iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Lulus UI Dengan IPK 3,99, Muhammad Fauzan Syahbana Capai Berkat Kecintaan pada Dunia Fisika

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Matematika dan IPA > Lulus UI Dengan IPK 3,99, Muhammad Fauzan Syahbana Capai Berkat Kecintaan pada Dunia Fisika

Muhammad Fauzan Syahbana dari Program Pendidikan Sarjana, Departemen Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA), Universitas Indonesia (UI), diwisuda bersama dengan wisudawan UI lainnya. Yang membedakan Syahbana—atau biasanya disapa Sabana—dari wisudawan lainnya adalah karena ia lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi, yakni 3,99. Ketika MC menyebutkan angka itu, ruangan tempat upacara wisuda yang berlangsung pada Jumat (22/09/2023), yakni Balairung UI, Kampus Depok, menggemuruh. Sabana menuturkan bahwa meski tetap bersyukur, ia sendiri merasa gemas dengan hasil akhir IPK-nya tersebut. “Bisa 4 nggak sih?” ujarnya sambil tertawa.

Sabana bercerita bahwa indeks prestasinya sempat turun saat pandemi Covid-19 merebak, ketika proses pembelajaran yang awalnya luring berubah menjadi daring. Di saat itulah, ia mengalami sedikit kesulitan untuk menyesuaikan diri. Namun, meski mengalami banyak hambatan, Sabana tak kehilangan tekad untuk terus menimba ilmu.

Selama mengikuti pendidikan di UI, Sabana merasa sangat terbantu dengan adanya dosen-dosen di Departemen Fisika yang sangat supportive. Menurutnya, mereka berdedikasi dalam mengajarkan ilmu kepada para mahasiswa. “Di Fisika ada beberapa peminatan, saya mengambil peminatan Fisika Nuklir dan Partikel Teoretis. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Drs. Terry Mart, saya meneliti partikel meson, yaitu partikel kecil yang sangat berpengaruh bagi perkembangan teknologi, terutama untuk ratusan hingga ribuan tahun ke depan,” kata Sabana.

Penelitian terkait partikel meson penting dalam kajian nuklir. Menurut Sabana, pengembangan nuklir diperlukan karena manusia tidak bisa terhindar dari penggunaan energi. Untuk saat ini, 70–80% konsumsi energi dunia masih dikuasai oleh energi fosil batubara. Di Indonesia sendiri penggunaan energi fosil mencapai 91% yang terdiri atas minyak, gas alam, dan batubara. Sementara itu, 9% lainnya dikuasai oleh energi baru terbarukan seperti PLTA, energi bayu, dan sebagainya.

Keseriusan Sabana pada penelitian tersebut berawal dari kecintaan pada Fisika sejak ia duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Motivasi terbesarnya saat itu adalah mengikuti Olimpiade Sains Nasional (OSN). Ia pun membuktikan ketertarikannya hingga memperoleh Medali Emas di OSN 2018.

Pencapaian Sabana di OSN berhasil membawanya masuk menjadi mahasiswa UI melalui jalur prestasi. Saat kuliah pun, ia tetap mengikuti berbagai perlombaan dan olimpiade. Kali ini, ia mengikuti Olimpiade Nasional Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (ONMIPA) pada 2020 dan 2021 serta berhasil menyabet Medali Perak dan Medali Emas.

Sabana berharap ke depannya ia dapat melanjutkan pendidikan di bidang fisika plasma karena ilmu tersebut belum banyak dikaji di Indonesia. Padahal, fisika plasma dapat digunakan untuk mengembangkan reaktor nuklir fusi yang menggabungkan atom seperti di matahari.

“Reaktor fusi akan hadir sebagai salah satu sumber energi paling bersih, aman, dan murah karena hanya membutuhkan air sebagai bahan utama. Reaktor ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar dengan tetap menjaga kelestarian lingkungan. Oleh karena itu, saya berharap dapat menimba ilmu itu di luar negeri, lalu kembali ke Indonesia untuk mengembangkannya agar Indonesia bisa menciptakan reaktor nuklir fusi pertama,” kata Sabana.

Related Posts