iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Suami-Istri Lulus Doktoral UI, Termotivasi Sang Anak yang Lebih Dulu Lulus

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Administrasi > Suami-Istri Lulus Doktoral UI, Termotivasi Sang Anak yang Lebih Dulu Lulus

SUAMI-ISTRI LULUS DOKTORAL UI, TERMOTIVASI SANG ANAK YANG LEBIH DULU LULUS DARI FTUI 

 Dr. Suhartono, S.IP., M.PP dari Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia (UI) dan Dr. Anna Armeini Rangkuti, S.Psi., M.Si. dari Fakultas Psikologi (FPsi) UI, meraih gelar doktor dan diwisuda bersamaan pada Wisuda Semester Gasal Tahun Akademik 2022/2023 di Balairung UI, Kampus Depok, pada Jumat (10/3). Uniknya, pada semester lalu, putra mereka bernama Muhammad Rais Rahmatullah, lulus dari program sarjana Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik UI (FTUI). Menurut Dr. Anna, kelulusan Muhammad Rais tersebut memotivasi mereka agar segera lulus.  

Anna memperoleh gelar doktor setelah menyelesaikan penelitian berjudul “Mekanisme Pelemahan Silence Mahasiswa Saksi Kecurangan Akademik melalui Peran Mediasi Seriousness of Academic Cheating dalam Perspektif Pengambilan Keputusan Etis”. Sementara itu, sang suami lulus setelah merampungkan disertasi berjudul “Tatakelola Proses Perencanaan dan Penganggaran di Pemerintah Pusat (2005–2017): Tinjauan Interaksi Aktor dan Lembaga”. Pendidikan keduanya didanai oleh pemerintah dalam bentuk Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan beasiswa dari Setjen Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI).  

Meski begitu, kesuksesan tersebut bukan tanpa tantangan. Suhartono menyebut mereka harus membagi waktu secara seimbang antara kuliah, penelitian, dan urusan lainnya. Misalnya, pada Senin–Kamis, mereka fokus pada penelitian disertasi, Jumat mereka fokus pada urusan ibadah sebagai bentuk relaksasi, dan Sabtu–Minggu dialokasikan untuk keperluan keluarga. Jadwal tersebut fleksibel, bisa berubah sesuai dengan situasi dan kondisi.  

Sebagai ibu, Anna mengaku harus mampu menyeimbangkan kewajiban. “Saya dan suami rasanya tidak mungkin antisosial selama proses tugas belajar, sehingga kami harus bisa mengerjakan tugas disertasi, mengurus keluarga, dan membersamai keluarga besar serta lingkungan sekitar kami. Justru pembagian waktu tersebut membuat hidup kami lebih seimbang dan mengurangi stres akademik yang biasanya menimpa mahasiswa, khususnya mahasiswa doktoral,” ujar Anna.  

Menurutnya, selama menjalani studi S3 banyak hal menyenangkan yang dirasakan. Sebagai sesama mahasiswa UI, ia bersama suami dan anaknya sering menikmati kebersamaan di kampus, khususnya di beberapa kantin yang ada di UI. Selain itu, selama menjalani tugas belajar, ia dan suami sering menikmati kebersamaan yang dulunya sangat sulit didapat, karena kesibukan di kantor masing-masing. Mereka jadi sering berdiskusi tentang penelitian, bahkan beberapa kali mengikuti pelatihan metodologi penelitian di dalam dan luar kota.  

Keberhasilan Anna beserta suami dan anaknya merepresentasikan kesuksesan pendidikan dalam lingkup terkecil, yaitu keluarga. Siapa sangka, semangat anak untuk menyelesaikan pendidikan dapat mendorong kedua orang tuanya untuk ikut belajar meski di usia yang tidak muda lagi. “Kami sekaligus ingin memberi contoh kepada anak-anak bahwa belajar itu sepanjang hayat,” ujar Anna.  

Penulis: Giany/Sasa

Related Posts