id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI Gelar Bedah Buku dan Apresiasi Penghargaan kepada Prof. Mardjono Reksodiputro

Universitas Indonesia > Berita > Berita Highlight > UI Gelar Bedah Buku dan Apresiasi Penghargaan kepada Prof. Mardjono Reksodiputro

Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (SKSG UI) menggelar Bedah Buku “Semangat Tak Pernah Padam” karangan tokoh besar dunia hukum dan kriminologi Indonesia, Prof. Mardjono Reksodiputro, S.H., M.A pada Jumat (23/10/2020). Acara ini sekaligus merupakan acara apresiasi penghargaan kepada Prof. Mardjono sebagai “Bapak Pelopor Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Ilmu Kepolisian UI”.

Prof. Mardjono dalam sambutannya menceritakan tentang proses pembuatan buku ini.”Buku ini dikerjakan selama 3 tahun dengan terputus-putus karena saya sakit. Bu Nina Pane sebagai penulis dengan sabar selama 3 tahun selalu mendengar cerita-cerita saya sampai jadilah buku biografi ini,” ujarnya.

Beliau juga menceritakan tentang gelar pelopor PJJ yang diberikannya. Menurutnya, ketertarikannya terhadap metode PJJ bermula dari kegundahannya bahwa banyak sekali mahasiswa yang tidak datang ke kelas yang diasuhnya karena tugas dinas kepolisian. Itulah awal mulai beliau memperkenalkan metode PJJ ini di sekolah kepolisian UI.

Sesi bedah buku diisi oleh tiga narasumber yaitu Kompol. DR. Benny Mamoto S.H Msi. (Ketua Harian Kompolnas), Prof. Drs. Adrianus Eliasta Meliala, M.Si (Guru Besar Kriminlogi UI), Prof. Dr. Dra. Sulistyowati Irianto, MA. (Guru Besar Ilmu Hukum UI).

Pada kegiatan Bedah Buku, ungkapan juga disampaikan oleh alumni Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian (KIK) yaitu Wakil Kepala Kepolisian R.I. Komjen Pol. Dr. Gatot Eddy Pramono, M.Si., dan Kepala Lembaga Pendidikan dan Pelatihan Komjen Pol. Drs. Arief Sulistyanto, M. Si., berupa Ucapan Terima Kasih atas dedikasi beliau sebagai seorang guru, seorang bapak dan sosok pencerah dalam membuka wawasan terhadap mahasiswa.

Kontribusi Program Studi Kajian Ilmu Kepolisian terhadap pengembangan organisasi Polri dan negara Republik Indonesia, disertai harapan agar Prof Mardjono senantiasa diberikan Kesehatan dan sukses menjalankan amanah keilmuan tanpa mengenal padam juga disampaikan oleh kedua alumni KIK tersebut.

Prof. Adrianus Meliala mengatakan bahwa buku ini pada dasarnya berisi perjalanan hidup Prof. Mardjono semenjak lulus kuliah sampai sekarang. Dalam perjalanannya yang diisi oleh berbagai posisi jabatan, Prof. Mardjono sangat banyak berkontribusi dalam dunia ilmu pengetahuan.

“Beliau mendirikan program studi Kajian Ilmu Kepolisian di UI, mendirikan departemen Kriminologi, mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Kepolisian, mendirikan program Magister Hukum UI, dan begitu banyak milestone lainnya,” ujarnya.

Prof. Adrianus Meliala juga menyarankan adanya infografis timeline di awal buku, penjabaran sisi non-formal Prof. Mardjono, serta eksplorasi sisi kegundahan Prof. Mardjono terhadap bidang-bidang yang digelutinya

Menurut Prof. Adrianus, membaca buku ini seperti membaca sejarah perkembangan ilmu hukum, kriminologi dan kepolisian di Indonesia, karena dalam hidupnya Prof. Mardjono banyak berurusan dengan banyak tokoh-tokoh penting Indonesia.

Sumbangsih lain buku ini adalah memperkenalkan tentang pendekatan interdisipliner dalam pendekatan praktik kepolisian. “Saya sendiri ketika menangani kasus teroris sudah membuktikan bahwa pendekatan yang diajarkan Prof. Mardjono adalah benar. Bagaimana pendekatan sosiologis-kultural dapat lebih efektif dalam memecahkan masalah, daripada pendekatan fisik dan sanksi,” ujar Kompol Benny.

Prof. Sulistyowati dalam sesi ketiga mengatakan bahwa buku ini adalah bukti bahwa Prof. Mardjono adalah seseorang yang sangat berdedikasi pada ilmunya sehingga selalu aktif bergerak dan berkontribusi sesuai dengan judul buku ini, yaitu “Semangat yang Tidak Pernah Padam.”

“Buku ini bisa menjadi semacam buku sejarah pelengkap dari berdirinya ilmu hukum di Indonesia, karena dalam perjalanannya, Prof. Mardjonolah yang mempelopori pendekatan inter-disiplin dalam dunia hukum. Sehingga hukum tidak sekedar menjadi alat, namun juga sesuatu yang hidup di dalam masyarakat,” ujarnya.

Related Posts