id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

HSPG Penanda Dini untuk Cegah Kematian Penderita DBD

Universitas Indonesia > Berita > HSPG Penanda Dini untuk Cegah Kematian Penderita DBD

DBDDemam berdarah dengue (DBD) dapat menyerang siapa saja tanpa pandang bulu. Mulai dari anak-anak, remaja, hingga dewasa dapat terserang DBD. Sebarannya melalui nyamuk yang bisa membawa virus dengue serotipe 1, 2, 3, dan 4 bahkan bisa merupakan infeksi campuran dari dua serotipe yang berbeda. Demam berdarah menjadi penyakit yang sangat berbahaya karena jika tidak ditangani dengan cepat, mulai dari identifikasi hingga ke perawatan, akan terjadi renjatan yang dapat mengakibatkan penderita meninggal dunia.

Kebocoran plasma merupakan komplikasi utama infeksi dengue yang menyebabkan renjatan dan kematian pasien. Kebocoran plasma dan seberapa besar kebocoran ini hanya dapat diketahui melalui efek sekunder perubahan volume plasma dan distribusi cairan tubuh, seperti terjadinya penumpukan cairan di rongga perut atau paru.

Peran pemeriksaan laboratorium dalam penyakit akibat infeksi virus dengue sangat penting. Peran tersebut dimulai dari penegakan diagnosis hingga pada monitoring terapi. Dulu, diagnosis ditegakkan dengan memeriksa antibodi terhadap virus dengue (IgG/IgM dengue). Saat ini, melalui pemeriksaan antigen virus dengue, seperti NS1 dengue, maka diagnosis infeksi dengue menjadi lebih dini. Penderita dengan demam kurang dari 24 jam bahkan telah mampu ditegakkan diagnosisnya melalui pemeriksaan antigen NS1 dengue. Namun, peran pemeriksaan laboratorium pada penanganan dan monitoring terapi belum cukup memadai.

Metode yang umum dilakukan untuk memantau kebocoran plasma pasien DBD adalah melalui pemeriksaan hematokrit, tetapi kurang sensitif karena tidak diketahui baseline hematokrit pasien. Metode lain adalah ultrasonography (USG), tetapi metode ini memiliki kelemahan baru dapat mengidentifikasi kebocoran plasma pada hari ketiga.

Pengenalan dini risiko renjatan pada penderita infeksi dengue sangat membantu meningkatkan kewaspadaan. Pada sisi yang berlawanan, pengenalan dini ada atau tidaknya risiko renjatan menghemat pengeluaran biaya perawatan. Tidak semua penderita infeksi dengue memerlukan rawat inap di rumah sakit karena tidak semua penderita infeksi dengue berisiko mengalami kebocoran plasma.

Berangkat dari permasalahan tersebut, Stephanie Settrin Chenderawasi dari FKUI melakukan penelitian mengenai heparan sulfat proteoglikan endotel vaskular (HSPG) untuk disertasinya. Disertasi tersebut berjudul “Peran Heparan Sulfat Proteoglikan Endotel Vaskular sebagai Penanda Dini Kebocoran Plasma pada Infeksi Virus Dengue” dan dipresentasikan pada Kamis (12/11/2015) di Ruang Senat Akademik Fakultas FKUI.

Penelitian mengenai HSPG menjadi babak baru untuk penanganan penderita DBD. Dinding dalam vaskular dilapisi oleh suatu lapisan licin seperti teflon, yang disebut glikokaliks. Glikokaliks berfungsi sebagai protektor endotel pembuluh darah. Apabila glikokaliks terkikis dan menjadi terlarut di dalam darah, endotel akan terpajan dan teraktivasi sehingga terjadi peningkatan permeabilitas vaskular serta berlanjut terjadinya kebocoran plasma. Heparan sulfat proteoglikan merupakan komponen terbesar glikokaliks (50-90%). Peningkatan kadar HSPG dalam darah merupakan suatu tanda bahwa glikokaliks sudah terkikis.

Penelitian ini dikerjakan secara in vivo, pada subjek terinfeksi dengue dengan demam <48 jam, dan dilakukan selama tiga hari berturut-turut sehingga diketahui kinesis perubahan kadar HSPG. Belum ada penelitian lain dengan desain yang sama dengan penelitian ini.

Penelitian ini berhasil melihat pergerakan HSPG yang mengalami peningkatan sejak hari pertama penderita teridentifikasi terinfeksi virus dengue. Pada orang yang terinfeksi dengue, kadar HSPG lebih tinggi daripada orang normal. Kadar HSPG akan meningkat lagi jika orang yang terinfeksi virus dengue berisiko mengalami kebocoran plasma.

Dari penelitian ini didapatkan nilai titik potong optimal kadar HSPG untuk tiap-tiap hari dalam memprediksi apakah seseorang yang terinfeksi dengue nantinya akan mengalami kebocoran plasma atau tidak. Dengan ditemukannya HSPG sebagai penanda dini, penanganan penderita DBD akan lebih dini dan tepat. (Humas UI)

 

Related Posts

Leave a Reply