iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Gelar Webinar Internasional, Bahas Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Psikologi > UI Gelar Webinar Internasional, Bahas Kesehatan Mental di Tempat Kerja

Maraknya kasus gangguan kesehatan mental di dunia kerja menjadi pemantik Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) menggelar webinar internasional dengan tema “Addressing Low Morale Experience in Library and Information Workplace”. Webinar yang dihadiri secara online oleh lebih dari 400 peserta ini diadakan pada Rabu (04/10) dengan tujuan meningkatkan kesadaran mengenai pentingnya kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial untuk para pekerja, khususnya pustakawan.

Dalam sambutannya, Kepala Perpustakaan UI, Mariyah, S.Sos., M.Hum berharap acara ini dapat menambah wawasan baru bagi para pustakawan dan profesional informasi di seluruh dunia. Webinar ini menghadirkan Prof. Dr. rer. nat. Abdul Haris, M.Sc, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan UI sebagai keynote speaker serta para ahli di bidang psikologi dan kesehatan mental yaitu Kaetrena Davis Kendrick, MSLS, Librarian, Researcher, Leader, Consultant & Coach dari Renewals, Amerika Serikat dan Ezra Putranto Wahyudi, M.Psi, Psikolog Klinis Dewasa dari heal.Inc. yang merupakan alumni Fakultas Psikologi UI.

Dalam pemaparannya yang mengangkat topik “The Renewals Keynote”, Kaetrena Davis Kendric membahas rendahnya semangat kerja dan tindakan-tindakan praktis untuk mengatasi masalah tersebut. Menurutnya, semangat kerja yang rendah dalam dunia kerja dipicu oleh beberapa faktor, di antaranya serangan verbal (bentakan dan dipermalukan), serangan emosional (intimidasi dan penargetan manipulasi), serangan fisik, kelalaian, hingga penyalahgunaan sistem kerja.

Untuk mengatasi berbagai faktor tekanan kerja tersebut, Kaetrena menyarankan audiens untuk memposisikan diri sehingga memiliki kepedulian terhadap diri sendiri dan orang lain serta membangun komunikasi yang tegas antarindividu supaya bisa dapat saling menghargai. Di samping itu, perlu juga untuk menetapkan batasan agar dapat saling menghormati. Sementara untuk menambah semangat kerja, penting untuk melakukan kegiatan yang meyenangkan seperti hobi atau kegiatan-kegiatan baru yang menarik.

Setiap orang memiliki kadar toleransi dan caranya masing-masing dalam menghadapi stres. Namun, tanpa pengetahuan pengelolaan stres atau tekanan kerja dengan baik, seseorang tanpa disadari dapat berada pada situasi burnout. Hal ini disampaikan Ezra Putranto Wahyudi saat membawakan materi bertema “Clinical Perspective on Academic Librarian Burnout: Causes, Treatment, and Addressing Neurodiversity in the Workplace”.

“Burnout adalah fenomena yang sangat spesifik, yaitu keadaan kelelahan mental yang terjadi akibat stres kronis dalam situasi kerja. Masalah utamanya adalah kelelahan. Burnout terjadi ketika pekerja memberikan usaha berlebihan, namun manfaat yang diterima tidak sebesar usaha yang diberikan dalam kehidupan sehari-hari,” kata Ezra. Menurutnya, seseorang yang mengalami burnout biasanya terlihat kelelahan dan tidak bersemangat sepanjang waktu.

Ezra menyampaikan beberapa cara untuk menangani burnout yang kerap dirasakan sebagian orang ketika bekerja, di antaranya merawat dan memberi perhatian lebih kepada diri sendiri serta menetapkan batasan untuk diri sendiri dengan mengukur kemampuan diri. “Jika perlu, seseorang dapat mengubah pola bekerjanya agar lebih nyaman. Burnout juga dapat dikurangi dengan mencari dukungan sosial dari orang terdekat, menggunakan strategi relaks, dan meningkatkan kesehatan juga kebugaran tubuh dengan baik,” ujar Ezra.

International Labour Organization (ILO) pada 2022 memperkirakan bahwa ada sekitar 12 miliar hari kerja yang hilang setiap tahunnya akibat depresi dan kecemasan dan menyebabkan kerugian hampir satu triliun dolar AS bagi ekonomi global. Lebih lanjut, laporan World Health Organization (WHO) menunjukkan bahwa dari satu miliar orang yang hidup dengan gangguan mental pada tahun 2019, 15 persennya merupakan orang dewasa usia kerja.