id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pengaruh Terapi Doa, Edukasi, Hipnosis, & Musik pada Pasien Bedah Jantung

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Pengaruh Terapi Doa, Edukasi, Hipnosis, & Musik pada Pasien Bedah Jantung

Penulis: Alfin Heriagus

Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI) menggelar sidang promosi doktor pada hari Rabu (21/07/2021) melalui platform Zoom Meeting dan kanal Youtube Nursing UI. Pada sidang promosi doktor ini, Sidik Awaludin sebagai promovendus diberikan kesempatan untuk mempersentasikan hasil disertasinya yang berjudul “Pengaruh Model Intervensi Keperawatan Perioperatif Doa, Edukasi, Exercise Therapy, Hipnosis, Musik (Doe Exhis) Berbasis Smartphone terhadap Nyeri, Kecemasan, dan Mobilisasi Dini Pasien Bedah Jantung di RSJPD Harapan Kita Jakarta”.

Tujuan penelitian ini adalah dapat terciptanya intervensi keperawatan berbasis smartphone yang mampu menurunkan nyeri, kecemasan, dan meningkatkan mobilisasi dini pasien bedah jantung di Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah (RSJPD) Harapan Kita Jakarta. Hasil penelitian ini sesuai dengan yang dilakukan di Xianjiang Cina bahwa rata-rata penderita penyakit jantung berusia 34 tahun. Sidik mengungkapkan pada usia dewasa telah terjadi perubahan gaya hidup serta kebiasaan makan cepat saji yang tinggi lemak, dan kolesterol. Hal ini juga ditemukan pada penelitian di India, yaitu pada pekerja dewasa sudah memiliki risiko penyakit jantung seperti pre-obese, pre-hipertensi, dan perokok.

Sidik mengatakan jika dilihat dari jenis kelamin, laki-laki cenderung memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, walaupun penyakit ini juga tetap merupakan penyebab utama kematian pada wanita. “Terutama pada wanita setelah menopause,” ujarnya. Sidik menambahkan bahwa hasil penelitian ini juga mendukung fakta bahwa semakin tinggi pendidikan seseorang, maka sikap dan perilaku kesehatan seseorang akan semakin baik. Jika dilihat dari suku, pasien yang berasal dari Jawa memiliki risiko kematian sebesar 2.11 kali lipat lebih besar dibandingkan pasien non-Jawa.

“Berdasarkan jenis operasi, Coronary Artery Bypass Graft (CABG) dan penggantian katub merupakan tindakan bedah jantung yang paling sering di seluruh dunia,” ujar Sidik. CABG merupakan penatalaksanaan pilihan pada sindroma koroner akut ketika tindakan Percutaneous Coronary Intervention (PCI) tidak dapat dilakukan. Jika dilihat dari segi pengetahuan, pasien yang akan menjalani operasi masih terbatas. Oleh sebab itu, edukasi dan konseling pra-operasi merupakan hal yang penting dilakukan untuk meningkatkan persepsi pasien terhadap operasi yang akan dijalaninya.

Diakhir, Sidik memaparkan hasil penelitiannya yang menunjukkan bahwa berbagai terapi yang dibahas di dalam penelitian ini mampu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien penderita penyakit jantung. Terapi doa mampu memberikan pengaruh penurunan kecemasan sebesar 63.8%, terapi edukasi 63.8%, exercise therapy 40.4%, hipnosis 63.8%, dan musik sebesar 64.6%. Selain itu, ternyata exercise therapy juga mampu memberikan pengaruh sebesar 57.7% terhadap peningkatan mobilisasi dini, sedangkan hipnosis, dan musik mampu menurunkan rasa nyeri seorang individu sebesar 57.7%, dan  67.7%. Sidik berharap hasil penelitian ini dapat digunakan oleh perawat dengan mudah dan terstandar untuk menurunkan nyeri, kecemasan, dan meningkatkan mobilisasi dini pada pasien bedah jantung.

Related Posts