iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Guru Besar FKUI: Pencegahan dan Pengenalan Faktor Risiko Kanker pada Seluruh Masyarakat di Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kedokteran > Guru Besar FKUI: Pencegahan dan Pengenalan Faktor Risiko Kanker pada Seluruh Masyarakat di Indonesia

Data dari Global Cancer Statistics (GLOBOCAN) menunjukkan bahwa pada tahun 2020 terdapat kasus baru kanker sebanyak 19,3 juta, dan kasus kematian akibat kanker sebanyak 10 juta. Pada tahun 2040, akan terjadi peningkatan secara global sebanyak 47% kasus kanker baru, menjadi 28,4 juta kasus kanker baru.

Pada tahun 2020, Indonesia mengalami penambahan 396.914 kasus kanker baru dengan lima jenis kanker terbanyak, yaitu kanker payudara (16.6%), kanker serviks (9.2%), kanker paru (8.8%), kanker kolorektal (8.6%), dan kanker hati (5.4%), yang berarti meningkat 13,8% dibandingkan penambahan kasus baru di tahun 2018.

Jika dilihat dari sisi pembiayaan, kanker menjadi penyakit ke-2 terbesar yang harus ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Pada tahun 2018, BPJS Kesehatan menanggung lebih dari 1,9 juta kasus kanker dengan pengeluaran sebanyak Rp 2,97 triliun. Pada tahun 2020 jumlah ini meningkat menjadi 2,5 juta kasus kanker dengan biaya Rp 3,5 triliun.

Prof. Dr. dr. Noorwati Sutandyo, Sp.PD-KHOM., dosen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran (FK), Universitas Indonesia (UI), mengangkat isu ini menjadi topik dalam pidato pengukuhan guru besarnya sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Penyakit Dalam, yang disiarkan langsung secara virtual melalui kanal YouTube UI dan UI Teve pada Sabtu (06/08) dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, SE, MA, Ph.D.

Dalam pidato pengukuhannya berjudul “Menurunkan Angka Kejadian Kanker di Indonesia Melalui Upaya Pencegahan dan Pengenalan Faktor Risiko pada Seluruh Masyarakat”, Prof. Noorwati memaparkan bahwa secara umum, faktor risiko kanker dibagi menjadi faktor yang non-modifiable (tidak dapat dicegah) dan faktor yang modifiable (dapat dicegah). Faktor yang tidak dapat dicegah adalah genetik, usia, hormon, dan jenis kelamin.

Sebuah studi di Amerika Serikat menunjukkan 90-95% kasus kanker akar penyebabnya adalah faktor yang dapat dicegah, seperti infeksi, diet, rokok, alkohol, radiasi, polusi, serta terpapar agen karsinogenik lainnya.

Menurut Prof. Noorwati, dalam tataran ilmu kesehatan masyarakat dikenal ada tiga jenis pencegahan, yaitu pertama, pencegahan penyakit kanker primer dilakukan oleh warga yang sehat untuk menghindari faktor risiko pemicu kanker, sehingga diharapkan dapat mencegah terjadinya penyakit kanker; kedua, pencegahan penyakit kanker sekunder dilakukan untuk mendeteksi dini penyakit kanker pada kelompok populasi yang berisiko tinggi terpapar penyakit kanker; dan ketiga, pencegahan penyakit kanker tersier dilakukan untuk mencegah komplikasi serta mortalitas atau kematian pasien penyandang kanker dengan meningkatkan kualitas kehidupan dan perpanjangan harapan hidup pasien.

Ia memberi masukan dari sisi pencegahan primer kanker bahwa perlu memberikan edukasi pada masyarakat melalui media guna meningkatkan kesadaran masyarakat luas mengenai faktor risiko kanker, seperti penyebaran brosur, pemberian penyuluhan oleh yayasan sosial nirlaba, media massa, sosial media, dan tentunya puskesmas sebagai ujung tombak fasilitas kesehatan. Kemudian, dapat dicegah menggunakan vaksinasi.

Dari sisi pencegahan sekunder kanker, perlu melakukan pemeriksaan IVA dan pap smear untuk pencegahan kanker serviks dan mamografi untuk pencegahan kanker payudara. Pemerataan skrining perlu diupayakan, agar tidak terpusat pada kota-kota besar, namun dapat menjangkau daerah terpencil.

“Kita harus berupaya sungguh-sungguh dalam menyusun road map atau peta perjalanan untuk melaksanakan penanggulangan penyakit tidak menular, utamanya penyakit kanker, sehingga nantinya kita boleh berbangga, bahwa perkiraan dari GLOBOCAN angka jumlah kanker di Indonesia pada tahun 2040 yang diprediksi akan meningkat cepat, dalam wujud pelaksanaannya ternyata tidak terbukti. Kita semua juga harus bersama-sama secara terpadu mengusung kampanye penanggulangan kanker menjadi arus utama pembangunan bergandengan tangan lintas sektor, lintas program dan merapatkan barisan dalam menghadapi tantangan yang besar ini,” ujarnya menutup orasi.

Pada pengukuhan guru besar tersebut, beberapa tamu undangan terlihat hadir, diantaranya Guru Besar FK Universitas Airlangga, Prof. DR. Dr. Ami Asharianti, Sp.PD-KHOM.; Guru Besar FK Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Catharina Suharti, Sp.PD-KHOM, Ph.D, FINASIM.; Direktur Utama RS Kanker

Dharmais, dr. Soeko W. Nindito.D, MARS.; Direktur Utama RSUPN Cipto Mangunkusumo, dr. Lies Dina Liastuti, SpJP(K) MARS.; dan Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan (Farmalkes) Kementerian Kesehatan RI, Dr. Rizka Andalucia, M.Pharm., MARS.

Prof. Noorwati menamatkan pendidikan dokter di FK Universitas Airlangga Surabaya pada tahun 1980. Ia melanjutkan pendidikan spesialis ilmu penyakit dalam di FK UI, lulus pada tahun 1992, dan menjadi konsultan Hematologi Onkologi Medik pada tahun 1999. Kemudian, ia meraih gelar Doktor (S3) dari UI pada tahun 2006.

Beberapa karya ilmiah Prof. Noorwati, diantaranya New Hope in Triple Negative Breast Cancer Treatment: Role of Immunotherapy. International Journal of Medical Reviews and Case Reports (2020);

The Role of MicroRNA in Cancer Cachexia and Muscle Wasting: A Review Article. Caspian Journal of Internal Medicine (2021); Beneficial Roles of Physical Activity in Cancer Prevention. International Journal of Medical Reviews and Case Reports (2021); Terapi Nutrisi pada Pasien Kanker.

Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi 5 Jilid I (2009); Diagnosis dan Penatalaksanaan Anemia. Kumpulan Naskah Pertemuan Ilmiah Nasional XII PB PAPDI (2014), dan sebagainya.

Related Posts