iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Kenaikan Cukai Rokok Salah Satu Solusi Cegah Stunting

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ekonomi dan Bisnis > Kenaikan Cukai Rokok Salah Satu Solusi Cegah Stunting

RISET FEB UI: KENAIKAN CUKAI ROKOK SALAH SATU SOLUSI CEGAH STUNTING 

Pada awal 2023, pemerintah Indonesia secara resmi telah menetapkan kenaikan cukai rokok 10 hingga 15 persen. Hal ini ini tertuang dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 191 Tahun 2022 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau berupa Sigaret, Cerutu, Rokok Daun atau Klobot dan Tembakau Iris. Kenaikan tersebut, memunculkan respon dari berbagai lapisan masyarakat baik yang setuju maupun kontra dengan peraturan tersebut.

Salah satu respons yang belum lama viral di media sosial Twitter adalah tanggapan dari akun @bfndrk yang setuju atas kenaikan cukai rokok. Tweetnya yang mencantumkan tangkapan layar penelitian dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) ini mendapatkan 20ribu likes dan 6.900 retweet. Dalam penelitian tersebut diungkapkan bahwa rokok dapat menyebabkan stunting (kondisi gagal tumbuh karena kurang gizi), sehingga kenaikan cukai adalah salah satu solusi untuk mencegah stunting.

Sebagai ketua peneliti dalam riset tersebut, Teguh Dartanto, Ph.D., yang juga merupakan Dekan FEB UI mengaku bangga, karena penelitiannya tidak hanya diakomodasi oleh masyarakat yang viral di Twitter, tetapi juga diadopsi sebagai sebuah kebijakan berupa kenaikan cukai rokok. “Sebagai peneliti ada sebuah kebanggaan penelitiannya dijadikan sebuah kebijakan dan ibaratnya diakomodasi oleh masyarakat. Kami di FEB UI memang ekonom pertama yang eksplor isu seperti ini (hubungan rokok dengan stunting). Selama ini rokok itu selalu (dihubungkan) dengan isu kesehatan saja,” ujar Teguh dalam Webinar Komunitas SEVIMA, akhir Januari lalu.

Lebih lanjut Teguh menjelaskan, hubungan rokok dengan stunting bermula dari bagaimana perokok membelanjakan uang di keluarganya. Kepala keluarga yang merokok, memprioritaskan uangnya untuk belanja rokok dibandingkan untuk kesejahteraan keluarga. Bahkan ketika mendapatkan bantuan sosial untuk pemerintah, ternyata digunakan juga untuk merokok.

“Penelitian ini kami lakukan dengan mengikuti 7.000 lebih data orang tua dan anak selama puluhan tahun yang diperoleh dari Indonesia Family Life Survey 2018, ditambah dengan penelitian langsung yang kami lakukan di Demak Jawa Tengah. Dari situlah kami mendapati bahwa orang tua yang merokok, cenderung anaknya stunting,” ujar Teguh.

Lebih memprihatinkannya lagi, Teguh mengatakan, tidak hanya uang pribadi dan uang pemerintah yang dibakar oleh para perokok, tetapi juga berpotensi membakar masa depan anak bahkan sejak ia belum lahir. Selain masalah gizi akibat perokok memprioritaskan membeli rokok dibanding makanan untuk keluarga, perokok juga mengekspos ibu hamil sebagai perokok pasif.

“Bahkan ketika anak tumbuh dewasa, daripada untuk anaknya sekolah, uang malah digunakan untuk beli rokok. Saat turun langsung meneliti di Demak, saya terenyuh sekali melihat kondisi anak-anak yang mengalami stunting hanya karena keputusan orang tua yang tidak rasional memikirkan diri sendiri dibandingkan anaknya. Kenapa bisa ada orang yang tidak rasional seperti itu? Karena rokok mengandung zat adiktif,” kata Teguh atas penelitiannya bersama tim FEB UI yang juga telah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional terkemuka.

Teguh berharap, masyarakat luas dapat memahami filosofi kenapa cukai rokok perlu dinaikkan. Hal ini karena ketika harga rokok semakin mahal, maka semakin seseorang tidak mau beli rokok. Selain itu, ia juga berpesan kepada masyarakat untuk memprioritaskan gizi dan pendidikan anak. Khususnya, untuk penerima bantuan dari Pemerintah (Program Keluarga Harapan/PKH), seluruh penerima telah menandatangani klausul bahwa bantuan sosial tidak boleh digunakan untuk merokok. Ia berharap jangan sampai sumber daya yang diberikan pemerintah untuk masyarakat kurang mampu ini digunakan untuk membeli rokok.

“Daripada duit dibakar dan mahal juga, lebih baik berhenti merokok saja, itulah tujuan utamanya dari kenaikan cukai. Penelitian kita juga menunjukkan, masih ada perokok yang rasional, artinya ketika rokok mahal, ada yang berhenti dan ada yang mengurangi rokoknya sehingga tujuan akhirnya akan tercapai, yakni cukai akan mengurangi stunting,” ujar Teguh.

Related Posts