id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Pengukuhan Tiga Guru Besar Rumpun Ilmu Kesehatan UI

Universitas Indonesia > Berita > Pengukuhan Tiga Guru Besar Rumpun Ilmu Kesehatan UI

Guru Besar RIK_websizeRabu (24/9/2014), Universitas Indonesia mengukuhkan tiga guru besar dari Rumpun Ilmu Kesehatan. Mereka adalah Prof. Dr. Dra. Ratu Ayu Dewi Sartika, Apt. M.Sc. (Guru Besar tetap bidang ilmu kesehatan masyarakat), Prof. Dr. Harmita, Apt. (Guru Besar tetap bidang ilmu farmasi), dan Prof. Dr. dr. Ratna Djuwita Hatma, MPH (Guru Besar tetap bidang ilmu epidemiologi). Sidang pengukuhan yang bertempat di Balai Sidang UI ini dipimpin oleh Ketua Dewan Guru Besar UI, Prof. Dr. dr. Biran Affandi, Sp.OG(K). Dalam sidang tersebut, ketiga guru besar menyampaikan pidato terkait permasalahan kesehatan yang menjadi fokus perhatian dalam studinya masing-masing.

 

Studi tentang Permasalahan Gizi di Indonesia

Ratu Ayu Dewi Sartika menyampaikan pidatonya yang berjudul “Tantangan Gizi Global terhadap Risiko Kesehatan Masa Depan”. Pidatonya membahas masalah angka gizi buruk di Indonesia yang masih tinggi, misalnya saja anak-anak yang mengalami gizi lebih. Angkanya bisa mencapai 37,2 % pada anak-anak. Tingginya angka ini juga tidak dapat terlepas dari maraknya gerai makanan cepat saji dan makanan kemasan pabrik dengan tinggi kalori, lemak, karbohidrat, gula, dan garam. Hal ini dapat meningkatkan prevalensi kegemukan dari usia anak-anak hingga dewasa.

Selain itu, Ratu Ayu Dewi Sartika juga menyebutkan bahwa ini bukan saja kesalahan masyarakat sebagai konsumen, melainkan juga kelalaian pemerintah dalam menjalankan regulasi pemerintahan. Tidak hanya revolusi mental yang perlu dilakukan, tetapi juga revolusi pertanian yang dilakukan dengan memerhatikan faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk memperbaiki sistem produksi dan keberlanjutan pangan.

 

Studi terhadap Peran Analisis Farmasi dalam Pelayanan Kefarmasian

Sementara itu, Harmita menyampaikan pidatonya yang berjudul “Peran Analisis Farmasi dalam Mendukung Pelayanan Kefarmasian”. Dalam hal ini, Harmita menjelaskan posisi apoteker dalam pelayanan kefarmasian terhadap masyarakat. Salah satu program untuk mendukung layanan ini adalah Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN).

Selain itu, pelayanan apoteker dapat ditingkatkan melalui peningkatan kualitas obat, dari pembuatan, pengedaran, penyimpanan, pelayanan pasien, dan penyampaian informasi. Peningkatan pelayanan ini juga tidak terlepas dari peran beberapa pihak, seperti peran perguruan tinggi, peran industri, peran apoteker, peran analisis farmasi, pelayanan kefarmasian, dan rencana ke depan.

 

Studi Etnik terkait Penyakit Tidak Menular

Ratna Djuwita Hatma menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul “Peran Epidemiologi Gizi dalam Penyakit Tidak Menular”. Menurut data WHO, sebanyak 38 juta kematian di dunia disebabkan oleh penyakit tidak menular. Hal tersebut banyak terjadi di negara-negara dengan tingkat ekonomi rendah dan menengah yang disebabkan oleh dampak transisi demografi dan transisi epidemiologi.

Ratna Djuwita Hatma melakukan studi etnik untuk melihat pola penyebab kemunculan penyakit tidak menular, misalnya penyakit kardiovaskular. Dia membandingkan etnik Minangkabau dan etnik Sunda untuk melihat pola makan kedua etnik tersebut yang kemudian dibandingkan etnik mana yang memiliki risiko terkena penyakit tidak menular. Hasilnya menunjukkan bahwa etnik Minangkabau memiliki risiko hiperkolesterolemia lebih tinggi dibandingkan dengan etnik Sunda.

Selain itu, dia juga meneliti etnik Minahasa untuk melihat gambaran penyebaran penyakit kardiovaskular. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makanan yang sering dikonsumsi oleh etnik Minahasa, yaitu babi dan kelelawar, merupakan pemicu penyakit kardiovaskular. Pada akhir pidatonya, Ratna memberikan saran agar masyarakat Indonesia kembali memperbanyak konsumsi tempe dan tahu dengan berbagai macam variasinya. Identifikasi dan diversifikasi makanan lokal yang kaya akan lemak tak jenuh juga perlu dilakukan dari sudut pandang studi episdemiologi. (FSN)

Related Posts

Leave a Reply