iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Rifki Mujahid Ziyad, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UI saat Ditanya Soal Biaya Kuliah: Waktu Masuk, di Bayangan Aku Bakal Mahal, Ternyata Nggak Bener

Universitas Indonesia > Berita > Rifki Mujahid Ziyad, Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UI saat Ditanya Soal Biaya Kuliah: Waktu Masuk, di Bayangan Aku Bakal Mahal, Ternyata Nggak Bener

Dalam wawancara yang dilakukan di Kampus Salemba, Jakarta pada hari Jumat, 23 Juni 2023, Rifki Mujahid Ziyad, seorang Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Universitas Indonesia (UI) angkatan 2017 yang masuk melalui jalur SBMPTN (saat ini disebut UTBK-SNBT) mengungkapkan testimoninya selama berkuliah di FKG UI.

Rifki yang merupakan anak pertama dari seorang ayah dengan profesi sebagai perawat di sebuah rumah sakit swasta ini salah menduga ketika membayangkan betapa mahalnya kuliah di FKG UI.

“Wah, waktu masuk di Kedokteran Gigi ini kan di bayangan aku bakal mahal. Kondisi keluarga juga kan bisa dibilang menengah kebawah, adik masih sekolah, gaji ayah terbatas, jadi cukup kepikiran. Ternyata, sewaktu aku mengajukan biaya pendidikan sesuai kemampuan, alhamdulillah aku di-approve 4,6 juta rupiah. Bahkan, waktu awal-awal aku bayarnya nyicil tiga kali. Bulan pertama 50%, bulan kedua 30%, dan bulan ketiga 20%.” ujar Rifki.

Saat dikonfirmasi bahwa dugaan kuliah di FKG UI itu mahal, Rifki menjawab “Nggak Bener.”

Meskipun nominal biaya pendidikannya tergolong murah, Mahasiswa yang bercita-cita memiliki klinik gigi ini mengaku bahwa tidak ada perbedaan fasilitas yang diberikan oleh Kampus kepada mahasiswa-mahasiswanya hanya karena adanya perbedaan biaya pendidikan.

“Kalau bicara tentang apa yang didapatkan, sama aja gitu ya. UI ngga memandang mahasiswanya berdasarkan bayarnya berapa. Meskipun biaya pendidikannya dibagi ke dalam beberapa kelas, tapi UI bisa memberikan fasilitas yang sama kepada mahasiswanya. Karena di FKG banyak praktikum, jadi kita semua dapet fasilitas laboratorium umum, laboratorium skill’s lab, bahan-bahan praktikum, dan fasilitas-fasilitas mahasiswa pada umumnya. Kalaupun ada alat-alat yang harus dibeli, itu ngga mahal dan memang kebutuhan kita suatu saat nanti. Bisa diakali juga dengan meminjam dari Kakak Tingkat” ungkap mahasiswa yang sedang menjalani Co-Ass di tahun ketiga ini.

Terlepas dari biaya pendidikan yang Ia rasakan begitu ringan, dan fasilitas yang didapatkan juga sangat memadai, Rifki menekankan bahwa masih terdapat banyak peluang beasiswa yang dapat dimaksimalkan oleh seluruh mahasiswa selama mereka ada keinginan yang kuat untuk mengikuti seluruh prosedur pengajuan yang ada, serta mampu menjaga prestasi akademiknya. Hal ini disampaikan oleh Rifki karena Ia juga merupakan seorang penerima beasiswa selama di masa pendidikan profesi atau Co-Ass nya.

“Sejak semester 2 di masa Co-Ass, ada kesempatan beasiswa. Beasiswanya ini aku dapatkan dari sebuah Yayasan Wakaf Produktif PAII. Yayasan ini bergerak dalam pengelolaan jaringan klinik gigi berbasis wakaf di bawah MHDC Group yang dimiliki oleh salah satu alumni FKG UI. Beasiswa ini ditujukan bagi calon-calon dokter gigi yang sedang menempuh pendidikan profesi. Selain beasiswa tersebut, sebenernya opportunity beasiswa di UI itu banyak banget, asal mau usaha, mau effort. Di masa pendidikan sarjana juga aku dapat salah satu beasiswa dari sebuah NGO (Non-Government Organization).” tambah Rifki.

Dalam sesi penutup wawancara, Rifki memberikan pesan-pesan bagi seluruh calon-calon mahasiswa maupun mahasiswa baru yang masih ragu dan khawatir dengan pembiayaan pendidikan di UI. Pesan dari Rifki, UI menjunjung keadilan dalam menetapkan biaya pendidikan bagi seluruh mahasiswanya selama mereka menyertakan data-data yang jujur dan valid dalam proses pengajuan. Bilamana terdapat kekeliruan yang memberatkan mahasiswa, ruang negosiasi tetap dibuka oleh UI demi menjamin komitmen bahwa tidak akan ada mahasiswa yang drop out karena masalah finansial.

“UI sudah punya mekanisme penetapan pembiayaan UKT yang dibuat seadil mungkin sesuai dengan berkas-berkas yang diajukan pada setiap kelasnya, serta kemampuan dari kita sebagai mahasiswa, dan hal itu merupakan kewajiban UI terhadap mahasiswanya untuk menetapkan besaran UKT yang berkeadilan dan tidak memberatkan. Jangan ragu dan sampaikan keadaan kita sejujur-jujurnya dan sedetail-detailnya kepada UI, serta komunikasikan segala kendala yang dihadapi kepada pihak fakultas, karena kuliah di UI adalah hak setiap orang tanpa memandang kondisi finansial dan tanpa memberatkan beban kita yang sudah diterima menjadi mahasiswanya.” pungkas Rifki.

Related Posts