id sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Literasi Media untuk Kesetaraan Gender di Indonesia

Universitas Indonesia > Berita > Literasi Media untuk Kesetaraan Gender di Indonesia

prof. billy

Media yang menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat telah menggantikan peran agen sosialisasi. Media mengonstruksikan realita untuk memenuhi kepentingan pemilik media atau bahkan memenuhi kebutuhan pasar.

Contohnya adalah banyaknya media yang menggambarkan perempuan yang muda muda, cantik, lemah, dan emosional. Sementara, laki-laki selalu digambarkan sebagai sosok yang kuat, pemberani, tegas, dan mandiri.
Dampak konstruksi bias gender dalam media ini tidak hanya memengaruhi perilaku individu melainkan juga budaya masyarakat. Bias gender perempuan dalam media inilah yang menjadi latar belakang pidato pengukuhan Prof. Dr. Billy Sarwono Atmokobudi, M.A yang berjudul “Literasi Media untuk Kesetaraan Gender Di Indonesia”. Pidato tersebut ia sampaikan pada Rabu (19/08/2015) di Balai Sidang UI dalam rangka upacara Pengukuhan Guru Besar Tetap Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UI.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, menurut Billy, solusi yang bisa dilakukan adalah mendorong seluruh lapisan masyarakat untuk menjadi lebih kritis terhadap sajian media melalui literasi media. Literasi media adalah kemampuan menganalisa dan mengkritik materi media-media yang ada. Masyarakat harus tahu bahwa isi media tidak terlepas dari kepentingan pemilik modal, proses produksi, pengiklan dan berbagai faktor lain.

Literasi media ini tidak hanya untuk mengurangi bias gender dalam masyarakat, namun juga bisa diaplikasikan sebagai usaha menahan gempuran media sosial dalam kehidupan generasi muda saat ini. Melalui pendidikan literasi media, seseorang akan memahami bahwa sebagian besar isi media merupakan hasil konstruksi yang dibentuk.

Dalam literasi media, guru dan orang tua dapat menjadi ujung tombak, terutama bagi anak dan remaja. Billy dalam pidatonya juga menyampaikan bahwa melalui literasi media kesetaraan gender dan pemahaman tentang gender dapat terwujud.

Penulis: Wanda Ayu

Related Posts

Leave a Reply