iden sipp@ui.ac.id dan humas-ui@ui.ac.id +62 21 786 7222

Mahasiswa UI Ciptakan Inovasi “Centung” Guna Bantu Kontrol Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes

Universitas Indonesia > Berita > Berita Fakultas Teknik > Mahasiswa UI Ciptakan Inovasi “Centung” Guna Bantu Kontrol Kadar Gula Darah pada Penderita Diabetes

Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF) tahun 2021, Indonesia merupakan negara yang menduduki posisi ke-6 dengan angka kematian akibat diabetes terbanyak di dunia, yakni sebesar 236.711 jiwa. Apabila dilihat dalam skala nasional, DKI Jakarta menjadi provinsi di Indonesia yang memiliki prevalensi penderita diabetes tertinggi, yakni sebesar 3,4% (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Tingginya angka kematian akibat penyakit diabetes di Indonesia, mendorong lima mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) dan Fakultas Teknik (FT) Universitas Indonesia (UI) menciptakan sebuah inovasi bernama Centung (Centong Pintar Hitung).

Inovasi ini merupakan bentuk kepedulian mereka terhadap kurangnya kesadaran masyarakat akan urgensi penyakit diabetes. Kelima mahasiswa tersebut tergabung dalam Tim Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Karya Inovatif (PKM-KI) Centung yang terdiri atas Tsabitah Addinni, Adia Reza Khaleda, Anggrianita Meyline, Made Della Riskita Dewi, dan Umar Maulana. “Kesadaran masyarakat akan tingginya prevalensi diabetes di Indonesia masih sangat rendah. Padahal, faktanya penderita diabetes itu sangat berisiko untuk terkena penyakit komplikasi yang bisa berujung pada kematian dan bila hal tersebut dibiarkan maka akan berpengaruh pada status derajat kesehatan masyarakat di Indonesia,” ujar Tsabitah selaku ketua tim.

Inovasi hasil karya Tim PKM-KI Centung berupa timbagan digital berbentuk centong yang dirancang dengan menggunakan T-Display ESP32 sebagai mikrokontroler dan dilengkapi dengan layar LCD 1.9inch, Sensor IMU, serta Baterai LiPO 1s. Kemudian, diefisiensikan dengan menggunakan Printed Circuit Board (PCB) dan diintegrasikan ke dalam aplikasi Centung.

Centung didasari oleh budaya masyarakat Indonesia yang sangat menyukai nasi dan menempatkan nasi sebagai makanan pokok utama hariannya. Belum lagi terdapat stigma yang melekat bagi masyarakat Indonesia, yaitu “belum kenyang kalau belum makan nasi”. Padahal, secara spesifik nasi putih memiliki indeks glikemik yang tergolong tinggi, yakni sebesar 73. Suatu makanan yang memiliki indeks glikemik tinggi mengandung jumlah karbohidrat yang dapat dicerna dengan cepat oleh tubuh, sehingga membuat kadar gula darah meningkat dengan lebih cepat.

Adia mengatakan, telah banyak berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulangi penyakit diabetes di Indonesia, seperti melakukan aktifitas fisik, menghindari perilaku yang tidak sehat seperti merokok dan konsumsi alkohol, serta melakukan pemeriksaan darah secara rutin. Selain itu, terdapat satu hal praktis yang bisa dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan menanggulangi diabetes, yaitu dengan mengatur pola makan harian.

Namun, upaya tersebut tampaknya belum sepenuhnya berhasil dalam menurunkan angka prevalensi penyakit diabetes di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya upaya dalam mengatur dan mengontrol jumlah nasi yang masuk ke dalam tubuh per harinya, sehingga kadar gula darah dalam tubuh dapat terkontrol dengan baik dan risiko diabetes di Indonesia dapat teratasi dengan signifikan.

Bersama dengan dosen pembimbing Triyanti, SKM, MSc., inovasi yang digagas oleh tim ini mendapatkan respon positif dari masyarakat, karena dapat digunakan dengan mudah dan praktis. Dalam penggunaannya, pertama pengguna dapat membuka aplikasi Centung, lalu tekan tombol pair dan pilih Wifi dengan nama “CENTUNG” pada pengaturan handphone/laptop untuk menghubungkan alat dengan aplikasi. Setelah berhasil terhubung, pengguna dapat masuk ke aplikasi Centung dan dilanjutkan dengan melakukan registrasi awal. Setelah itu, pengguna dapat menekan tombol power pada alat Centung lalu memilih profile sesuai dengan aplikasi.

Kemudian, pengguna dapat mengambil nasi dengan menggunakan alat Centung lalu tekan tombol “timbang” untuk menimbang berat nasi. Setelah itu, pengguna dapat membuka kembali membuka aplikasi Centung guna mencatat, memantau, dan mengevaluasi konsumsi nasi per harinya. Selain mudah dan praktis untuk digunakan, alat Centung juga memiliki potensi yang cukup besar untuk menghasilkan manfaat pada berbagai aspek.

“Selain dapat mendukung penderita diabetes untuk mencegah terjadinya komplikasi, dari aspek sosial dengan adanya inovasi Centung ini dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan tubuh terlebih lagi dari penyakit diabetes,” kata Madel. Sementara itu, Anggi juga menambahkan bahwa alat Centung juga memiliki keunggulan untuk diproduksi secara massal dalam skala industri, serta dapat mengurangi biaya pengobatan penderita diabetes, sehingga Centung berpeluang untuk berkontribusi pada pembangunan nasional. Selain itu, Centung juga memiliki peluang pada bidang pendidikan karena Centung dapat menjadi sebuah langkah awal dalam memperluas pengembangan akan ilmu dan teknologi guna mendukung terciptanya berbagai inovasi dalam upaya preventif kesehatan.

Saat ini, Centung sudah lolos tahap pengujian alat dan aplikasi dan selanjutnya siap untuk disosialisasikan guna memperkenalkan alat dan aplikasi Centung kepada masyarakat. Sosialisasi tersebut akan dilakukan melalui media sosial pada kanal instagram @centung.id pada November hingga Desember 2023. “Kami berharap, Centung dapat bermanfaat bagi penderita diabetes dan seluruh lapisan masyarakat Indonesia. Selain itu, menjadi sebuah solusi yang tepat dalam menuntaskan angka kematian akibat penyakit diabetes di Indonesia guna mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, demi membangun Bangsa Indonesia menjadi lebih baik,” kata Umar.

 

Penulis: Tim PKM-KI Centung | Editor: Maudisha

 

Related Posts