id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Defisiensi Vitamin D Sebagai Penyebab Terjadinya Bayi Prematur

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Defisiensi Vitamin D Sebagai Penyebab Terjadinya Bayi Prematur

Penulis: Alfin Heriagus

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) menyelenggarakan sidang promosi doktor pada hari Rabu (04/08/2021) melalui aplikasi Zoom Meeting dan kanal Youtube “Medicine UI”. Pada sidang promosi doktor ini, dr. Putri Maharani Tristanita Marsubrin, Sp. A(K) sebagai promovendus diberikan kesempatan untuk mempersentasikan hasil disertasinya yang berjudul “Peran Vitamin D dalam Menentukan Morbiditas Bayi Sangat Prematur dan/atau Berat Bayi Lahir Sangat Rendah: Kajian terhadap Sel T Regulator dan Disbiosis Usus”.

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat kejadian bayi prematur tertinggi di dunia, yaitu menempati peringkat kelima. Beliau juga menambahkan, bahwa terdapat 15 juta bayi yang terlahir prematur setiap tahunnya di seluruh dunia. Dari sejumlah 15 juta bayi prematur tersebut, sebanyak 1,1 juta bayi dilaporkan meninggal dunia karena berbagai komplikasi.

Kondisi prematur terjadi ketika seorang bayi lahir di bawah usia kurang dari 32 minggu dengan berat badan di bawah 1.500 gram. Berbagai hal diduga berperan dalam terjadinya peristiwa bayi prematur, salah satunya adalah defisiensi vitamin D. Vitamin D berperan untuk mempertahankan kondisi kesehatan bayi sehingga tidak terjadi inflamasi ketika keluar dari rahim, dan penjaga keseimbangan saluran cerna agar mampu bekerja dengan baik sehingga tidak terjadi kondisi disbiosis. Disbiosis merupakan kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan jumlah mikroorganisme dalam saluran pencernaan seseorang. Hal ini menunjukkan betapa besarnya peran vitamin D terhadap bayi prematur.

Sejalan dengan hal tersebut, dr. Putri mengungkapkan penelitian yang dilakukannya ini adalah satu-satunya penelitian di Indonesia yang bertujuan mengetahui peranan Vitamin D terhadap pembentukan bayi prematur. “Jadi, dalam penelitian ini, apabila ditemukan kasus seorang ibu yang akan melahirkan calon bayi dengan usia di bawah 32 minggu atau berat dibawah 1.500 gram, maka akan langsung dilakukan pemeriksaan kadar vitamin D. Setelah bayi lahir, akan dilakukan pengambilan darah di tali pusar pada bayi untuk melihat kadar vitamin D dan regulator. Tujuannya adalah untuk mencegah bayi terkena rakhitis,” ujar dr Putri. Rakhitis merupakan kelainan pertumbuhan tulang pada anak akibat kekurangan vitamin D. Ia juga mengungkapkan, bahwa pada faktanya sebanyak 88.3% ibu di Indonesia mengalami defisiensi vitamin D.

Defisiensi vitamin D yang terjadi baik pada ibu maupun bayi ini dipicu oleh minimnya pengetahuan ibu untuk mencari informasi, kesadaran yang masih rendah dan menganggap biasa masalah defisiensi vitamin D, serta kurangnya akses sosialisasi mengenai hal tersebut. Oleh sebab itu, peran Kementerian Kesehatan ataupun tenaga kesehatan sangatlah vital untuk memberikan edukasi kepada ibu hamil baik melalui televisi, radio, sosial media, spanduk, atau media lainnya yang memungkinkan.

Putri saat memberikan materi juga menegaskan bagi para ibu yang memiliki bayi dengan kelahiran prematur, agar tidak sembarangan memberikan obat antibiotik. Hal ini karena bayi prematur ketika dipaksakan untuk diberikan obat antibiotik secara terus-menerus, justru akan memperburuk kondisi kesehatan bayi tersebut, seperti timbulnya alergi. Dirinya menambahkan, bayi dengan kelahiran prematur merupakan penyebab kematian tertinggi nomor dua terbesar untuk anak-anak di bawah usia lima tahun setelah pneumonia. Hal ini menandakan masalah penyakit ini tidak bisa dianggap sebelah mata, dan perlu tindakan serius dalam penanganannya.

