iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Dikukuhkan Sebagai Guru Besar, Dekan Fasilkom UI Kaji Reconfigurable Computing (RC) Sebagai Solusi Komputasi Berkelanjutan

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Ilmu Komputer > Dikukuhkan Sebagai Guru Besar, Dekan Fasilkom UI Kaji Reconfigurable Computing (RC) Sebagai Solusi Komputasi Berkelanjutan

Dekan Fakultas Ilmu Komputer (Fasilkom) Universitas Indonesia (UI), Prof. Dr. Ir. Petrus Mursanto, M.Sc., dikukuhkan sebagai Guru Besar Tetap Bidang Digital Systems and Lab, Fasilkom UI, setelah mempresentasikan penelitian berjudul “Reconfigurable Computing sebagai Solusi Efisiensi Energi menuju Komputasi Berkelanjutan”. Prosesi pengukuhan yang dipimpin oleh Rektor UI, Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D, tersebut dilaksanakan pada Rabu (13/12), di Balai Sidang UI Kampus Depok.

Menurut Prof. Petrus, evolusi digital yang berkembang saat ini adalah hasil dari serangkaian inovasi yang berlangsung selama beberapa dekade. Sebuah studi menunjukkan bahwa pusat data di seluruh dunia mengonsumsi sekitar 205 terawatt jam (TWh) pada tahun 2018, yang setara dengan 7% dari total konsumsi listrik dunia atau konsumsi energi oleh beberapa negara kecil. Jumlah daya yang dikonsumsi tersebut setara dengan emisi karbondioksida lebih dari 100 juta ton per tahun.

Pertumbuhan data yang eksponensial —diperkirakan mencapai 175 Zettabyte pada 2025— memerlukan lebih banyak sumber daya komputasi sehingga memerlukan lebih banyak energi. Jika tren ini berlanjut, konsumsi energi oleh teknologi informasi bisa meningkat tiga kali lipat dalam dekade mendatang. Oleh karena itu, revolusi kecepatan dan kinerja komputasi yang dibawa oleh parallel computing memerlukan solusi yang lebih inovatif dengan pendekatan yang ramah lingkungan.

Prof. Petrus melihat Reconfigurable Computing (RC) dapat menjadi solusi untuk menjawab permasalahan tersebut. RC merupakan sebuah paradigma komputasi yang memungkinkan arsitektur perangkat keras dapat dikonfigurasi ulang secara dinamis guna menampilkan algoritma secara lebih efisien dibandingkan dengan prosesor umum. Pendekatan ini memungkinkan sumber daya komputasi lebih optimal dan penggunaan energi lebih hemat.

Ada beberapa metode untuk proses komputasi yang dapat dikonfigurasi ulang. Complex Programmable Logic Device (CPLD) cocok untuk aplikasi dengan kebutuhan logika yang lebih sederhana dan jumlah I/O yang banyak. Sementara itu, Field-Programmable Gate Array (FPGA) sangat efektif untuk desain yang lebih kompleks, yang membutuhkan fleksibilitas tinggi dan kinerja paralel. Sejumlah eksperimen menunjukkan FPGA unggul dalam efisiensi energi dan kinerja dibandingkan dengan CPU dan GPU.

FPGA sebagai salah satu bentuk RC menjadi solusi penting dalam menghadapi tantangan keberlanjutan, terutama dalam mengurangi konsumsi energi di era digital. Industri teknologi informasi, yang bertanggung jawab atas 7% dari total konsumsi listrik global, membutuhkan inovasi seperti RC demi konsumsi energi yang lebih efisien. Dengan prediksi pertumbuhan pasar RC sekitar 9% per tahun hingga 2030, teknologi ini memainkan peran penting dalam mendukung Sustainable Development Goals (SDGs), terutama dalam hal akses energi terjangkau dan bersih.

Prof. Petrus menyebut penerapan RC di Indonesia menyediakan peluang unik untuk memajukan kapasitas komputasi sambil meminimalkan dampak lingkungan. Kolaborasi antara universitas, industri, dan pemerintah dapat memperkuat ekosistem yang mendukung adopsi RC. Ini sejalan dengan prinsip-prinsip green computing dan menjadi langkah penting menuju keberlanjutan masa depan. “Melalui semangat inovasi dan komitmen terhadap keberlanjutan, masa depan teknologi di Indonesia harus dibangun tidak hanya berdasarkan kemajuan, tetapi juga pada upaya global untuk menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan,” ujarnya.

Sebelum meneliti tentang peran Reconfigurable Computing pada energi hijau, Prof. Petrus juga pernah melakukan banyak penelitian lain. Beberapa di antaranya adalah In-TFK: A Scalable Traditional Food Knowledge Platform, A New Traditional Food Dataset, Platform, and Multi-process Inference Service (2023); Dynamic Texture Analysis Using Temporal Gray Scale Pattern Image for Water Surface Velocity Measurement (2023); dan Galois Field Transformation Effect on Space-Time-Volume Velocimetry Method for Water Surface Velocity Video Analysis (2023).

Prof. Petrus menamatkan pendidikan Teknik Elektro (1992) dan menyelesaikan Program Profesi Insinyur (2023) di Fakultas Teknik UI. Ia mendapat gelar Master of Science dari Department of Computer Science, University of Auckland, New Zealand, pada 1999 dan memperoleh gelar Doktor Ilmu Komputer dari Fasilkom UI tahun 2007. Selain menjabat sebagai Dekan Fasilkom UI, ia juga aktif di beberapa organisasi ilmiah, seperti Institut of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), Association of Computing Machinery (ACM), Persatuan Insinyur Indonesia (PII), Asosiasi Pendidikan Tinggi Informatika dan Komputer (Aptikom), dan Ikatan Ahli Informatika Indonesia (IAII).

Prosesi pengukuhan Prof. Petrus turut dihadiri oleh Koordinator Kelompok Ahli Badan Narkotika Nasional, Komjen Pol (Pur) Drs. Ahwil Luthan S.H., M.B.A., M.M.; Ketua Center of Excellence Science & Technology, Universitas Dian Nuswantoro, Prof. Dr. Zainal Arifin Hasibuan; Guru Besar Binus University, Prof. Dr. Ir. Meyliana dan Prof. Dr. Muhammad Zarlis; Guru Besar Badan Riset dan Inovasi Nasional, Prof. Dr. Ir. Sensus Wijonarko; dan Dekan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, Institut Teknologi Bandung, Dr. Tutun Juhana.

Related Posts