iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kepedulian Perawat Pada Akhir Hidup Manusia

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Keperawatan > Kepedulian Perawat Pada Akhir Hidup Manusia

Depok, 3 Agustus 2023. “Seorang bapak dalam keadaan sakaratul maut didatangi oleh petugas rontgen untuk dilakukan foto toraks. Pasien dalam keadaan koma. Keluarga menolak untuk dilakukan foto mengingat akan ada manipulasi fisik untuk memperoleh gambaran paru. Petugas mengabulkan dan mereka berdua (perawat) meminta tanda tangan bahwa keluarga menolak. Sekitar tiga jam kemudian pasien meninggal. Dari kasus ini, muncul pertanyaan, sesungguhnya bagaimana intervensi keperawatan pada penghujung hidup pasien?” ujar Prof. Dr. Krisna Yetti, S.Kp., M.App.Sc., pada saat menyampaikan pidato pengukuhannya sebagai guru besar UI.

Prof. Dr. Krisna adalah Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Keperawatan (FIK) Universitas Indonesia (UI) yang dikukuhkan oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. pada Rabu (2/8), di Balai Sidang UI Kampus Depok. Dalam orasi ilmiahnya yang berjudul “Kepedulian Perawat pada Akhir Hidup Manusia: Suatu Telaah Etik pada Kematian yang Telah Diperkirakan”, Prof. Krisna membahas bagaimana kepedulian perawat pada akhir hidup (end of life) pasien yang kematiannya telah diperkirakan, sebagai bagian dari pelayanan asuhan keperawatan yang dikaji dari perpektif etik.

Keperawatan merupakan profesi yang bersifat caring. Perawat akan memberikan intervensi dengan mengacu pada etik yang merupakan norma-norma yang menentukan baik buruknya tingkah laku manusia, termasuk intervensi keperawatan bagi pasien di pengujung hidupnya. Etik sebagai tuntunan keperawatan mempunyai lima pilar, yaitu Respect to others, Compassion, Empathy, Advocacy, dan Intimacy.

Mengutip seorang filsuf Jerman, Karl Jaspers, Prof. Krisna menyebut bahwa manusia tidak mungkin menghindarkan diri dari maut karena kematian merupakan batas akhir dari sebuah eksistensi. Profesi perawat bukan penentu kematian pasien, namun apabila kesepakatan dengan pasien dapat diperkirakan, keterlibatan perawat dapat lebih optimal. Hal ini karena di akhir hidup pasien, perawat selalu bersamanya.

Perawat dapat memberikan intervensi keperawatan sepatutnya bagi pasien di penghujung hidupnya dengan melepasnya secara alamiah atau dignity. Artinya, ia tidak memperpanjang hidup pasien dengan memberikan intervensi lanjutan, seperti memasangi pasien dengan alat-alat kesehatan, melainkan melepasnya dengan perencanaan sebelum dying process tiba.

Kematian yang tidak memperpanjang usia disebut sebagai kematian alamiah. Agar tercipta kematian alamiah, perawat perlu memahami kejadian apa saja yang mungkin dialami oleh pasien dan pertolongan apa yang dibutuhkannya. Pemahaman ini dapat diperoleh apabila pasien atau pengambil keputusan dalam keluarga mengetahui perjalanan penyakit pasien dan mengetahui langkah-langkah yang akan diambil jauh sebelum proses kematian.

“Terhadap klien yang mengalami sakit dalam waktu lama, perawat harus mampu memberi ketenangan di akhir hidup pasien. Dengan menggunakan peran advokasinya, perawat harus membicarakan pada tim kesehatan lain untuk menghindari penggunaan alat kesehatan. Semua ini bertujuan untuk memberikan ketenangan pada pasien di akhir hidupnya,” ujar Prof. Krisna.

Intervensi perawat adalah untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien. Perawat harus mampu menolong pasien dengan kemampuan psikomotor dan afektifnya. Kemampuan verbal dan nonverbal perawat menjadi kekuatan dalam memberikan kepedulian pada pasien. Meski demikian, tidak semua kebutuhan dasar dapat terpenuhi, terutama pada pasien dengan penyakit berat. Pemahaman ini dapat menentukan seberapa maksimal hasil intervensi keperawatan untuk membantu pasien mempersiapkan diri, mengedukasi keluarga agar mengerti, hingga membantu pasien membuat surat wasiat dan mengabulkan keinginan pasien untuk terakhir kalinya.

Penelitian Prof. Krisna ini merupakan satu dari sekian banyak penelitian yang pernah dilakukannya. Beberapa karya ilmiah lainnya yang pernah diterbitkan, antara lain Predominant Factors Affecting Sexual Dysfunction in Patients with Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (2021); The Effectiveness of an Appreciated Inquiry-Based Intervention to Improve Nursing Handover Process: A Queasy Experimental Study (2021); dan Exploring Nurses’ Perceptions of their Workload at Coronavirus Disease 2019 Isolation Ward in Jakarta, Indonesia: A Qualitative Study (2022).

Prosesi pengukuhan Prof. Dr. Krisna dihadiri oleh Direktur Utama Rumah Sakit UI, Dr. dr. Astuti Giantini, Sp.PK(K), M.P.H.; Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) DKI Jakarta, Ns. Jajang Rahmat Solihin, M.Kep, Sp.Kep. Kom.; dan Ketua Iluni FIK UI, Dr. Atik Hodikoh, M. Kep, Sp.Mat. Ia menamatkan pendidikan Akademi Keperawatan Departemen Kesehatan, Perawatan Umum Jakarta (1976); S-1 Perawatan PSIK–FKUI (1988); Master of Applied Science in Nursing, Faculty of Nursing The University of Sydney, Australia (1989); dan S-3 Ilmu Filsafat, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI (2014).

Related Posts