id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Angka Kematian Ibu Terus Bergejolak, Indonesia Harus Segera Upayakan Pencegahan

Universitas Indonesia > Berita > Angka Kematian Ibu Terus Bergejolak, Indonesia Harus Segera Upayakan Pencegahan

Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan pelonjakan AKI sekitar 359 per 100.000 kelahiran hidup, namun penuruan Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia masih menemui ketidakpastian, ucap Prof. dr. Meiwita P. Budiharsana, MPA, Ph.D. dalam Pidato Pengukuhan Guru Besar UI, pada Rabu(5/9) di Balai Sidang UI Kampus Depok.

Adanya peningkatan AKI suatu negara dianggap merugikan, karena anak-anak yang ibunya meninggal saat melahirkan turut memiliki resiko bertahan hidup yang kecil sehingga potensi berdampak kepada kepunahan populasi nantinya.

Sebagai perempuan Indonesia, Prof. Meiwita menganggap bahwa upaya yang dilakukan selama ini hanyalah upaya kuratif (pengobatan) yang bertujuan untuk mengurangi penderitaan akibat kesakitan yang sudah diderita, namun upaya pencegahan semakin terlupakan.

Menurutnya hal terpenting untuk Indonesia saat ini ialah berfokus kepada investasi pada upaya pencegahan dengan pendekatan promotif seperti pemberian informasi dan edukasi secara kontinu.

“Upaya kuratif seperti penambahan dokter spesialis kebidanan, fasilitas, alat dan tenaga sudah dilakukan sebagai investasi kuratif tetapi investasi semacam ini ternyata tidak mengubah pengetahuan, sikap dan perilaku perempuan untuk lebih paham isu kesehatan pada perempuan”  tutur perempuan yang berhasil dikukuhkan sebagai Guru Besar di FKM UI ke-34 itu.

Prof. Meiwita telah mengklasifikasikan penyebab kematian menjadi tiga jenjang yakni; jenjang “penyebab langsung” seperti pendarahan, eclampsia, sepsi,persalinan macet; jenjang “tidak langsung” seperti perkawinan usia dini, seks bebas; dan jenjang “mendasar” seperti kemiskinan dan pendidikan.

Namun, Upaya kuratif yang dilakukan saat ini dinilai hanya mengatasi permasalahan pada jenjang “penyebab langsung” yang turut meninggalkan resiko kecacatan yang terjadi atas tindakan yang dilakukan oleh tenaga ahli.

Proyeksi data dari Survei Penduduk Antar Sensus 2015 (SUPAS), di tahun 2018 dari 131 juta penduduk, 71 juta penduduknya merupakan penduduk perempuan usia subur (15-49 tahun), dimana pada usia tersebut kerap terjadi kasus seperti pernikahan dini dan seks bebas.

Hal ini memberikan sinyal bahwa perlu adanya aksesi nformasi terkait kesehatan sejak dini, sebelum atau sudah memasuki usia pernikahan dan kehamilan yang dapat mengurangi resiko kematian pada ibu. Data tersebut juga memperlihatkan bahwa akses terhadap informasi kesehatan yang masih belum merata dan tidak dilakukan secara terstruktur serta sepenuh hati, bukan fasilitas.

Oleh karena itu, Prof. Meiwita menilai bahwa Indonesia perlu lebih fokus kepada upaya pencegahan pada dua jenjang utama yakni, jenjang penyebab mendasar dan tidak langsung untuk mencegah tingkat kematian yang semakin tinggi.

Indonesia memang sedang memperbaiki serta bercita-cita menjadi negara berkembang yang maju dengan segala teknologi dan tenaga profesional yang mulai di adaptasi saat ini, tetapi alangkah baiknya jika tidak melupakan hal yang paling dasar yakni mengenai pemerataan informasi tentang kesehatan.

Dengan upaya tersebut Indonesia dapat mengatasi masalah kesehatan pada konteks perempuan sampai akarnya seperti apa yang telah pepatah katakan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati.

Namun, upaya ini tak akan berhasil jika tidak dilakukan secara bersama dan berkesinambungan. Lini pertama yang perlu dilatih pemerintah pusat adalah capacity building SDM pemerintah daerah yang disertai dengan upaya edukasi perempuan tentang haknya dan menciptakan fungsi pencegahan dan promotif tanpa diskriminasi.

Related Posts

Leave a Reply