id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Saraf Kejepit : Penyebab dan Penanganannya

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > Saraf Kejepit : Penyebab dan Penanganannya

Penulis: Alfin Heriagus

Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) edukasi masyarakat melalui kanal instagram @RS.UI secara live dengan tema “Saraf Kejepit : Penyebab dan Penanganannya”. Kegiatan ini berlangsung pada hari Jumat (18/06/2021) dengan host dr. Novita. Acara tersebut dinarasumberi oleh dr. Andra Hendriarto, Sp.OT.

Saraf kejepit merupakan penyakit umum yang bisa terjadi di tulang belakang, leher, siku, bahu, pergelangan tangan, punggung atau pada bagian tubuh lainnya. Pada bagian pergelangan tangan, saraf terjepit bisa terjadi ketika kita mengerjakan sesuatu secara berulang seperti menulis, mengetik. Sedangkan pada tulang belakang bisa terjadi saraf kejepit karena trauma akan benturan, penuaan sehingga tulang atau cincin pelindung sudah tidak sekuat masa muda ketika menahan benturan.

Cara penanganan yang tepat dalam menghadapi saraf kejepit pertama kita perlu mengenali tanda dan gejala misalnya nyeri pinggang, nyeri yang menjalar disertai baal (mati rasa), kesemutan, otot lemas dan lain-lain. Selanjutnya yang perlu diperhatikan yaitu penanganan konservatif (mempertahankan keadaan) tanpa melakukan operasi seperti menggunakan obat-obatan tertentu atau fisioterapis. Namun, penanganan ini hanya bisa sembuh sementara sehingga sewaktu-waktu akan muncul kembali.

Penanganan konservatif juga bisa dilakukan dengan memperhatikan posisi ergonomis saat duduk. Selain itu, menurunkan berat badan selama penanganan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan badan yang berlebih. Apabila penanganan konservatif tersebut tidak berhasil bisa dilakukan tindakan operasi. “Tindakan operasi saat ini jauh lebih modern dengan menggunakan endoskopi, sayatan tidak lebar, darah pada klien juga tidak terlalu banyak, waktu yang digunakan lebih optimal, dan pasien dapat cepat pulih seperti semula”, ujar dr Andra.

Penyembuhan saraf kejepit dengan menggunakan penanganan konservatif rata-rata tiga minggu hingga satu bulan. Sedangkan pemulihan pasca operasi bisa satu hingga dua bulan pertama dengan membatasi aktivitas yang berisiko memperparah luka pasca operasi. “Tantangan selama mengalami saraf kejepit yaitu terhambatnya aktivitas sehari-hari dan gerakan seperti tidak bisa membawa barang terlalu berat. Peluang seseorang bisa terkena saraf kejepit mencapai 10-15%, namun dapat meningkat pada ibu hamil yang mudah terkena nyeri pinggang”, ucap dr Andra.

Penanganan saraf kejepit dapat dilakukan dengan paling ringan yaitu konservatif dan berat seperti operasi. Menjaga kesehatan tubuh dengan berolahraga, tidak merokok, dan memperhatikan posisi ergonomis dapat mencegah kita dari saraf kejepit. Terakhir, dr. Andra mengingatkan kita untuk selalu melakukan 5 M seperti menjaga jarak, mencuci tangan, menggunakan masker, membatasi mobilitas dan menghindari kerumunan selama pandemi Covid-19.

Related Posts