iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Air Laut

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Teknik > Bahan Bakar Ramah Lingkungan dari Air Laut

Jakarta, 21 Agustus 2023. Hidrogen atau hydrogen merupakan unsur paling melimpah di alam semesta, yang ditemukan di banyak senyawa kimia. Hidrogen saat ini sudah dimasukkan ke dalam draf pembaruan Kebijakan Energi Nasional (KEN). Pemanfaatan hidrogen yang masuk ke dalam skenario transisi energi di Indonesia salah satunya adalah untuk bahan bakar pembangkitan bagi industri.

Melihat potensi tersebut, tiga mahasiswa Departemen Teknik Kimia (DTK) Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) angkatan 2022 menawarkan solusi alternatif untuk bahan bakar bernama Green Hydrogen. Tergabung dalam tim Grandione, Shady Haura Fathin, Ghina Athahillah Said Kamilah Rozanov, dan Muhammad Daffa Al-Rasyid mengagas solusi alternatif ramah lingkungan untuk kebutuhan bahan bakar.

“Ide ini kami gagas sebagai bentuk perwujudan energi baru terbarukan di Indonesia. Kami melihat bahwa air adalah salah satu potensi besar yang dapat menjadi sumber bahan bakar yang bersih dan terjangkau. Bumi sendiri 71 persennya tertutup oleh air dan 97 persennya adalah air laut. Hal ini menunjukkan bahwa ketersediaan air laut yang melimpah dapat mensuplai pasokan air yang tidak terbatas jika air laut dapat dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi bersih,” ungkap Shady Haura.

Dalam upaya mencapai target Net-Zero Emission pada tahun 2050, The International Renewable Energy Agency 2021 World Energy Transition Outlook memperkirakan bahwa hidrogen dan turunannya akan menyumbang 12% dari konsumsi energi akhir, yang dua pertiganya adalah green hydrogen. Green hydrogen diproduksi dengan bahan baku berupa energi terbarukan yang menggunakan elektrolisis.

Green Hydrogen diproduksi dengan memanfaatkan elektrolisis pada air murni dan air laut. Meskipun keduanya dapat menghasilkan hidrogen, air laut diyakini dapat mencapai tujuan tersebut dengan biaya yang lebih rendah dan efisiensi yang lebih tinggi jika dapat digunakan dengan elektrolisis air laut secara langsung tanpa melalui pemurnian terlebih dahulu,” kata Athahillah.

Penggunaan metode elektrolisis yaitu proses penguraian senyawa air menjadi oksigen dan hidrogen gas dengan menggunakan arus listrik melalui air. Digunakan metode elektrolisis air alkali dengan elektrolit yang dapat bekerja pada pH basa. Elektroliser air alkali memiliki mekanisme yang bekerja pada elektrolit yang bersifat basa. Dalam metode teknologi ini, elektroliser air alkali digunakan untuk elektrolisis air secara langsung.

Proses elektrolit akan dilapisi platina yang akan ditempatkan dalam elektrolit dengan suhu dan pH yang berbeda. Salah satu percobaan elektrolisis air laut menggunakan elektroda grafit (C) dapat membantu dalam menentukan nilai batas tegangan dan kuat arus berdasarkan jumlah hidrogen yang dihasilkan untuk digunakan lebih lanjut. Selain itu, platina juga digunakan untuk menekan biaya.

“Melalui pemanfaatan air laut ini, diharapkan akan menjadi sumbangsih dalam perwujudan energi bersih dan terjangkau di Indonesia. Penggunaan air laut sebagai bahan bakar yang ramah lingkungan karena bersumber dari dalam bumi adalah bentuk pemanfaatan kekayaan sumber daya. Solusi ini adalah bentuk pemikiran kritis para mahasiswa FTUI sebagai mahasiswa yang unggul dan mampu untuk bersaing baik di kancah nasional atau pun internasional,” ungkap Dekan FTUI, Prof. Dr. Heri Hermansyah, S.T., M.Eng., IPU.

Gagasan soal bahan bakar ramah lingkungan ini telah membawa Tim Grandione meraih juara 2 Karya Tulis Ilmiah Petroleum Integrated Days yang diumumkan akhir Mei lalu, dan diselenggarakan oleh Society of Petroleum Engineers (SPE) ITS Java Section. Kompetisi ini menantang mahasiswa untuk meningkatkan kemampuan dalam melakukan penelitian ilmiah dan membawa inovasi baru dan menarik ke industri minyak dan gas.

Related Posts