iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

SKSG dan Deakin University Bahas Isu Utama Pasca Pandemi

Universitas Indonesia > Berita > Berita Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia > SKSG dan Deakin University Bahas Isu Utama Pasca Pandemi

Depok, 27 Juli 2023. Universitas Indonesia (UI) melalui Sekolah Kajian Stratejik dan Global (SKSG) sukses menyelenggarakan The 7th International Conference on Strategic and Global Studies (ICSGS) yang diadakan secara hybrid di Jakarta dan Melbourne, pada 24–25 Juli 2023. ICSGS merupakan agenda rutin SKSG UI melalui skema kerja sama dengan para mitra. Pada penyelenggaraan yang ketujuh tahun ini, SKSG UI bekerja sama dengan Deakin University, Melbourne Australia, mengusung tema “Democracy, Development, and Digital Culture: Building Resilience after the Pandemic”.

Direktur SKSG UI, Athor Subroto, S.E., M.M., M.Sc., Ph.D., dalam sambutannya menaruh harapan besar pada hasil konferensi ini. Menurutnya, peranan ilmu sosial perlu dimaksimalkan dalam menghadapi periode pascapandemi. Ia mengatakan, “Sebagai akademisi, kita perlu berkontribusi dalam memecahkan permasalahan yang semakin mengglobal. Partisipasi ilmuwan sosial dalam mencari alternatif bagi permasalahan global menjadi tanggung jawab yang harus dituntaskan.”

Senada dengan pernyataan Athor, Pro Vice-Chancellor, Researcher Development and Alfred Deakin Professor, Deakin University, Prof. Dr. Matthew Clarke, menyebut bahwa ilmuwan sosial memiliki peran penting dalam memahami dan mencari solusi atas perubahan yang ada di dunia, khususnya yang menyangkut hubungan antar individu dan antar negara. “Kami sangat bangga bisa menjadi mitra universitas terkemuka di Indonesia. Melalui konferensi ini, kedua institusi bisa menormalisasi perubahan yang sedang terjadi, sekaligus mencari solusi dalam menghadapinya,” ujar Prof. Matthew.

Dalam konferensi tersebut, ada tiga isu utama yang menjadi topik pembicaraan, yaitu demokrasi, pembangunan, dan budaya digital. Dua Professor dari Deakin University, yaitu Prof. Dr. Vedi R. Hadiz dan Prof. Dr. Greg Barton. Prof. Vedi, membahas ketiga masalah ini dari perspektif masing-masing, namun keduanya sepakat bahwa permasalahan global inequality (ketimpangan global) merupakan permasalahan terbesar yang dihadapi manusia saat ini, termasuk di Indonesia.

“Perubahan yang terjadi pada ranah global tentunya akan memengaruhi situasi di sebuah negara. Begitu pula fenomena global (seperti ketimpangan) di suatu negara akan berketerkaitan dengan negara lain karena ia merupakan bagian dari masyarakat global. Oleh karena itu, sudah saatnya bagi ilmuwan sosial untuk mengambil langkah nyata dalam menyelesaikan tiga isu utama yang diangkat pada konferensi internasional kali ini,” kata Prof. Greg Barton.

Diskusi terkait tiga topik ini dilanjutkan dalam sesi panel yang dilaksanakan selama dua hari berturut-turut dengan menghadirkan pembicara dari berbagai negara, yakni Indonesia, Australia, Selandia Baru, dan Jepang. Para delegasi yang hadir membicarakan peran akademisi yang dapat dilakukan demi penuntasan permasalahan global yang ada di berbagai negara.

Peran akademisi tersebut sejalan dengan komitmen pemerintah Indonesia dalam menangani permasalahan global, sebagaimana yang disampaikan Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Melbourne–Victoria, Kuncoro Waseso. Menurutnya, pemerintah Indonesia berkomitmen penuh dalam menghadapi tantangan global, menciptakan perdamaian, serta mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Oleh karena itu, semangat “Gotong Royong” sebagai way of life harus dijadikan dasar dalam memecahkan permasalahan secara kolektif.

Related Posts