iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

World Environment Day 2023: Polusi Plastik Permasalahan Kita Bersama

Universitas Indonesia > Berita > World Environment Day 2023: Polusi Plastik Permasalahan Kita Bersama

Sebagai upaya untuk menyambut Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Collaborative Action Center Ikatan Alumni Universitas Indonesia (CAC ILUNI UI) menyelenggarakan acara World Environment Day 2023 di Fakultas Teknik (FT), UI. (5/6) Tahun ini, acara memprioritaskan penanggulangan polusi plastik melalui kampanye #BeatPlasticSolution. Kegiatan utamanya meliputi talkshow inspiratif hingga kompetisi dan pameran produk inovatif yang bertujuan mengedukasi dan mempromosikan solusi plastik berkelanjutan.

CAC ILUNI UI mengambil permasalahan polusi plastik sebagai isu utama akibat adanya limbah plastik yang menjadi salah satu ancaman terbesar bagi seluruh dunia saat ini.

Saat ini, Indonesia pun dianggap sedang mengalami berbagai permasalahan yang bercabang mengenai sampah plastik.

Throw away society atau budaya penggunaan barang sekali pakai meningkat di Indonesia. Hal ini didasarkan pada data SIPSN tahun 2022 yang menunjukkan bahwa sampah plastik menjadi sampah dengan persentase paling besar kedua setelah sampah sisa makanan sebesar 18,2%.

Padahal, karena sulitnya penguraian sampah ini, proses pengolahan sampahnya pun tidak maksimal di tempat pembuangan akhir (TPA). Hal ini diakibatkan oleh tidak terpilahnya sampah sejak awal, antara sampah organik, anorganik, ataupun B3.

Kurangnya perhatian terhadap pemilahan sampah ini memengaruhi proses pengolahan sampah organik (seperti sisa makanan), sehingga proses penguraian sampah di TPA dapat terhambat.

“Sampah di kota Depok sudah lama tercampur (hingga saat ini)—khususnya, di TPA Cipayung. Oleh karena itu, komitmen pemerintah kota Depok (Pemkot Depok) untuk memproses sampah itu plus sampah yang dihasilkan sebanyak 1000 ton per hari—satu orang 0,6 kg per hari,” ujar Imam Budi Hartono, Wakil Walikota Depok ketika menjelaskan kondisi sampah di kota Depok saat ini dalam sesi pertama talkshow “Which is Better: Replace, Reuse, or Recycle?”.

“Ini menjadi persoalan di berbagai TPA, seperti TPA Cipayung. Sampah organiknya hingga sampah anorganik karena kita tidak memilah bahkan menjadikan sampah plastik sebagai wadahnya,” ucap Dr. Ir. Novrizal Tahar, Direktur Penanganan Sampah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dalam sesi yang sama.

Limbah sampah harus dapat segera diminimalkan karena dapat menyebabkan ancaman tersembunyi, seperti pencemaran air, tanah, bencana longsor, hingga kebakaran di TPA. Bahkan, bencana ini telah menyebabkan hilangnya ratusan nyawa.

Tidak hanya itu, potensi bahaya yang tidak terlihat ini juga mengancam kesinambungan ekosistem sungai hingga laut. Hal ini pun ikut memengaruhi keberlangsungan hidup manusia. Oleh karena itu, diperlukan komitmen bersama untuk mengatasi permasalahan polusi plastik di Indonesia, tidak hanya dari pemerintah, tetapi juga masyarakat.

Meskipun belum terlaksana hingga 100%, Indonesia masih mengupayakan usaha untuk mengatasi polusi plastik dari bagian hulu ke hilir, seperti pembuatan kebijakan terkait pengelolaan sampah plastik—salah satunya, Peraturan Presiden (Perpres) No. 83 Tahun 2018 hingga pelaksanaan kampanye. Di tahap hulu, perpres ini mengutamakan pengurangan sampah plastik sebanyak 70% ke laut.

Pada tahap hilir, kampanye dilakukan dengan menekankan pengurangan sampah, kebijakan ekonomi sirkular, hingga kebebasan dari emisi. Hal ini dapat dilakukan dengan melakukan daur ulang, upcycling, dan lainnya.

Di Depok, selain bank sampah, kota Depok memiliki Unit Pengelolaan Sampah (UPS) yang digunakan untuk mengelola sampah organik menjadi kompos, sehingga dapat digunakan oleh masyarakat.

Melalui tahapan cara tersebut, diharapkan Indonesia akan mencapai zero waste hingga zero emission, bahkan net zero emission di tahun 2060.

Namun, pencapaian rantai daur ulang dari hulu ke hilir tidak akan dapat terlaksana jika tidak adanya pembatasan pemakaian plastik sekali pakai. Selain itu, untuk dapat memenuhi gaya hidup minim sampah, dapat dilakukan kegiatan berbelanja tanpa kemasan, memilah sampah dari rumah, menghabiskan atau mencegah sisa makanan, hingga membuat kompos dari sisa makanan.

“TPA Cipayung sudah overload. Sampah bukan hanya permasalah pemerintah pusat, tetapi juga permasalahan kita semua. Kalau kita berkomitmen bersama, seluruh komponen, permasalahan sampah dapat diatasi,” ungkap Imam.

“Ayo sama-sama kita atasi masalah sampah bersama,” tambahnya.

Untuk menyempurnakan sesi pertama dari talkshow, sesi kedua memperlihatkan terdapat berbagai macam upaya untuk membatasi pemakaian plastik sekali pakai.

“Kreativitas itu diperlukan ketika berkomitmen mengurangi sampah—konsumen pun memiliki kekuatan untuk mengubah preferensi produsen untuk mencapai komitmen tersebut,” ucap Jessica Halim, pendiri Demibumi.

Sebagai penutup acara, diadakan sesi penyampaian presentasi dari kelima finalis lomba inovasi produk “Innovative Solutions for Plastic Pollutions”. Kompetisi yang diadakan selama satu minggu ini dimenangkan oleh tim yang beranggotakan Fionna Aurell, Raka Lintang Kawindra, dan Vincent dari FT UI.

Mereka mempersembahkan ide sedotan biodegrable berbahan tongkol jagung dan air cucian beras sebagai alternatif pengurangan limbah plastik di Gorontalo dengan nama ricecorn straw. “Kita melihat (lomba ini) ‘wah, sepertinya menarik, nih’ terutama tujuan dari lomba ini sendiri baik melalui pemberian suatu produk inovasi yang bisa diimplementasikan, sehingga memberikan dampak ke sekitar. Namun sebenarnya, kita tidak expect untuk mendapatkan juara,” ucap Fionna, mahasiswi Teknik Kimia angkatan 2021 sebagai perwakilan dari tim peraih juara pertama.

Related Posts