id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Berperan Aktif Kaji Isu Prioritas Presidensi G20 di Bloomberg CEO Forum 2022

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > UI Berperan Aktif Kaji Isu Prioritas Presidensi G20 di Bloomberg CEO Forum 2022

Rektor Universitas Indonesia (UI) menghadiri Bloomberg CEO Forum: Moving Forward Together, di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, pada Jumat (11/11) lalu. Ia merupakan salah seorang peserta diskusi Bloomberg CEO Forum, didampingi Direktur Riset dan Pengembangan UI, Dr. Munawar Khalil; Direktur Direktorat Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat UI, Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D.; dan Direktur Administrasi, Data dan Pengelolaan Produk Riset dan Inovasi UI, Suminto B. Ak., S.Sos., M.Si. Dalam forum yang mengumpulkan para pimpinan perusahaan, ekonom, peneliti, dan investor ini, dibahas berbagai topik terkait tiga isu prioritas dalam KTT G20, yaitu transisi energi berkelanjutan, transformasi digital, dan arsitektur kesehatan global. Turut hadir di kesempatan yang sama adalah Sekretaris Universitas UI, dr. Agustin Kusumayati, M.Sc., Ph.D.; Dekan Fakultas Kedokteran (FK) UI, Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB; Guru Besar Fakultas Teknik UI, Prof. Mohammed Ali Berawi, M.Eng.Sc., Ph.D.; dan Direktur Inovasi dan Science Techno Park, Ahmad Gamal, S.Ars., M.U.P., Ph.D.

Menteri Keuangan Republik Indonesia (RI), Sri Mulyani, S.E., M.Sc., Ph.D., di forum tersebut mengatakan bahwa pemerintah saat ini memiliki tantangan untuk mengelola kondisi kompleks dan melanjutkan upaya dalam memulihkan perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19. “Kita sadar bahwa global economic membuat situasi yang cukup kompleks bagi Pemerintah untuk merespons. Ditambah lagi dengan geopolitik perang di Ukraina yang menyebabkan disrupsi supply, sehingga mendorong inflasi tinggi pada food, fertilizer, dan energy yang direspons dengan kebijakan moneter. Ini yang menimbulkan kompleksitas, sehingga policy space mengecil. Inflasi yang tinggi ini diikuti naiknya tingkat suku bunga dan menguatnya US Dollar,” kata Sri Mulyani.

Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jenderal TNI Luhut Binsar Pandjaitan, M. P. A., melihat adanya potensi ekonomi digital yang kuat di Indonesia. Salah satunya terbukti dari penggunaan e-catalog yang mampu mendorong efisiensi pengadaan barang dan jasa, mengurangi korupsi, dan menciptakan kesempatan kerja. Ia menambahkan bahwa Presiden Joko Widodo telah memerintahkan untuk dilakukan percepatan digital transformation yang berbasis agriculture and ocean sehingga seluruhnya akan didorong untuk dilakukan digitalisasi.

Bloomberg CEO Forum 2022 dibuka oleh CEO LPS Lana Soelistianingsih, menyoroti pentingnya Presidensi G20 Indonesia 2022 dan komitmen pemerintah untuk membuat safe, equal and growth oriented untuk lingkungan bisnis dan mengedepankan stabilitas di bidang keuangan dengan meminimalkan risiko terhadap sistem perbankan. Outlook ekonomi Indonesia untuk tahun 2023 terbilang baik sehingga pemerintah perlu mendorong penciptaan iklim investasi yang lebih baik agar mampu meningkatkan minat investor. Dengan iklim investasi yang baik, posisi bank di Indonesia juga akan dapat mendorong investasi.

Dalam Presidensi G20, Indonesia memiliki agenda untuk memperkuat ketahanan kesehatan global dan membantu sistem kesehatan global menjadi lebih inklusif, adil, dan responsif terhadap krisis. Diskusi bertema “Strengthening Global Health Sector Resilience” yang dipandu dr. Agustin ini mempertemukan pakar di bidang kesehatan, baik dari pemerintah, industri, maupun akademisi.

Staf Khusus Menteri Kesehatan, Kementerian Kesehatan RI, Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc., Ph.D., menyebutkan, setidaknya ada tiga agenda prioritas untuk memperkuat ketahanan kesehatan global. Pertama, membangun ketahanan sistem global dengan memastikan sumber dana darurat dapat diakses oleh seluruh negara dalam penanganan pandemi. Kedua, menentukan standar kesehatan global untuk menangani dampak Covid-19 dan mempercepat pemulihan ekonomi. Ketiga, memperluas infrastruktur global untuk menghentikan penyebaran pandemi dan memastikan seluruh negara memperoleh layanan kesehatan yang sama.