Pemberian dosis vitamin D sebanyak 800 IU per hari bagi bayi prematur penting dilakukan untuk memperkuat pertumbuhan kepadatan tulang. Hal tersebut merupakan salah satu bentuk terapi unit perawatan intensif neonatal yang dapat membantu mengurangi risiko gangguan tulang pada bayi. Selain berfungsi untuk menjaga kesehatan tulang, vitamin D juga sangat bagus untuk pertumbuhan gigi pada bayi. Pemberian vitamin D ini tentunya sangat baik dilakukan tidak hanya untuk bayi prematur, namun untuk bayi normal pada umumnya. Bedanya, pemberian dosis vitamin D untuk bayi prematur tentu lebih banyak dibandingkan bayi normal pada umunya.

“Alasan kuat mengapa bayi prematur membutuhkan vitamin D, karena ketika lahir bayi prematur tidak memiliki jumlah vitamin yang cukup seperti bayi normal pada umumnya,” ujar dr Putri. Menurutnya, bayi yang lahir prematur tidak bisa mengandalkan nutrisi dari Air Susu Ibu (ASI), sehingga pemberian vitamin D yang tidak terdapat di ASI penting dilakukan guna menjaga kesehatan bayi agar tetap stabil. Ia juga memaparkan, dengan diberikannya vitamin D maka apabila ibu bayi sedang sakit akan lebih cepat mengalami pemulihan dibandingkan dengan tidak mengkonsumsinya.

Berdasarkan informasi yang ada, vitamin D juga sangat ampuh untuk mengurangi risiko alergi yang ada pada bayi. Dampak yang akan terjadi bila bayi kekurangan vitamin D yaitu pertumbuhan menjadi terhambat, gigi mudah keropos, bayi mudah sakit, dan otot menjadi lemah. Dengan demikian, ia menjelaskan pentingnya asupan suplemen vitamin D untuk bayi juga untuk calon ibu hamil agar bayi dapat terlahir dengan normal dan sehat.

Bagi seorang ibu yang sedang hamil dan tidak memiliki alergi, penting untuk mengkonsumsi jenis makanan yang mengandung vitamin D. Makanan tersebut bisa berupa kuning telur, ikan sarden, ikan salmon, ikan tuna, jus jeruk, susu kedelai, susu sapi, dan jenis makanan lainnya. Mengkonsumsi jenis makanan terebut mampu memberikan suplementasi vitamin D kepada bayi di dalam kandungan sehingga bayi dapat lahir dalam keadaan normal dan terhindar dari berat bayi lahir rendah atau prematur.

Diakhir acara, dr. Putri menyarankan, baik ibu maupun bayi perlu mendapatkan suplemen vitamin D. Hal ini akan menurunkan kejadian kesulitan mencerna makanan pada bayi sangat prematur. Ia juga menyarankan bila bayi telah diberikan vitamin D, namun kondisi bayi tetap lemah, maka dianjurkan untuk segera berkonsultasi dengan dokter di layanan fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut. Penggunaan sosial media yang baik untuk mengakses informasi seputar kesehatan terutama untuk bayi yang lahir prematur penting dilakukan guna menambah informasi serta wawasan ibu terkait cara merawat bayi prematur dengan baik dan aman.

Sidang promosi doktor ini diketuai oleh Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH., MMB., dengan dosen penguji Prof. Dr. dr. Suhendro, Sp.PD-KPTI., Prof. Dr. dr. Zakiudin Munasir, SpA(K)., Prof. Dr. dr. Saptawati Bardosono, M.Sc., dan Prof. Dr. dr. Ina. Turut hadir drh. Safarina G. Malik, PhD., dan Dr. Tetty Yuniati, dr Sp.A(K)., dan Dr. dr. Yuditiya Purwosunu SpOG(K). Ph.D., sebagai penguji tamu. Pada kesempatan ini, Prof. Dr. dr.Rinawati Rohsiswatmo, Sp. A(K)., juga hadir sebagai ketua promotor.

Related Posts