iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kampus UI Kampanyekan Pencegahan Bunuh Diri

Universitas Indonesia > Berita > Kampus UI Kampanyekan Pencegahan Bunuh Diri

Depok, 25 September 2023. Data World Health Organization (WHO) mengungkapkan bahwa pada 2019, bunuh diri adalah penyebab kematian terbesar keempat di antara orang-orang berusia 15–29 tahun di seluruh dunia. Saat ini, WHO memperkirakan ada lebih dari 700.000 kasus bunuh diri setiap tahunnya. Namun, angka tersebut belum mewakili keseluruhan karena sebagian kasus bunuh diri tidak dilaporkan.

Sebagai upaya untuk mencegah terjadinya kasus bunuh diri sekaligus memperingati World Suicide Prevention Day 2023, Universitas Indonesia (UI) melalui Klinik Satelit Makara mengadakan webinar bertajuk “Temanku Ingin Bunuh Diri, Aku Harus Bagaimana?”, pada Jumat (16/9). Webinar yang disiarkan langsung melalui akun Instagram @kliniksatelitui tersebut menghadirkan dua narasumber, yaitu Anisa Mahdiya, S.Psi. dan Aliyya Amanda S.Psi., yang merupakan mahasiswa Program Pendidikan Magister Profesi Psikologi Klinis Dewasa, Fakultas Psikologi UI.

Pada kesempatan itu, Anisa menjelaskan bahwa seseorang yang memiliki niat untuk bunuh diri mempunyai tanda-tanda verbal dan non verbal. Tanda verbal ditunjukkan melalui kata-kata yang menghujat diri sendiri atau pembicaraan yang sering membahas kematian. Adapun tanda nonverbal terlihat dari kecenderungan mereka mencari info tentang cara mengakhiri hidup melalui internet, ungkapan kesedihan yang dituangkan di media sosial, atau sikap menarik diri dari kegiatan atau hobi apa pun.

Bahkan, pada tingkat yang paling mengkhawatirkan, mereka dapat menyakiti atau melukai diri sendiri dengan berbagai cara. Mereka mulai mempersiapkan kematian dengan menyiapkan pemakaman, memberikan benda-benda kesayangan kepada orang lain, mempersiapkan surat pribadi berisi ucapan perpisahan dan permintaan maaf, serta mengatur jadwal pertemuan terakhir dengan orang terdekat.

Menurut Anisa, perlu upaya serius dari lingkungan sekitar untuk mencegah kasus bunuh diri. “Dalam kondisi seperti ini, disarankan untuk mendampingi dan mendengarkan mereka. Sebaik mungkin kita memberikan empati dan jangan berasumsi. Perhatikan juga kondisi lingkungan sekitar, pastikan agar kondusif dan jauhkan mereka dari benda tajam. Kita juga bisa menawarkan bantuan, mengarahkan ke tenaga profesional, serta memeriksa ketersediaan layanan psikologis di rumah sakit terdekat,” ujarnya.

Sementara itu, Aliyya menyebut bahwa ada hal-hal yang harus dihindari ketika kita menghadapi seseorang yang memiliki keinginan untuk mengakhiri hidup. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan tidak menghakimi orang tersebut, tidak panik, dan tidak menjanjikan sesuatu untuk membujuknya. Alliya juga meluruskan informasi terkait mitos yang beredar tentang bunuh diri.

“Banyak orang yang mengira bahwa orang yang memiliki keinginan bunuh diri dianggap cari perhatian. Banyak juga yang beranggapan bahwa orang tersebut kerasukan, stres, atau tidak taat agama. Ada juga yang berasumsi bahwa perempuan lebih rentan bunuh diri. Padahal, berdasarkan fakta, lelaki memiliki risiko bunuh diri dua kali lipat dari perempuan,” kata Aliyya.

Oleh karena itu, dengan adanya sosialisasi tersebut, audiens diharapkan dapat mendapatkan pemahaman dan panduan tentang cara mengatasi situasi ketika mendapati orang terdekat yang berisiko melakukan bunuh diri. Klinik Satelit Makara UI siap memberikan bantuan dan dukungan yang diperlukan, serta mengajak masyarakat untuk tidak ragu mencari bantuan profesional jika ada teman atau keluarga yang memiliki risiko bunuh diri.

Related Posts