iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Membangun Jembatan Budaya: Bazaar Kebudayaan Asean Youth Cultural Forum 2023 Mendorong Kolaborasi Pemuda di Asia

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Membangun Jembatan Budaya: Bazaar Kebudayaan Asean Youth Cultural Forum 2023 Mendorong Kolaborasi Pemuda di Asia

Tahun 2023 kembali menjadi momen penting bagi Indonesia. Ini kali kelima Indonesia menerima estafet Keketuaan ASEAN sepanjang sejarah ASEAN. Dalam hal ini, Indonesia meluncurkan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesejahteraan dan kepentingan anggota ASEAN, termasuk melibatkan peran proaktif anak muda untuk mempromosikan kolaborasi dan integrasi antar budaya melalui ASEAN +3 Youth Cultural Forum.

ASEAN Youth Cultural Forum adalah acara tahunan yang diadakan oleh negara-negara anggota ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) untuk memfasilitasi pertukaran budaya dan pengalaman antara para pemuda dari berbagai universitas terkemuka di kawasan ASEAN, China, Jepang, dan Korea. Forum ini memberikan kesempatan bagi para pemuda ASEAN untuk berdiskusi tentang berbagai topik yang berkaitan dengan budaya, seni, dan identitas nasional.

Sebagai perguruan ternama di Indonesia, menjadi kebanggaan tersendiri bagi Universitas Indonesia (UI) terpilih sebagai tuan rumah ASEAN +3 Youth Cultural Forum (ASYF) yang kedelapan. Acara ini diselenggarakan selama lima hari berturut-turut pada tanggal 14-19 Mei 2023. Usai membuka rangkaian acara dengan berbagai pertunjukkan kebudayaan dari berbagai negara di Asia di Balairung UI (15/05), hari berikutnya juga disemarakkan dengan talkshow akademik dari Ratri Anindyajati selaku Direktur Indonesian Dance Festival di Balai Sidang UI pada hari Selasa (16/05).

Melalui sesi Academic Lecture, Ratri menceritakan perjalanan dan motivasinya memperkenalkan berbagai kebudayaan indonesia ke seluruh dunia kepada para delegasi ASYF. Menurutnya, segala sesuatu dapat dimulai dengan membangun creative mindset atau pemikiran yang kreatif. “Istilah kreatif selalu diidentikan dengan seni, seolah hanya bisa dilakukan oleh seniman, padahal ini memiliki makna yang jauh lebih luas, kreativitas adalah bagaimana cara kita berpikir, cara kita melihat dunia dari sudut pandang yang berbeda atau ‘out of the box’,” kata Ratri. Ia menambahkan bahwa membangun kreativitas dalam berpikir dapat dilatih lewat kebiasaan sehari-hari. “Sesederhana kita berani memiliki cita-cita yang berbeda, memilih jalan hidup yang berbeda, tidak linear seperti yang dikatakan masyarakat pada umumnya –sekolah, bekerja, lalu menikah dan berkeluarga,” jelas Ratri. “You choose your own path, you are the artist of your life, thus manifest your dreams,” demikian Ratri memberikan motivasi.

Rangkaian acara ini dilanjutkan dengan keseruan ASEAN Art & Cultural Bazaar yang dilangsungkan di pelataran terbuka Pusat Kegiatan Mahasiswa (pusgiwa) UI. Riuh ramai terdengar dari stan masing-masing delegasi negara yang saling memperkenalkan pakaian, makanan, tarian, pernak-pernik hingga permainan tradisional. Sesekali mereka bernyanyi dan menari bersama sambil bertukar cerita tentang sejarah kebudayaan masing-masing negara.

Delegasi dari Filipina, Marinel Palaganas dan Jackie Mercado mengatakan bahwa melalui ASYF, generasi muda ASEAN mendapatkan wadah untuk belajar satu sama lain dan membangun pemahaman yang lebih baik tentang budaya dan tradisi di seluruh kawasan ASEAN. “Ini kali pertama saya datang ke Indonesia, saya sangat senang dan terhormat bisa dikelilingi oleh berbagai budaya, kepercayaan, dan berbaur dengan mereka di waktu yang sama. Ini adalah kesempatan besar, saya pikir kita memiliki banyak kesamaan persamaan dan perbedaan budaya. Jadi, saya sangat menikmatinya,” ujar Marinel.

Forum ini juga dapat memperkuat kerjasama dan keterhubungan antara negara-negara anggota ASEAN dalam bidang budaya dan seni. “Menurut saya, acara seperti ini sangat penting, khususnya untuk generasi muda seperti kita, yang baru saja menghadapi pandemi. Kita membutuhkan ini untuk kembali terhubung satu sama lain,” kata Jackiey. Dalam pameran kebudayaan (cultural exhibition), para delegasi membawa pernak-pernik adat dan menghiasnya di stan masing-masing. Beberapa dari mereka bahkan mengajarkan cara membuatnya. Sky, salah seorang delegasi Thailand mengatakan bahwa ia senang para pengunjung antusias dengan kebudayaan yang dipamerkan. “Kami sangat senang hadir disini, bisa mengajak banyak berbagai delegasi dan pengunjung untuk belajar menganyam Tung Sai Moo, dekorasi tradisional dari Thailand Utara. Pengunjung juga bisa mencicipi beberapa makanan seperti Kanom Ping dan Look Yee, ini sangat keren” jawab Sky.

Menutup acara bazaar kolaboratif, Kasubdit Pengembangan Minat & Bakat Direktorat Kemahasiswaan UI, Dr. Drs. AG. Sudibyo, M.Si. mengumumkan pemenang stan terbaik yang diraih oleh Malaysia sebagai Juara pertama dan Filipina sebagai juara kedua. “Saya harap kegiatan ini menjadi ruang pemuda saling mengenal satu sama lain, sehingga dapat meningkatkan kolaborasi kebudayaan antar negara,” kata Sudibyo.

 

Penulis: Dian Amalia / editor: Finda Salsabila

Related Posts