iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Cegah Stunting dan Tingkatkan Efikasi Ibu Rawat Balita

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Keperawatan > Cegah Stunting dan Tingkatkan Efikasi Ibu Rawat Balita

Cegah Stunting dan Tingkatkan Efikasi Ibu Rawat Balita, FIK UI Latih Kader Kesehatan di Bali

Stunting merupakan salah satu masalah gizi yang mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah. Mengutip stunting.go.id, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan RI, angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2021 sebesar 24,4%, atau menurun 6,4% dari angka 30,8% pada 2018.

Saat ini pemerintah mempunyai target untuk menurunkan prevalensi hingga 14% pada tahun 2024. Hal ini tentu menjadi tantangan khusus bagi para tenaga kesehatan di Indonesia, juga yang dihadapi oleh Ikatan Perawat Anak Indonesia (IPANI) Kabupaten Buleleng, Provinsi Bali, yang merupakan salah satu mitra Departemen Keperawatan Anak Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (FIK UI).

Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh yang memiliki implikasi kepada generasi penerus, berimplikasi kepada kehidupan, produktivitas, hingga kepada kehidupan ekonomi, produktivitas, dan kemajuan ekonomi Indonesia,” ujar Wakil Bupati Buleleng, I Nyoman Sutjidra. Kondisi itu membuatnya meminta setiap desa menganggarkan khusus penanganan kesehatan untuk mencegah kasus stunting.

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Buleleng, masih terdapat anak dengan status balita gizi buruk dan balita kurus. Sebanyak 455 balita ditimbang dengan Berat Badan (BB) kurang sesuai dengan usianya, dan terdapat 38 orang anak di Buleleng yang mengalami stunting.

Merespons kebutuhan tersebut, tim pengabdian masyarakat (pengmas) yang diinisasi oleh Kepala Departemen Keperawatan Anak FIK UI, Dr. Nur Agustini, S.Kp., M.Si., bekerja sama dengan IPANI wilayah Bali memberikan edukasi bagi 50 orang kader di kecamatan Buleleng, khususnya di wilayah kerja Puskesmas Sawan 1. “Anak balita yang terdeteksi mengalami stunting, tentu memerlukan perhatian khusus, karena dampak dari kekurangan gizi kronik pada anak dapat mengakibatkan gangguan pada pertumbuhan dan perkembangannya,” ungkap Nur Agustini.

Penanggung jawab program gizi Puskesmas Sawan I, Luh Komang Yuliasih, S. Tr. Gz., mengatakan, “Puskesmas Sawan I memiliki beberapa program peningkatan gizi yaitu penyuluhan dan konseling gizi secara individu ataupun secara berkelompok, pemantauan status gizi balita melalui Posyandu setiap satu bulan sekali. Namun program ini belum berjalan efektif karena penyuluhan dan konseling belum dilakukan oleh kader.”

Luh Komang Yuliasih menyambut baik tim pengmas UI yang memberikan edukasi bagi 50 orang kader di Puskesmas Sawan 1. “Setelah pelatihan kader ada peningkatan pada pelaksanaan Posyandu oleh kader. Sebelum mengikuti pelatihan kader sama sekali tidak melakukan konseling atau penyuluhan namun setelah pelatihan kader telah dapat menerapkannya di Posyandu masing-masing,” katanya.

Tim pengmas FIK UI memberikan pelatihan materi dua topik yang berjudul “Deteksi Dini Pertumbuhan dan Perkembagan Anak” dan “Pemberian Makan Bayi dan Anak”. Setelah materi yang diberikan, tim mengadakan praktik simulasi cara pemeriksaan Pertumbuhan dan Perkembangan anak (TK) dan cara pemilihan bahan makanan sesuai dengan kandungan gizi dan tekstur untuk pemberian makan pada bayi dan anak. “Lalu bulan berikutnya kader melakukan pemeriksaan TK dan penyuluhan kepada ibu balita dibawah supervisi tim pengmas dan mitra penanggung jawab program gizi Puskesmas Sawan 1,” kata Nur Agustini.

Sebulan pasca pelatihan, dilakukan evaluasi terhadap 50 orang kader peserta pelatihan dengan hasil didapatkan 100% kader mampu melakukan pemeriksaan tumbuh kembang anak dan memberikan penyuluhan kepada ibu balita, serta 80% mengalami peningkatan pengetahuan berdasarkan hasil uji pre dan post test. Hasil penimbangan berat badan yang dilakukan kader kepada 100 balita, yaitu 77% balita mengalami kenaikan BB, 9% BB tetap, dan 14% mengalami penurunan BB. Ibu balita yang mendapatkan layanan dan bimbingan kader 100% merasa puas dengar skor kepuasan 4 dan 5 dari rentang skor kepuasan 0-5.

“Para ibu balita merasakan bahwa kader kesehatan bersikap ramah terhadap ibu dan balita, menyampaikan tujuan pemeriksaan, melakukan pemeriksaan dengan baik, berbahasa santun, menjelaskan hasil pemeriksaan, menjelaskan tindak lanjut yang harus ibu lakukan dan memberikan pujian untuk ibu saat melakukan pengasuhan dengan baik,” ujar Yuli, salah seorang dari ibu balita yang mendapatkan pelayanan.

Luh Komang Yuliasih berharap kedepannya kegiatan pelatihan yang sama dapat dilakukan kepada seluruh kader yang ada di wilayah Puskesmas Sawan I yang berjumlah 249 orang. Harapannya setelah dilaksanakan pelatihan dari tim pengmas FIK UI, para kader tersebut dapat meningkatkan kegiatannya dalam melakukan edukasi kepada Ibu yang memiliki balita.

Penulis: Humas FIK| Editor: Mariana

Related Posts