id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mengungkap Makna Pesan Wacana Identitas dalam Film-Film Religi Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Mengungkap Makna Pesan Wacana Identitas dalam Film-Film Religi Indonesia

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Indonesia (UI) menyelenggarakan sidang terbuka promosi doktor dengan promovendus Fadhillah Sri Meutia, yang menyampaikan disertasi berjudul “Representasi Keislaman dan Budaya Populer dalam Film Religi Indonesia”. Menurutnya, film-film religi, seperti Ayat-Ayat Cinta, 99 Cahaya di Langit Eropa, dan Assalamualaikum Beijing, menampilkan citra dari kaum muda yang memiliki tingkat ketakwaan dan kesadaran moral serta ketekunan intelektual. Hal inilah yang kemudian disebut sebagai imaji hiperealitas tentang cara menjadi muslim kekinian.

Sidang promosi doktor tersebut diketuai oleh Dr. Arie Setiabudi Soesilo, M.Sc. dengan pembimbing Prof. Dr. der Soz. Gumilar Rusliwa Somantri (Promotor), dan Lugina Setyawati, Ph.D. (Ko-Promotor). Tim penguji pada sidang tersebut adalah Saveria Sika Ery Seda, Ph.D., Dr. Ida Ruwaida, M.si., Dr. Ricardi S. Adnan, M.Si., Dr. Acep Iwan Saidi, S.s, M.Hum., Dr. Muhammad Khairul Imam, S.sos., M.Si.

Fadhillah Sri Meutia mengkaji fenomena budaya populer Islam yang direpresentasikan melalui film yang sedang berkembang di Indonesia. “Penelitian ini lebih jauh mengungkapkan makna pesan dari wacana identitas, melalui penerapan analisis wacana kritis untuk melihat pesan serta ideologi yang diselipkan kedalam film-film religi Indonesia,” ujar Fadhillah.

“Imaji ini ditampilkan dalam beragam bentuk baru politik identitas dan kenikmatan, seperti gaya busana, budaya, kekuasaan dan pengetahuan yang diselipkan kedalam film-film religi Indonesia. Identitas Islam yang ingin ditampilkan sutradara kepada kaum muda muslim perkotaan Indonesia merupakan identitas esensial yang secara terus menerus diciptakan dan dipertahankan dalam kegiatan reflektif individu,” katanya menjelaskan pada sidang promosi doktor yang dilaksanakan secara daring melalui aplikasi zoom, pada Jumat (23/7).

Ketika proses ini terjadi secara terus-menerus, maka pada akhirnya film-film Islam ini menyebabkan terjadinya pembentukan identitas subjek Islam modern yang baru, terutama ketika para kaum muda muslim sedang dalam proses mencari dan membangun identitas diri. Hal ini merupakan perwujudan budaya post-Islamisme yang merekonstruksi agama, sehingga sebuah film dapat menjadi sebuah media propaganda rekonstruksi nilai budaya dalam masyarakat.

Related Posts