id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

The 8th Malaysia Indonesia Brunei Medical Sciences Conference: Fenomena “Latah “di Wilayah Asia Tenggara

Universitas Indonesia > Berita > The 8th Malaysia Indonesia Brunei Medical Sciences Conference: Fenomena “Latah “di Wilayah Asia Tenggara

 

Konferensi ini adalah sebuah kegiatan sains kedokteran tahunan yang  merupakan hasil kolaborasi dari fakultas kedokteran di 3 universitas terkemuka di Asia Tenggara. Ketiganya adalah : Faculty of Medicine Universiti Kebangsaan Malaysia Medical Centre, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, dan Pengiran Anak Puteri Rashidah Sa’adatul Bolkiah Institute of Health Sciences Universiti Brunei Darussalam. Di tahun 2013 ini, konferensi yang telah diadakan untuk ke 8 kalinya ini,  diselenggarakan di Jakarta dengan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia sebagai tuan rumah. Acara ini dilaksanakan pada Kamis-Sabtu, 27-29 Juni 2013 bertempat di Area Perpustakaan Pusat, Kampus UI-Depok pada pukul 08.00-16.00 WIB. Tema besar yang diusung tahun ini  adalah Major Health Problems in Southeast Asia: Are There Similarities Related to Ethnicity and Culture? Konferensi ini mempunyai tujuan untuk memfasilitasi pertukaran ilmu pengetahuan, informasi dan ide-ide baru di berbagai aspek dan permasalahan kesehatan di Asia Tenggara dengn cara membahas berbagai topik kesehatan yang menjadi isu di Asia seperti kanker, kesehatan anak, reproduksi dan infeksi. Topik khusus yang dibahas dalam konferensi ini adalah  tentang fenomena “Latah” yang banyak ditemukan di wilayah Asia Tenggara, khususnya pada ras Melayu. Fenomena “Latah” ini didiskusikan melalui plenary lecture pada sesi pembukaan dan diskusi-diskusi panel sepanjang acara.

Latah sendiri adalah suatu kondisi unik di mana penderitanya menunjukkan perubahan kualitas kesadaran dan abnormalitas tingkat sugestibilitas. Penderita Latah akan mengikuti perintah dari orang di sekitarnya. Mereka biasanya mengulangi kata-kata (disebut juga echolalia) atau perbuatan tertentu (echopraxia). Mereka menunjukkan perilaku sosial yang tidak tepat, misalnya menyanyi keras-keras, mengatakan kata-kata seksual secara eksplisit, bahkan menyentuh atau memukul orang lain. Serangan Latah  ini dapat terjadi beberapa menit hingga hitungan jam, tergantung dari pemicunya. Entah mengapa, sindrom ini banyak ditemui pada wanita usia produktif dan hanya ditemukan di wilayah Asia Tenggara.

Dr. Meutia Hatta Swasono, seorang Doktor Ilmu Antropologi yang merupakan putri dari Founding Father Indonesia, Dr. Mohammad Hatta,  di dalam acara ini mengungkapkan hasil observasinya mengenai Latah di Indonesia. “Latah dapat muncul pada laki-laki maupun perempuan, meski kebanyakan perempuan. Juga dapat muncul dari berbagai kelas sosial, tidak melulu kalangan bawah,” tuturnya. “Di Indonesia, Latah sering ditemukan pada suku Jawa, Sunda, dan Betawi. Ada juga dari wilayah Sumatera, Minangkabau”, ucapnya. Hal serupa juga ditemukan pada Malaysia, Brunei Darussalam, Burma (disebut young-dah-the), Thailand (bahyschi), dan Filipina (mali & silok). Tentu munculnya Latah pada suatu rumpun budaya tertentu juga mengingatkan kita terhadap kondisi yang hampir mirip, juga hanya ditemukan di Asia Tenggara, yaitu Amok. Baik Latah maupun Amok, keduanya kini tergolong sebagai Possession Trance Disorder. Artinya, suatu kondisi penggantian identitas personal menjadi identitas baru, yang ditunjukkan lewat perubahan perilaku.

Pertanyaan besarnya adalah  apakah Latah itu suatu penyakit, kebiasaan, atau budaya? ,Disebut sebagai suatu kondisi, bukan kelainan atau penyakit, karena keberadaan Latah memang masih diperdebatkan di kalangan dokter. Ada yang menganggap Latah adalah suatu kebiasaan normal, ada juga yang menduga kelainan di otak menjadi dasar penyebabnya. Ilmuwan atau dokter dari negara barat akan bersikukuh bahwa Latah adalah kelainan (sehingga butuh diobati); sementara di Indonesia-Malaysia, kondisi ini dianggap wajar (sehingga tidak diobati).

Dalam ilmu psikiatri, Latah terjadi akibat represi konflik internal dalam diri sang penderitanya, menunjukkan amarah atau sifat agresif, ingin menarik perhatian, dan melawan posisi subordinat dirinya. Menurut para ahli, Latah sering ditemukan pada orang yang “dikucilkan” atau “disepelekan” dalam masyarakat (underdog class).  Namun, Latah muncul sebagai defense mekanismyang “creating friends” ketimbang “threating friends“. Kalau masalah perilaku “threating friends” jelas telah banyak diteliti dan dikaji secara ilmiah. Selain itu dari sisi medis, dasar dari kondisi ini masih belum jelas. Dapat berupa kelainan di otak atau diturunkan secara genetik, atau suatu kelainan impuls (pengendalian diri). Selain plenary lectures dengan tema latah ini, dalam konferensi ini juga terdapat presentasi paper-paper dari mahasiswa  s1 dan mahasiswa s2 yang telah melalui proses seleksi  juga presentasi serta diskusi dari poster-poster yang terpilih. (WND)

Related Posts

Leave a Reply