id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahfud MD: Memperjuangkan Keadilan dari Diri Sendiri

Universitas Indonesia > Berita > Mahfud MD: Memperjuangkan Keadilan dari Diri Sendiri

Universitas Indonesia, bersama dengan Wahid Foundation dan MMD Initiative menyelenggarakan Bincang Seru Mahfud yang berjudul “Inspirasi, Kreasi, dan Pancasila” pada Senin (17/2/2020) di Balai Purnomo Prawiro Universitas Indonesia.

Acara yang sebelumnya telah dilaksanakan di Institut Teknologi Bandung dan Universitas Padjadjaran ini turut mengundang Menkopolhukam RI Prof. Dr. Mohammad Mahfud MD, SH, Prof. Ari Kuncoro, S.E. M.A., Ph.D. selaku Rektor Universitas Indonesia, Prof. Harkristuti Harkrisnowo, SH. MA. selaku Ketua Dewan Guru Besar UI, serta Yenny Wahid dan Mamat Alkatiri.

“Hari ini kita memulai sebuah metode baru dari kuliah umum. Kita bisa melakukan metode yang lebih interaktif,” Jelas Kuncoro melalui kata sambutannya di awal acara. Generasi milenial butuh suatu metode pembelajaran baru, untuk itu konsep ‘Bincang Seru’ ini digunakan. Menurutnya, belajar bukan hanya sekedar transfer of knowledge, namun juga dapat mendarah daging dan menjadi pengalaman yang berkesan bagi mahasiswa hingga menjadi alumni nanti.

Dalam diskusi interaktif yang dimoderatori oleh Tiffany, Yenny Wahid memberikan contoh ketidakadilan di lingkungan sehari-hari melalui perempuan yang hanya dianggap layak bekerja di ranah domestik, seperti ngulek dan ngucek. Menurutnya, saat ini Indonesia sudah baik memiliki konstitusi yang menjamin masyarakat sama di mata hukum, namun hal itu tidak cukup karena butuh equity atau keseimbangan di masyarakat.

Karena tidak semua masyarakat memiliki kondisi yang sama, untuk itu equality atau kesetaraan harus diseimbangkan dengan equity itu sendiri. Salah satu contoh yang disebutkan adalah affirmative action terhadap masyarakat Papua, yaitu diberikannya kesempatan khusus dalam mengakses hal-hal tertentu oleh pemerintah. Pemerintah sudah menjamin ini, artinya sekarang tinggal kita sebagai masyarakat yang menjalankan.

Prof. Harkristuti Harkrisnowo kemudian melanjutkan perbincangan dengan mengungkapkan bahwa ketidakadilan ada di Indonesia, dan salah satunya ia alami sendiri yaitu di kampus UI. “Biasanya, anak-anak pintar kumpul dengan anak-anak pintar, begitu sebaliknya. Akhirnya, yang gak terlalu pintar menjadi tidak mendapat manfaat dari berteman,” jelasnya. Tuti juga mengatakan bahwa menilai seseorang hanya dari penampilannya, seperti menilai teman dan dosen, merupakan suatu ketidakadilan.

Selanjutnya, Mamat menambahkan ketidakadilan yang ia dan keluarganya sendiri alami sebagai orang Papua, mulai dari ketika orangtuanya melahirkan dirinya sampai kehidupan mereka sehari-hari. Namun, menurutnya Papua tidak tertinggal, melainkan sangat maju dalam hal mengamalkan nilai keadilan Pancasila. “Di Fakfak, ada filosofi satu tungku tiga batu, dimana dalam satu rumah ada tiga agama dan kami semua saling menghargai satu sama lain.”

Keadilan memang tidak dapat sepenuhnya sama seperti di buku, namun bukannya mustahil untuk dilakukan. Maka dari itu, Mamat berpesan untuk bersikap adil mulai dari terhadap diri sendiri dan terhadap sesama. Tuti kemudian menambahkan, bahwa berlaku adil juga dapat dimulai di lingkungan kampus dan peka terhadap ketidakadilan di kampus.

 

Related Posts

Leave a Reply