id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Tim Mahasiswa FKUI Berjaya di Ajang Perhimpunan Tim Bantuan Medis Kedokteran Indonesia Cup 2021

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran > Tim Mahasiswa FKUI Berjaya di Ajang Perhimpunan Tim Bantuan Medis Kedokteran Indonesia Cup 2021

Delegasi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) mencatat prestasi membanggakan di setiap kategori pada ajang Perhimpunan Tim Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia (PTBMMKI) Cup 2021 yang diselenggarakan secara virtual di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Solo. Tim FKUI menyabet tiga gelar juara, yaitu sebagai juara 1 pada kategori Olimpiade PTBMMKI atas nama Syafarrani Arma Bahirah (FKUI 2018) dan Elsa Hedia Panjaitan (FKUI 2018), lalu posisi yang sama pada kategori Video Edukatif atas nama Syafarrani Arma Bahirah (FKUI 2018), Arden Gabrian (FKUI 2019), dan Violine Martalia (FKUI 2019). Pada kategori Poster Publik, tim FKUI meraih posisi kedua atas nama Rafaella Shiene Wijaya (FKUI 2019), Shuffa Chilla Mayhana (FKUI 2019), dan Angelina Riadi Alim Suprapto (FKUI 2019).

PTBMMKI Cup 2021 mengusung tema “Updating Knowledge and Future Challenges in Diagnosing and Managing Emergency Respiratory Cases During Covid-19 Pandemic” dan mempertandingkan tiga kategori lomba, yakni Olimpiade PTBMMKI, Video Edukatif, dan Poster Publik. Delegasi mahasiswa FKUI yang berkompetisi adalah utusan dari badan kemahasiswaan Tim Bantuan Medis Badan Eksekutif Mahasiswa Ikatan Mahasiswa Fakultas Kedokteran UI (TBM BEM IKM FKUI).

Olimpiade PTBMMKI memiliki dua tahapan lomba, yaitu tahapan pertama yang terdiri dari tes tulis berbentuk pilihan ganda, dan tahapan kedua yang berbentuk lomba cepat tepat. Di tahap final, para peserta akan berhadapan dengan tes studi kasus seputar kegawatdaruratan medis. Kesulitan terbesar pada setiap tahapan ini terdapat pada kerja sama, karena setiap mahasiswa dalam tim harus dapat saling dukung bila salah seorang anggota tidak bisa menjawab pertanyaan dari soal yang diajukan.

Untuk kategori video edukatif, delegasi mahasiswa FKUI membawakan hasil karya dengan tema epistaksis (mimisan). Arden Gabrian, mahasiswa FKUI, mengatakan bahwa timnya mengangkat tema ini karena sekitar 60% orang di dunia pernah mengalaminya dalam hidup. Meskipun begitu, epistaksis tidak selalu dianggap sebagai suatu kegawatdaruratan karena umumnya pendarahan pada hidung dapat berhenti tanpa harus ditangani di fasilitas kesehatan.
“Akan tetapi, nyatanya sekitar 10% dari kasus epistaksis dilaporkan sangat berbahaya, sehingga memerlukan tindakan medis karena dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti anemia dan syok,” ujarnya. Mereka berharap, video ini dapat mengedukasi masyarakat tentang penanganan awal epistaksis yang tepat dan mengenali gejala epistaksis yang berpotensi untuk berkembang menjadi suatu kegawatdaruratan pernapasan.

Pada kategori poster publik, delegasi mahasiswa FK UI menampilkan karya berjudul “Kenali EMERGENSI Sindrom Hiperventilasi dengan SEGERA”. Kata “EMERGENSI” di sini bermaksud mengajak masyarakat untuk memahami bahwa sindrom hiperventilasi (napas berlebihan) sebenarnya merupakan kegawatdaruratan di mana korban dapat mengalami gejala yang lebih buruk, seperti asma, kejang, gemetar, dan mati rasa. “Di masa pandemi ini, gejala sindrom hiperventilasi ini penting untuk diketahui karena memiliki kemiripan dengan gejala infeksi Covid-19,” kata Shuffa Chilla Mayhana mewakili rekan-rekannya.

Lebih lanjut Chilla menjelaskan bahwa tata-laksana awal penting untuk dilakukan secara tepat dan cepat agar tidak menyebabkan kondisi hiperventilasi ini memburuk, “Oleh karena itu, kami membuat singkatan “SEGERA” agar publik dapat memahami cara menangani sindrom hiperventilasi,” ujarnya menjelaskan. Akronim ini menerangkan pentingnya penggunaan alat pelindung diri sebelum pertolongan dilakukan, evaluasi perencanaan obat (evaluasi ABC), serta penggunaan teknik grounding rules untuk menenangkan pasien. Teknik grounding adalah salah satu cara untuk membantu menenangkan diri. Cara ini berupaya mengalihkan diri dari pikiran cemas, gelisah, dan menjauh dari ingatan yang tidak diinginkan.

Selain itu, dalam akronim tersebut juga terdapat ajakan untuk merujuk ke Unit Gawat Darurat bila apabila gejala bertambah buruk, dan merujuk ke fasilitas kesehatan mental apabila sindrom hiperventilasi disebabkan oleh faktor psikologis. Chilla berharap melalui akronim di poster publik tersebut, masyarakat luas dapat mengenali emergensi sindrom hiperventilasi yang masih jarang dipahami dan dapat menanganinya dengan benar.

TBM BEM IKM FKUI yang mengikuti kompetisi tersebut pada 25 Juli 2021 adalah salah satu badan kemahasiswaan di FKUI yang bergerak dalam bidang medis praktis dan kegawatdaruratan medis. TBM telah menjadi wadah bagi para mahasiswa FKUI yang memiliki minat dalam bidang kegawatdaruratan sejak tahun 1996. Dalam aktivitasnya, TBM BEM IKM FKUI kerap berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat.

Related Posts