iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

UI-Kementrian PPN/Bappenas-Tanoto Foundation Adakan International Symposium on Eced Soroti Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Kesehatan Masyarakat > UI-Kementrian PPN/Bappenas-Tanoto Foundation Adakan International Symposium on Eced Soroti Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini

Universitas Indonesia (UI) dan Tanoto Foundation bekerja sama dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Republik Indonesia/Bappenas mengadakan acara International Symposium on Early Childhood Education (ECED) pada Kamis (16/11), di Grand Sahid Jaya Jakarta. Kegiatan ini merupakan forum diskusi interaktif antara para pakar, akademisi, peneliti, pemangku kepentingan, serta praktisi terkemuka terkait temuan dan penelitian terkini yang berhubungan dengan pengembangan dan pendidikan anak usia dini (PAUD).

Kajian pengembangan PAUD dianggap penting karena pendidikan anak merupakan langkah yang tepat dalam menciptakan generasi emas yang berkualitas, kompeten, produktif, dan berdaya saing tinggi di masa depan. Terlebih lagi, pada 2045, Indonesia diprediksi akan mendapatkan bonus demografi, dengan 70 persen jumlah penduduk berada di usia produktif.

Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat, dan Kebudayaan, Kementerian PPN/Bappenas, Drs. Amich Alhumami, M.A., M.Ed., Ph.D., mengatakan bahwa PAUD menjadi komitmen pemerintah dalam kerangka Pembangunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) yang tertuang pada Program Prioritas Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas. Menurutnya, membangun dasar yang kuat di masa awal kehidupan anak adalah kunci untuk menciptakan masyarakat yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.

“Penting untuk diingat bahwa investasi pada PAUD tidak hanya berdampak positif pada perkembangan individu anak, tetapi juga memiliki dampak positif pada masyarakat dan ekonomi secara keseluruhan,” ujar Amich.

Pernyataan Amich tersebut didasarkan pada kajian singkat Bappenas dengan menggunakan data-data pada negara yang tergabung dalam Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Dalam kajian tersebut ditemukan bahwa pengembangan anak usia dini sangat berpengaruh positif terhadap capaian literasi dan numerasi suatu negara yang merupakan cikal bakal daya saing Human Capital suatu bangsa di masa mendatang. “Namun demikian, tentunya hal ini merupakan upaya lintas sektor, sehingga dibutuhkan kerja sama lintas pemangku kepentingan. Termasuk dalam hal ini, penting sekali untuk melibatkan akademisi dan mitra pembangunan agar Indonesia Emas 2045 dapat terwujud,” kata Amich.

Menjawab tantangan tersebut, Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi UI, drg. Nurtami, Ph.D., Sp,OF(K), menyadari pentingnya peran universitas dan institusi pendidikan tinggi dalam mempersiapkan generasi penerus bangsa. Menurutnya, ada empat langkah utama yang dapat dikerjakan oleh akademisi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia. Pertama, akademisi harus berkomitmen untuk meningkatkan kualitas PAUD di Indonesia melalui pelatihan guru, penyediaan sumber daya yang sesuai, dan pengembangan kurikulum yang selaras dengan tahap perkembangan anak.

Kedua, universitas harus berkolaborasi dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang mendukung perkembangan anak. Ketiga, melakukan penelitian dan inovasi di bidang PAUD guna membantu menciptakan lingkungan yang kondusif agar tumbuh kembang anak dapat optimal. Terakhir, akademisi harus memastikan bahwa PAUD menjadi bagian integral dari program pendidikan tinggi.

“Kita harus menyadari bahwa pendidikan anak usia dini bukan semata-mata tanggung jawab perguruan tinggi atau lembaga pendidikan tinggi, melainkan tanggung jawab bersama. Kita semua harus berkontribusi aktif, mengedukasi masyarakat, dan memastikan anak-anak kita mendapat pendidikan terbaik sejak dini,” kata drg. Nurtami.

Sementara itu, Tanoto Foundation Indonesia Country Head, Inge Kusuma, menyampaikan bahwa Tanoto Foundation berkomitmen untuk terus memberikan kontribusi pada beragam upaya peningkatan kualitas pengembangan, pengasuhan, dan pendidikan anak usia dini di Indonesia. “Kolaborasi ini kami harapkan dapat menyoroti isu pengembangan dan pendidikan anak usia dini yang masih perlu mendapatkan perhatian, khususnya dalam peningkatan ilmu pengembangan anak yang multidisipliner. Penting bagi semua pihak untuk memahami perlunya keterlibatan berbagai sektor untuk bersama-sama menciptakan ekosistem yang mendukung tumbuh kembang anak yang optimal,” ujar Inge.

International Symposium on ECED dibagi dalam tiga sesi diskusi dan sesi Brainstorming on ECED Ecosystem Initiative. Pada sesi pertama, Prof. Scott Rozelle (Stanford University), Milda Irhamni (Fakultas Ekonomi dan Bisnis UI), Didik Darmanto, S.Sos., MPA (Kementerian PPN/Bappenas), dan Syifa Andina (FMHC) mengulas topik terkait perkembangan anak usia dini dari perspektif ekonomi, pentingnya investasi dalam bidang ini, rencana pemerintah mengenai perkembangan anak usia dini, serta studi kasus pemberdayaan perempuan untuk mendukung perkembangan anak usia dini.

Pada sesi kedua, diskusi dibawakan oleh Ana Maria Rodriguez (UNICEF EAPRO), Katheryn Bennet (UNICEF Indonesia), Komalasari, M.Pd. (Kemendikbudristek), Dr. Irma Adriana, MAPS (BKKBN), dan Yulida Pangastuti, Ph.D. (Universitas Gadjah Mada) yang membahas penelitian terbaru di bidang PAUD serta penelitian tentang pemberian dan peluang layanan pengasuhan melalui platform pelayanan kesehatan masyarakat. Selain itu, pada kesempatan itu, dibahas pula program ASEAN ECCE Declaration dan Bina Keluarga Balita Holistik Integratif.

Sesi terakhir diskusi International Symposium on ECED diisi oleh empat narasumber, yakni Rushda Majeed (Bernard van Leer Foundation), Prof. Paramita Atmodiwirjo (Fakultas Teknik UI), Rohika Kurniadi Sari, S.H. M.Si. (Children’s Rights to Care and Environment), dan Efriyani Juwita (Fakultas Psikologi UI). Keempat narasumber tersebut membahas topik mengenai perkembangan anak usia dini dalam perspektif lingkungan, standar nasional Indonesia tentang ruang ramah anak, serta dampak lingkungan dalam perkembangan anak.

Selain sesi diskusi, International Symposium on ECED juga menghadirkan sesi Brainstorming on ECED Ecosystem Initiative yang mengumpulkan berbagai expert ECED dalam upaya untuk membuat peta jalan ECED ke depannya. Pada sesi ini, hadir para pembicara, yakni Eddy Henry (Head of Policy & Advocacy Tanoto Foundation), Dr. Roger Yap Chao, Jr. (ASEAN Secretariat), dan Prof. dr. Endang L. Achadi, MPH, Dr.PH.(Fakultas Kesehatan Masyarakat UI).

 

Penulis: Sasa

Related Posts