id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kartini dan Hak Asasi Manusia

Universitas Indonesia > Berita > Kartini dan Hak Asasi Manusia

ra-kartini

Raden Ajeng Kartini merupakan figur yang akan selalu muncul dalam pembahasan emansipasi kaum perempuan Indonesia. Cara berpikirnya yang banyak tertuang dalam goresan penanya adalah sumbangan pemikiran yang luar biasa bagi negeri yang masih berupa koloni.

Hal itulah yang membuat Kartini seperti daya tarik yang kerap mengundang cendekiawan untuk membedah pemikirannya dari waktu ke waktu. Dr. Paul Bijl salah satunya.

Sebuah ceramah ilmiah yang digelar Departemen Susastra Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya mengundang Paul yang berasal dari Universiteit van Amsterdam sebagai pemateri. Ceramah ilmiah ini mengangkat tajuk “Kartini and Human Rights”.

Selaku pemateri tunggal, Paul memaparkan upayanya dalam mengkaji konsep-konsep hak asasi manusia yang muncul dari pemikiran Kartini. Meski sosok Kartini lebih dikenal dengan gagasan tentang perempuan, namun nilai HAM lah yang mendasari pilihan Kartini dalam menyuarakan sikapnya.

Keluarga Kartini memang dikenal begitu peduli akan pendidikan. Ayahnya yang juga Bupati Jepara adalah sosok yang mengenalkan pemikiran-pemikiran modern Eropa.

“Dengan status keluarganya yang priyayi, Kartini memiliki koleksi buku yang luar biasa saat itu,” ucap Paul dalam bahasa Inggris. Inilah bekal Kartini dalam merespon realita sosial yang terjadi di sekitarnya.

Dalam penelitiannya terhadap tulisan-tulisan Kartini, Paul menangkap tiga nilai Eropa yang memandu cara berpikir Kartini, yaitu: love, pity, dan right.

Khusus untuk nilai right atau recht dalam istilah Belanda, Kartini mengadopsinya dari peristiwa revolusi Prancis. Kartini menggunakan konsep hak itu untuk menggugat kondisi hidupnya sebagai perempuan Jawa yang patriarkis.

Meski nilai-nilai HAM dikenal masyarakat dunia, ia tak akan berlaku secara universal. Menurut Paul hal itu terjadi karena HAM hanyalah sebuah alat untuk mencapai suatu tujuan perubahan.

Dalam kasus Kartini, kesetaraan bagi kaun perempuan di tanah kelahirannya adalah tujuan yang ia perjuangkan. Paul yang mahir menggunakan bahasa Indonesia ini juga menemukan sisi menarik lain dari Kartini.

“Dalam surat-surat yang ditulis Kartini kepada teman-teman Belanda-nya terlihat menyembunyikan sisi ke-Jawa-annya,” kata Paul.

Hal itu yang kemudian memicu anggapan Kartini seperti anak kelahiran Eropa yang terjebak di masyarakat Jawa. Meski demikian, Paul menyatakan bahwa Kartini adalah sosok yang begitu cerdas sekaligus berani sebagai warga amperl dan perempuan masyarakat yang patriarki.

Selain dipenuhi mahasiswa, ceramah ilmiah ini juga dihadiri oleh guru besar FIB UI Prof. Dr. Melani Budianta. Berjalan amper dua jam, acara ini berakhir dengan sesi tanya jawab.

 

Penulis : Bintoro Agung S.

Related Posts

Leave a Reply