iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rektor UI: Indonesia Miliki Modal Politik Bebas Aktif Dalam Kolaborasi Kepemimpinan G20 Untuk Hadapi Krisis Global

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Rektor UI: Indonesia Miliki Modal Politik Bebas Aktif Dalam Kolaborasi Kepemimpinan G20 Untuk Hadapi Krisis Global

Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D., mengatakan bahwa G20 merupakan suatu kolaborasi yang bertujuan menentang supremasi dan Indonesia memiliki modal politik bebas aktif dengan daya ungkit pertumbuhan ekonomi 5,44% untuk hadapi krisis global. Hal tersebut disampaikannya pada seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXIV Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) RI berjudul “Kolaborasi/Kepemimpinan G20: Konektivitas dan Rantai Pasokan Global”, Selasa (11/11).

Ia menjelaskan bahwa istilah Rantai Pasokan Global ditandai dengan berakhirnya Perang dingin antara negara-negara Blok Barat dengan Blok Timur yang dipimpin oleh Uni Soviet pada tahun 1991. Menurutnya, saat itu semangat dunia adalah semangat kerja sama. Dari segi teori ekonomi, kerja sama tersebut memungkinkan adanya pembagian tugas –konsep Division of Labor— antara negara, sehingga biaya ongkos produksi bisa diturunkan. Namun, Prof Ari mengatakan keadaan itu memiliki kelemahan.

“Kalau situasinya baik-baik saja, maka dengan tenang suatu negara bisa mengandalkan supply gas dari negara lain. Apa yang terjadi kemudian? Ketika sudah saling tergantung, kemudian terjadi pertengkaran,” ujarnya sebagai salah seorang narasumber dalam seminar PPRA LXIV Lemhanas RI di Jakarta.

Lebih lanjut Prof. Ari menyampaikan pada 25 Februari 2022 terjadi kejutan dari rantai pasokan global, dimana sebenarnya perubahan tersebut terjadi terlalu mendadak. “Dari globalisasi menjadi deglobalisasi. Semua saling menghukum. Semua saling mengisolasikan satu sama lainnya,” kata pakar ekonomi makro tersebut.

Prof. Ari menambahkan posisi Indonesia dalam keadaan krisis saat ini adalah punya modal, yaitu politik bebas aktif. “Bebas bukan netral dan aktif ikut mengusahakan perdamaian dunia. Kata bebas itu sangat tepat, mengapa? Dalam statistik, menggunakan kebijakan Median Policy berarti tidak harus netral (di tengah) tapi cari yang median. Ini sangat penting, karena Indonesia mempunyai leverage, selain (event) G20, ada leverage lainnya antara lain termasuk kaya Sumber Daya Alam, punya kelas menengah, punya daya beli, dan terlibat di rantai pasokan internasional,” ujarnya.

Ia menyebutkan satu hal menarik, yaitu G20 memberikan kesempatan kepada negara-negara di dunia untuk belajar berkepala dingin dalam mengatasi kerawanan pangan. Di akhir pemaparannya, Prof. Ari mengungkapkan keuntungan Indonesia dalam rantai pasokan global.

Pertama, Indonesia tidak perlu full lock down karena punya kapasitas produksi, yaitu ekspor minyak sawit, besi dan baja, dan spare part. Kesempatan ini menurut Prof. Ari bisa dimanfaatkan Indonesia untuk memperkenalkan diri kepada dunia dan ikut membantu menekan inflasi dunia.

Dalam seminar tersebut, PPRA LXIV Lemhanas RI mengangkat empat arus utama, yaitu krisis energi di tengah perubahan iklim, arsitektur kesehatan global, ketahanan pangan/bagaimana komitmen negara-negara di dunia untuk mengatasi kerawanan pangan, dan cip semikonduktor sebagai bahan baku utama untuk transformasi digital. PPRA LXIV Lemhanas RI juga mengajukan lima rekomendasi terkait kepentingan nasional.

Pertama, Indonesia perlu memfasilitasi dialog antara otoritas dan operator jalur utama terkait energi agar dapat dicapai untuk energi modern yang handal, terjangkau, dan berkelanjutan. Kedua, perlunya peningkatan nilai pembiayaan bagi pengembangan dan pemanfaatan biodiversity yang berkelanjutan untuk menyokong green dan blue economy.