Pandemi Covid-19 memberi dampak dalam banyak aspek kehidupan, namun juga memberi kesadaran perlunya menjalin kerja sama internasional, baik di tingkat Asia-Pasifik maupun global. Menuruf Prof. Ari Fahrial, kolaborasi diperlukan untuk menangani pandemi karena pandemi tidak mengenal batasan negara. Baik pemerintah, industri, sektor swasta, dan seluruh komunitas global dapat saling berbagi untuk membangun ketahanan bersama.

“Pandemi mengubah banyak hal, termasuk pembelajaran kami di FK UI. Kami memiliki banyak mahasiswa yang tersebar di berbagai rumah sakit untuk belajar secara langsung menangani pasien. Saat pandemi melanda, tentu kami harus melindungi mereka dan pasien. Oleh karena itu, kolaborasi sangat diperlukan. Alumni kami banyak membantu dengan menyumbang alat kesehatan. Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain dan industri juga dibangun untuk menciptakan berbagai inovasi, seperti salah satunya Covent. Kita tentu tidak menginginkan pandemi terjadi lagi, namun jika itu terjadi di masa depan, kita dapat lebih siap menghadapinya,” ujar Prof. Ari Fahrial.

Topik lain yang tidak kalah penting dibicarakan dalam forum ini adalah isu lingkungan, Pembangunan ibu kota baru Indonesia yang dinamai Nusantara masih menjadi perbincangan khalayak, terutama dalam hal kelestarian lingkungan. Menjawab permasalahan ini, beberapa praktisi di bidang aritektur berkumpul untuk membicarakan hal tersebut.

Menurut Kepala Badan Otorita Ibu Kota Negara (IKN), Dr. Bambang Susantono pemindahan ibu kota membutuhkan upaya yang signifikan agar inklusif dan setara. “Ini penting karena kita tahu bahwa warga negara dan infrastruktur adalah salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi negara melalui perekonomian lokal dan nasional yang menghasilkan manfaat sosial dan ekonomi. Green, smart, inklusif, resilient, dan sustainable merupakan lima poin yang ditetapkan sebagai upaya untuk menciptakan ibu kota yang ramah alam dan menawarkan akses yang baik dengan layanan berkualitas,” kata Dr. Bambang.

Membangun Nusantara bukan sekadar membangun kota baru. Ketika merancang kota baru, idenya bukan sekadar berpindah ibu kota, melainkan membangun daerah perkotaan yang nantinya akan menjadi role model untuk pembangunan kota lain di Indonesia. Menurut Gamal, diperlukan big data dalam membangun, menganalisis, dan mengelola sebuah kota, seperti prototipe yang ditampilkan oleh Smart City Universitas Indonesia. Smart city memberikan kemudahan pada setiap sektor kehidupan masyarakatnya, mulai dari aspek kesehatan, transportasi, pemerintahan, dan tatanan kota. Adanya big data yang diterapkan membuat pengolahan data dalam jumlah banyak dapat diselesaikan dalam waktu yang cukup singkat.

“Big data aebenarnya bukan hanya terkait volumenya yang besar, namun juga pertumbuhan jumlahnya yang cepat. Kami di Smart City Center UI sudah mulai menggunakan komputer berspesifikasi sangat tinggi, mendekati Supercomputer untuk mengaplikasikan kecerdasan buatan (artificial intelligence) untuk menganalisis data dari berbagai sumber. Tapi seharusnya hal ini tidak diperlukan, kalau saat memproduksi data, kita cenderung berfikir bagaimana data ini bisa digunakan oleh institusi lain, bukan hanya oleh kita sendiri. Data mengenai lingkungan terbangun, misalnya, seharusnya bukan hanya dimanfaatkan oleh institusi perencanaan atau perijinan. Data tersebut harusnya bisa bermanfaat untuk dinas dan kementerian yang mengelola sampah, energi, transportasi, dan lain-lain. Seluruh instansi oemerintah seharusnya memproduksi data dengan mindset untuk membagi datanya dengan pihak lain.” kata Gamal.

Pembangunan IKN Nusantara menerapkan konsep sustainable forest city. Menurut Prof. Ali Berawi, ada enam komponen dalam smart city yang harus diperhatikan, yaitu smart economy, smart people, smart government, smart mobility, smart environment, dan smart living. Dari total seluruh area IKN, sebanyak 70 persen akan menjadi hutan tropis. Hal itu memungkinkan IKN Nusantara menjadi kota karbon netral bahkan karbon negatif karena bisa lebih banyak menyerap daripada menghasilkan karbondioksida.

Related Posts