iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI dan Kemendikbudristek Sosialisasikan Look-Listen-Link dalam IISMA Pre-Departure Series untuk Cegah Perundungan dan Kekerasan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > UI dan Kemendikbudristek Sosialisasikan Look-Listen-Link dalam IISMA Pre-Departure Series untuk Cegah Perundungan dan Kekerasan

Dalam upaya menunjang kesiapan awardees pada Program Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) Jalur Sarjana 2022, Universitas Indonesia (UI) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengadakan webinar bertajuk “Pembekalan Pencegahan Perundungan dan Kekerasan”, pada Senin (6/6). Webinar ini merupakan satu dari rangkaian program IISMA Pre-Departure Series (PS) yang berisi pembekalan dan bimbingan teknis untuk persiapan keberangkatan seluruh awardees dari berbagai perguruan tinggi.

Seri IISMA-PS kali ini merupakan bentuk pencegahan serta perlindungan bagi awardees atas aktivitas perundungan dan kekerasan yang mungkin terjadi di negara lain. UI menghadirkan dua narasumber, yaitu Staf Ahli Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual dalam Tim SKM Bidang Kompetensi dan Manajemen Kemendikbudristek RI, Vita R. Yudhani, dan Dosen Fakultas Psikologi UI, Nathanael E. J. Sumampouw, M.Psi., M.Sc., Psikolog. Terkait hal ini, Ketua Program IISMA Jalur Sarjana 2022, Andi Rahadian Wijaya, Ph.D., dan Kepala Kantor Urusan Internasional UI, drg. Baiduri Widanarko, M.KKK, Ph.D., berharap program ini dapat menjadikan awardees lebih peka terhadap lingkungan sekitar, terutama pada kasus kekerasan dan perundungan yang terjadi di ranah akademik.

Vita menyampaikan, ada tiga dosa besar kekerasan dalam pendidikan, yaitu perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Berbagai bentuk bullying dan kekerasan saat menempuh pendidikan perlu dicegah dan ditangani secara serius karena menimbulkan dampak yang kompleks. “Untuk menghapus tiga dosa ini, perlu dilakukan gerakan bersama, tidak hanya dari korban, tetapi juga orang-orang terdekat mereka. Kita perlu gotong-royong untuk menciptakan ruang pendidikan yang aman dari kekerasan,” kata Vita yang merupakan alumnus Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UI.

IISMA merupakan Program Merdeka Belajar–Kampus Merdeka Kemendikbudristek RI dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Program beasiswa yang ada sejak 2021 ini bertujuan memberikan kesempatan bagi mahasiswa tingkat sarjana semester 4–6 untuk menempuh kuliah di perguruan tinggi terkemuka yang menjadi mitra Kemendikbudtistek. Pada 2022, sebanyak 195 mahasiswa UI berhasil lolos seleksi Program IISMA dan menjadikan UI sebagai perguruan tinggi di Indonesia yang paling banyak mengirimkan mahasiswa untuk melanjutkan studi selama satu semester di Amerika, Asia, Australia, dan Eropa.

Pada  program pre departure series dipaparkan pula kerangka regulasi kekerasan dalam satuan pendidikan. Awardees diharapkan dapat membangun solidaritas untuk mencegah kekerasan, memberi ruang pada korban, hingga melaporkan apabila menjumpai kasus kekerasan di lingkungan sekitar. Saat menempuh pendidikan di luar negeri, awardees mungkin mengalami culture shock dan permasalahan psikologis lainnya. Permasalahan ini penting mengingat kesehatan mental memiliki kaitan erat dengan kekerasan dan bullying. Terkait aspek budaya, Nathanael menjelaskan pentingnya memahami kondisi sosial dan norma yang berlaku di luar negeri. Penting bagi awardees untuk menghargai kebudayaan orang lain karena di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Kasus perundungan dan kekerasan sering kali diawali dengan relasi kuasa yang tidak seimbang. Diferensiasi dan pengetahuan terkait budaya dan masyarakat di luar negeri dapat menjadi salah satu faktornya. Menurut Nathanael, untuk menjaga diri dari perundungan dan kekerasan di luar negeri, penting untuk membangun koneksi dengan rekan-rekan satu bangsa, khususnya mereka yang sudah menetap lama di negara tersebut. Dengan membangun relasi, awardees lebih mudah mengenal negara yang ia tinggali.

Jika awardees mengalami atau menyaksikan peristiwa perundungan dan kekerasan, awardees dapat melakukan look-listen-link. Look dilakukan dengan melihat kondisi korban. Listen dilakukan dengan mendengar dan mendukung korban. Sementara itu, link dilakukan dengan menghubungi lembaga berwenang terkait. “Saya pikir tantangan kalian saat ini adalah menjadi awardees yang paham isu-isu gender, kekerasan, dan perbedaan budaya,” kata Nathanael menutup pemaparannya.

Related Posts