id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tim Pengmas UI Gelar Pemeriksaan Kesehatan bagi Komunitas Lepra Sitanala

Universitas Indonesia > Berita > Tim Pengmas UI Gelar Pemeriksaan Kesehatan bagi Komunitas Lepra Sitanala

Sejumlah dosen yang tergabung dalam Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) seluruh Fakultas di Universitas Indonesia (UI) menggelar aksi KATAMATAKU – program Identifikasi Kelainan Mata, Kulit, dan Ekstremitas pada Kusta.

Program ini melibatkan Komunitas Lepra Sitanala sebagai upaya mewujudkan Kampung Sehat dan Produktif di Kelurahan Karangsari, Kecamatan Neglasari, Tangerang yang berlangsung pada Selasa – Rabu (3-4/12).

Berkisar 20 tahun yang lalu, daerah tersebut merupakan daerah endemis kusta atau lepra dimana saat ini mantan penderita lepra tersebut masih bertempat tinggal di sana.

Diharapkan, aksi nyata yang dijalankan oleh tim Pengmas UI dapat meningkatkan status kesehatan dan kualitas hidup masyarakat setempat.

Program Pengmas ini dibagi menjadi 3 tematik utama yaitu Tematik Kesehatan, Tematik Ekonomi, dan Tematik Anti Stigma. Kali ini, Tim KATAMATAKU dari Tematik Kesehatan menyelenggarakan kegiatan berupa edukasi pemahaman akan penyakit lepra, tanda dan gejala kecacatan, cara mencegah kecacatan tersebut, serta kesehatan gigi dan mulut.

Selanjutnya dilakukan pula pemeriksaan tangan, kaki, mata, serta pemberian kemoprofilaksis untuk narakontak oleh FKUI-RSCM dan Farmasi UI; dan pemeriksaan kesehatan gigi dan mulut oleh FKG UI.

Pemberian penyuluhan kesehatan bagi penderita, mantan penderita, keluarga, serta komunitas dilaksanakan oleh FIK UI. Kegiatan dan pemberdayaan ini akan berlangsung selama 3 tahun ke depan.

Pelaksanaan Pengmas berangkat dari jumlah kasus lepra di Indonesia masih menempati urutan nomor 3 terbanyak di dunia setelah India dan Brazil.

Menurut data Kemenkes R.I. tahun 2017, masih terdapat 10 provinsi yang belum mencapai angka eliminasi kasus lepra yaitu Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua, serta Papua Barat.

Angka penemuan kasus baru lepra di Indonesia cenderung menurun, namun tetap ditemukan cukup banyak kasus dimana pada tahun 2017 terdapat 6,08 kasus per 100.000 penduduk dengan kasus baru lepra.

Ketua Tim Tematik Kesehatan Pengmas UI, dr. Yunia Irawati, SpM(K) menuturkan, “Walaupun lepra seperti sudah tidak ada, ternyata diskriminasi dan stigma masih ada di masyarakat. Pasien yang sudah sembuh masih sulit diterima di masyarakat. Kita perlu merangkul orang lain untuk turut peduli karena lepra bukan hanya masalah yang harus diselesaikan pada bidang kesehatan saja, tetapi juga butuh dukungan dari semua pihak lain yang terlibat agar tidak hanya angka penyakit yang berkurang, tetapi orang-orang dengan disabilitas juga bisa maju,” ujarnya.

Melalui program KATAMATAKU lintas fakultas UI ini, kami berharap bukan hanya meningkatkan kualitas kesehatan bagi para penderita dan mantan penderita lepra di lingkungan Sitanala Tangerang, tetapi juga dapat meningkatkan pengetahuan dan kepedulian pada masyarakat di sekitar penderita melalui Tematik Anti Stigma yang kami buat.

Tak hanya itu, melalui program, Tematik Ekonomi dimana penderita dan komunitasnya juga turut diberdayakan sehingga dapat menjadi masyarakat yang mandiri dan produktif. Dengan pelatihan dan pembinaan yang akan kami berikan, kami berharap nantinya program semacam ini dapat diterapkan di daerah-daerah endemis lepra lainnya di Indonesia.”

 

Kegiatan Pengmas ini sudah dimulai pada tanggal 28 November 2019 oleh Tematik Anti Stigma. Sedangkan, Tematik Ekonomi telah memulai kegiatan dengan program agroekonomi yaitu pelatihan dan demonstrasi budidaya tanaman pangan hidroponik serta pengolahan sampah organik pada tanggal 30 November 2019. Tematik Kesehatan yang tengah dilaksanakan kali ini merupakan program berkelanjutan dari kegiatan Pengmas KATAMATAKU yang sebelumnya telah dilaksanakan di RSUP dr. Sitanala pada April 2018. Pelaksanaan program tidak hanya akan melibatkan Staf Pengajar, tetapi juga mahasiswa dalam bentuk kerja nyata di masyarakat. Program ini diharapkan dapat direplikasi menjadi sebuah percontohan perencanaan pembangunan desa tertinggal yang dapat diaplikasikan pada tingkat nasional mengingat masih banyaknya daerah endemis lepra di Indonesia.

Related Posts

Leave a Reply