Ketiga, Indonesia perlu memastikan vaksin global untuk masyarakat rentan dengan menginisiasi menjadi salah satu regional hub produsen vaksin untuk menyokong pasokan vaksin global. Keempat, memaksimalkan forum G20 untuk mempromosikan kepentingan ekonomi dan memisahkan persoalan politik dari isu ekonomi. Kelima, Indonesia perlu mendorong diversifikasi mitra perdagangan cip semikonduktor.

Dalam pidato sambutannya, Gubernur Lemhanas Andi Widjajanto berharap seminar ini memberi kontribusi pemikiran bagi agenda G20. Ia menyampaikan bahwa seminar ini merupakan tugas PPRA LXIV sebagai bagian akhir dari studi selama tujuh bulan mengikuti pendidikan kepemimpinan strategis. Menurutnya G20 kali ini tercatat sebagai G20 tersibuk karena berupaya membuat dunia cepat pulih dari resesi ekonomi karena pandemi Covid-19 dan dinamika geopolitik. Ia mengutip arahan presiden Joko Widodo di HUT ke-77 TNI bahwa dunia menghadapi tiga krisis, yaitu krisis pangan, krisis energi, dan krisis finansial.

Andi menyampaikan jawaban dari ketiga krisis tersebut yang sudah disampaikan oleh Menteri Luar Negeri RI pada Sidang Umum PBB di New York tahun ini. Pada Sidang PBB, Menlu RI Retno Marsudi menawarkan tiga solusi, yaitu 1) ayo tinggalkan zero-sum, beralih menjadi positive-sum; 2) ayo tinggalkan upaya untuk saling mengisolasi/ marginalisasi antarnegara, mari kita lakukan pelibatan/engagement; dan 3) Ayo tinggalkan kompetisi/rivalry/permusuhan, mari menuju kolaborasi.

”Bagaimana kita berinteraksi secara positif antarnegara, mengandalkan pelibatan aktif, dan mengandalkan kolaborasi, sehingga semoga tema seminar PPRA LXIV Lemhanas RI ini bisa menjadi tawaran solusi untuk mencegah dunia masuk ke krisis yang lebih dalam,” ujar Andi.

Sementara itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI, Dr. (H.C.) Ir. Airlangga Hartarto, M.B.A., M.M.T., mewakili Presiden RI menyampaikan pidato kunci pada pembukaan seminar tersebut. Ia mengatakan saat ini dunia dihadapkan pada tantangan 5 C, yaitu Covid-19, Conflict Ukraina, Climate Change, tingginya Comodity Price, dan tingginya Cost of living yang mengakibatkan inflasi. Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat memberikan solusi pada permasalahan global dan memastikan soliditas G20 guna mencapai hasil konkret di tengah tantangan global yang saat ini sedang dihadapi. Empat Prioritas utama yang diusung pada Presidensi G20 Indonesia, yaitu memperkuat arsitektur kesehatan global, mendukung transformasi ekonomi berbasis digitalisasi, mendorong transisi energi yang adil dan terjangkau, serta menyelesaikan permasalahan ketahanan pangan.

Airlangga menyebutkan bahwa pemerintah terus memperbaiki berbagai masalah logistik dan rantai pasok nasional agar menjadi efektif dan efisien, yang ditempuh antara lain, 1) memprioritaskan pembangungan infrastruktur dalam project strategis nasional agar menjamin ketahanan rantai pasok, mulai dari jalan, rel kereta api, pelabuhan, dan bandara udara; 2) mengembangkan kawasan ekonomi khusus untuk meningkatkan konektivitas antarpemangku kepentingan logistik; 3) pengembangan sistem terintegrasi national logistic ecosystem, yaitu platform ekonomi logistik nasional yang mengintegrasikan lalu lintas barang dan dokumen, mulai dari kedatangan barang sampai dengan end customer secara digitalisasi; 4) mendorong peningkatan logistik dengan e-commerce dan inisiasi dari start up untuk berkolaborasi dalam logistic market place.

Seminar tersebut dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Gubernur Lemhanas RI periode 2011-2016 Prof. Dr. Ir. Budi Susilo Soepandji, jajaran pimpinan Lemhanas RI, dan peserta PPRA LXIV Lemhanas RI. Seminar yang dilaksanakan secara hybrid tersebut dihadiri oleh hampir 1.000 peserta di platform Zoom.

Related Posts