terkait perubahan iklim, melakukan edukasi kepada masyarakat, dan memberikan rekomendasi kebijakan untuk pemerintah.

“Sekarang ini banyak kebijakan yang diambil berdasarkan politik. Disini peran akademisi dibutuhkan untuk memberikan kebijakan yang objektif dan berlandaskan ilmiah,” tutup Rachmat.

 

Related Posts

Leave a Reply