iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Anak-Anak Gaungkan Nilai Kemanusiaan dan Pancasila Melalui Pertunjukan Musik Angklung di Makara Art Center UI

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya > Anak-Anak Gaungkan Nilai Kemanusiaan dan Pancasila Melalui Pertunjukan Musik Angklung di Makara Art Center UI

Bunyi angklung dan nyaring suara anak-anak memenuhi Gedung Makara Art Center (MAC), Kampus Universitas Indonesia (UI), Depok, pada pertunjukan opera bertajuk “Pancasila Voice of Humanity (Angklung Simbiosis)” yang berlangsung Sabtu (9/12) lalu. Opera ini tampil unik karena menghadirkan angklung dan musik modern, kolaborasi antara MAC UI dan rumah sekolah Luminare Domus. Sekolah nonformal tersebut telah mengadakan kegiatan belajar-mengajar untuk anak-anak pemulung di kawasan Lebak Bulus, Jakarta, sejak 2002. Saat ini, Luminare Domus membantu pendidikan gratis untuk 87 anak yang juga tersebar di kawasan Rempoa, Kampung Bandan, dan Maumere, Nusa Tenggara Timur. Pada pertunjukan di MAC UI, siswa Luminare Domus menjadi aktor dan musisinya.

Mereka menyampaikan pesan-pesan kemanusiaan melalui berbagai lagu daerah dan nasional, diantaranya “Lilin-lilin Kecil”, “We Are The World”, “Gundul Gundul Pacul”, “Rumah Kita”, “Karena Cinta”, dan “Indonesia Pusaka”. Pertunjukan musik ini membawa pesan kesatuan dan perdamaian seperti terkandung dalam nilai-nilai Pancasila.

Di tengah pertunjukan opera tersebut, guru besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI, Prof. Dr. Paulus Wirutomo, M.Sc tampil monolog. Katanya, “Luminare Domus artinya rumah yang menerangi. Sekumpulan anak berteduh di rumah ini, mengharap secercah sinar di tengah kegelapan yang mencekam di luar sana. Mereka dirangkul dengan penuh cinta. Bagaikan lilin kecil, Luminare Domus tak pernah menonjolkan diri. Wahai lilin kecil, tetaplah kau bersinar. Jangan biarkan anak-anak ini berjalan tersendat-sendat dalam kegelapan.”

Kepala Makara Art Center UI, Dr. Ngatawi Al-Zastrouw, juga menampilkan monolog yang membahas nilai Pancasila. “Sore ini, kita melihat keindahan Indonesia yang beraneka warna seperi taman. Ada anak-anak dari berbagai macam latar belakang sosial. Mereka adalah bunga-bunga yang tumbuh di taman sari. Ada mawar, melati, kenanga, dan kamboja. Tugas kita bukan merubah mawar menjadi melati, tetapi merawat bunga-bunga itu supaya berkembang sebaik-baiknya sehingga keharumannya bisa dinikmati orang sebanyak-banyaknya di bumi Indonesia. Itulah Pancasila,” ujarnya.

Zastrouw juga menyampaikan bahwa pertunjukan “Pancasila Voice of Humanity” merupakan wujud dari ketulusan hati nurani sebagai tempat bersemayamnya Pancasila. “Seringkali kita merasa sila kelima yang bebicara tentang keadilan sosial masih belum terlihat. Tapi di sekolah ini, di komunitas ini, Pancasila hidup dan berkembang meskipun guru-gurunya tidak mendapat cukup honor untuk itu. Di sini ada pengabdian, ketulusan, hati nurani. Pancasila akan hidup, tumbuh, dan berkembang ketika hati nurani itu ada,” katanya.

Turut hadir dalam pagelaran ini adalah perwakilan dari Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), komunitas Bakul Budaya Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya (FIB) UI, mahasiswa UI, para seniman, budayawan, serta aktivis gerakan sosial. Penampilan dari anak-anak Luminare Domus meninggalkan kesan mendalam di hati penonton. “Di tengah-tengah keterbatasan, mereka dapat menampilkan pertunjukan seni yang indah dan menyentuh. Ini luar biasa,” kata Galuh dari BPIP.

 

Penulis: MAC UI | Editor: Dyra

Related Posts