id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Inovasi Digitalisasi Ekosistem Sebagai Upaya Bangkitkan Sektor UMKM dan Pariwisata Daerah

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Inovasi Digitalisasi Ekosistem Sebagai Upaya Bangkitkan Sektor UMKM dan Pariwisata Daerah

Berdasarkan data dari Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia pada 2021, sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) dan pariwisata berkontribusi lebih dari 61,07%  terhadap PDB Indonesia dan telah menarik 60,4% dari total investasi yang ada di sektor UMKM. Namun, berbagai kebijakan pembatasan selama pandemi telah menyebabkan penurunan angka wisatawan mancanegara.

Untuk mengatasi hal tersebut, dibutuhkan strategi dari pemerintah daerah dan pusat untuk membangkitkan kembali sektor UMKM dan pariwisata nasional yang sempat redup. Melalui webinar yang diadakan Direktorat Kerja Sama Universitas Indonesia (UI), pada Kamis (7/7), UI mengundang para stakeholder untuk mengadakan diskusi terkait kebijakan digitalisasi ekosistem sektor UMKM dan pariwisata yang ditetapkan pemerintah pusat dan implementasinya yang dilakukan pemerintah daerah. Pada pertemuan tersebut juga dibahas prospek dan tantangan dalam pengembangan digitalisasi.

Gubernur Provinsi Bali, Dr. Ir. Wayan Koster.

Terkait strategi pengembangan sektor UMKM dan pariwisata di Bali, Gubernur Provinsi Bali, Dr. Ir. Wayan Koster, M.M., memaparkan konsep Ekonomi Kerthi Bali sebagai salah satu upaya mewujudkan Bali Era Baru. Menurut Dr. Wayan, perekonomian Bali didominasi sektor pariwisata (56,78%), pertanian (9,24%), kelautan/perikanan (4,21%), industri (14.63%), dan sektor lain (15,14%). Kontribusi sektor di luar pariwisata relatif kecil, bahkan mengalami penurunan. Perekonomian Bali di satu sisi sangat bergantung dan rentan terhadap perubahan faktor eksternal. Di sisi lain, pertumbuhan kapasitas ekonomi Bali kurang optimal. Sektor pertanian, kelautan/perikanan, dan industri kerajinan belum diberdayakan secara optimal, bahkan cenderung bergeser atau beralih ke sektor pariwisata.

Guna memperkuat struktur dan fundamental perekonomian Bali dibentuklah konsep Ekonomi Kerthi Bali. Ekonomi Kerthi Bali menerapkan sebelas prinsip. Salah satu penerapan prinsip tersebut adalah dengan dikembangkannya industri branding Bali dari hulu sampai ke hilir; ekonomi kreatif berbasis budaya branding Bali; serta ekonomi digital. Pembangunan perekonomian Bali dilakukan sesuai potensi wilayah masing-masing sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan daerah, membuka lapangan kerja baru, dan mengurangi tingkat kemiskinan.

“Enam sektor unggulan Ekonomi Kerthi Bali sebagai pilar perekonomian Bali meliputi sektor pertanian dengan sistem pertanian organik; kelautan/perikanan; industri; IKM, UMKM, dan koperasi; ekonomi kreatif dan digital; serta pariwisata. Kami ingin mengurangi ketergantungan pada dunia luar sehingga Bali bisa kuat dan berdikari dalam bidang energi, pangan, serta seluruh kebutuhan masyarakat Bali dalam jangka panjang. Ekonomi Kerthi bali diharapkan menjadi arus utama pembangunan perekonomian melalui paradigma baru, yaitu pembangunan perekonomian yang bersumber dari sumber daya, kearifan, dan tradisi budaya lokal sehingga akan berkembang secara harmonis,” kata Dr. Wayan.

Sementara itu, untuk menjawab urgensi dan tantangan digitalisasi ekosistem sektor UMKM dan pariwisata, Ketua Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia, Dr. Handito Juwono, melalui Sekolah Ekspor berusaha menumbuhkan eksportir baru, khususnya dari kalangan UMKM, perguruan tinggi, dan generasi muda. Ini dilakukan sebagai wujud kontribusi pada pembangunan perekonomian nasional melalui peningkatan penerimaan devisa dengan membangun kewirausahaan global di kalangan UMKM dan generasi muda.

Ketua Asosiasi Digital Entrepreneur Indonesia, Dr. HanditoJuwono.

“Pada 2019, ada 500 lebih jenis produk UMKM dengan jumlah barang lebih dari 4.000 yang diekspor dalam satu kontainer. Itu adalah hasil produksi dari lebih 100 UMKM. Produk tersebut dikumpulkan oleh lima aggregator untuk diekspor secara bersama-sama. Setelah diekspor, produk akan masuk ke e-commerce luar. Untuk memajukan produk lokal di luar negeri, harus dilakukan kolaborasi. Jika produk UMKM dikirim satu-satu, tentu membutuhkan biaya yang mahal. Digitalisasi memudahkan proses ini dengan dibangunnya ekosistem oleh banyak UMKM,” kata Dr. Handito.

Sekolah Ekspor menyediakan sarana pembelajaran holistik praktis dan sarana berbagi pengetahuan dan pengalaman di pasar lokal dan global yang berorientasi pada pengembangan ekspor. Para siswa diterjunkan langsung untuk membantu pelaku UMKM mengemas produknya hingga layak dijual di pasar global. Selain itu, Sekolah Ekspor juga  membangun jejaring usaha bisnis di dalam dan luar negeri yang melibatkan para diaspora, pekerja migran, serta pelajar Indonesia di luar negeri.

General Manager Business and Product Bayarind, Annisa Kinanti, S.Sos, M.M.

Untuk mengembangkan ekosistem UMKM dan Pariwisata, General Manager Business and Product Bayarind, Annisa Kinanti, S.Sos, M.M., yang merupakan mitra dari UI Advisory, melihat perlunya inovasi ekosistem digital pada proses transaksi jual-beli. Hal ini karena transaksi tunai memiliki risiko kriminalitas, kurang efektif dan efisien, serta tidak memiliki riwayat transaksi. Oleh karena itu, diperlukan metode transaksi digital yang memberikan kemudahan bagi pelaku usaha dan konsumen.

Bayarind sebagai platform pembayaran digital Indonesia melaksanakan Program Digitalisasi di Yogyakarta, Bali, dan Magelang. Melalui peta ekosistem perekonomian pedesaan, Bayarind bersama-sama periset UI, berupaya mempercepat pertumbuhan perekonomian pedesaan. Program yang dilaksanakan di Desa Gari, Gunung Kidul, Yogyakarta ini memiliki target pengguna 100 UMKM dengan 3.000 transaksi per bulan. Sementara itu, di Bali, selain menjalin kerja sama dengan UMKM, Bayarind juga mengakuisisi hotel untuk menggunakan QR Table Room.

“Berbeda dengan daerah lainnya, Desa Sewukan, Magelang, Bayarind mengajak para petani untuk menggunakan aplikasi ini agar mereka dapat menerima laporan transaksi secara real time sehingga mudah untuk memantau harga dari setiap komoditas. Upaya ini dilakukan untuk meningkatkan sumber pendapatan BUMDes demi kemajuan desa,” kata Annisa.

Related Posts